Part 6

393 45 40
                                        

Hola..... Harumi datang lagi.... tenet tonet net.... tenet tonet net.....  😁😁😁😁😁Ok, maapkeun ke gilaan saya ini hehehehe..... Rencananya sih, ini part bakal ku publikkin hari Minggu. Tapi karna berhubung sekarang aku gabut, jadi ku publikkin sekarang aja deh. 😊😊

Dozo......

Hari ini Inoo izin tidak bisa masuk, dan jadilah sekarang Yamada yang membenahi beritanya sendiri untuk nanti malam. Seperti biasa, setelah selesai rapat, Yamada langsung mengerjakan tugasnya di ruang make-up.

Namun ada yang berbeda hari ini, biasanya Yamada mengerjakan tugasnya sendirian, atau kalau pun ia di temani pastilah dengan Inoo. Tapi hari ini Inoo tak masuk dan sekarang ia di dalam ruangan itu bersama dengan Chinen Yuri, penyiar pendampingnya.

Bukan Yamada yang meminta Chinen untuk menemaninya, melainkan Chinen sendiri yang menawarkan diri dengan sedikit memaksanya agar ia bisa mengerjakan tugasnya juga di sana. Sekalian membenahi berita untuk nanti malam bersama. Toh, berita itu akan di bawakan oleh mereka berdua bukan ?

'Duh... kenapa aku tadi menawarkan diriku untuk mengerjakan tugasku di sini bersama Yamada-san. Baka baka baka...' Chinen terus menggerutu pada dirinya sendiri.

Sunyi, tak ada yang mulai membuka percakapan. Keduanya fokus pada apa yang mereka kerjakan. Hanya ada suara ketikan keyboard dan coretan bulpoin di atas kertas.

Uhukk......

Suara pertama di hiraukan.

Uhuk...uhuk...

Masih tak ada tanggapan dari yang lain.

Uhuk...uhuk...uhuk...

Yamada terbatuk untuk yang ke tiga kalinya, lalu ia menenggak air mineralnya yang tersedia di meja.

"Da-daijouba ka, Yamada-san ?" akhirnya Chinen membuka suaranya.

"Hn" jawab Yamada singkat. Kini Yamada memfokuskan kembali intensinya pada sang laptop.

Sebenarnya masih ada satu hal yang melayang-layang bebas di fikiran Chinen. Selain rutukannya pada dirinya sendiri yang sedari tadi itu, Chinen merasa ada yang aneh dengan Yamada hari ini. Dari waktu rapat berlangsung hingga selesai, Yamada tak banyak berbicara. Bahkan hari ini ruang konferensi hampa tanpa teriakan Yamada.

Dari penglihatan Chinen yang masih bagus itu, wajah Yamada nampak sedikit pucat. Chinen merasa penyiar utamanya itu sedang tidak baik, namun ia tak berani menanyakan hal itu.

Kring... suara telepon genggam milik Yamada berdering. Sang empunya mengambil ketai itu yang berada persis di samping laptopnya. Ia sempat menghela nafasnya saat melihat siapa yang menelpon. Hingga ia menjawab panggilan itu tanpa beranjak dari posisinya sekarang.

'DIMANA KAU BOCAH SIALAN !! CEPAT KEMARI ATAU KU BAKAR KAU HIDUP-HIDUP !!' sederatan cacian keluar dari sang penelpon. Yamada sedikit menjauhkan telinganya dari ketainya. Ia sedikit menyesal telah mengangkat telpon dari orang disebrang sana. Ia juga sedikit menyesal telah mengangkat telponnya di depan penyiar pendampingnya yang berada tak jauh darinya.

Yamada melirik sedikit ke arah Chinen, Chinen yang sedari tadi memang memperhatikan Yamada akhirnya memalingkan wajahnya kembali pada laptopnya. Yamada memutus sepihak panggilan itu tanpa menjawab cacian tadi dengan sepatah kata pun.

"Aku sudah meminta izin untuk pergi sebentar. Kau teruskan saja pekerjaanmu di sini" Yamada berucap pada Chinen sambil sibuk membenahi barangnya.

"Ha'i" Chinen membalasnya dengan anggukkan.

Tanpa sepatah kata pun lagi, Yamada akhirnya keluar dari ruangan itu dan berlalu. Chinen hanya bisa melihat kepergian Yamada dari bangkunya yang lagi-lagi dengan tanda tanya besar di benaknya.

Tasukete [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang