Part 5

357 46 20
                                    

Kembali lagi sama Harumi dengan cerita khayalanku yang abal-abal ini hehehe....  😁😁 Yasudahlah ya, mending langsung balik ke cerita aja 😊

Dozo.....

Perasaan Chinen masih tak karuan. Terlebih saat ia bertemu dan berpapasan dengan Yamada. Aneh, Chinen merasa tak karuan sejak saat itu. Tapi di sisi lain, Yamada benar-benar bersikap seolah-olah tak terjadi apa-apa.

"Kau hanya mendapatkan berita ini ?! Apa saja kerjaanmu sebagai reporter ?!" pertunjukkan pagi ini sama dengan pagi-pagi sebelumnya. Ruang konferensi lagi-lagi di penuhi bentakkan Yamada kepada para staf.

Diam, itulah hobi para staf saat Yamada memulai aksinya. Yamada yang mulai tak tahan dengan aksi diam para stafnya itu murka.

BRAK !! satu gebrakkan dari Yamada menyadarkan Nakajima Yuto dari diamnya.

"Kemarin ibuku jatuh sakit, aku harus segera pulang. Maka dari itu, hanya berita itulah yang ku dapatkan" penjelasan dari Nakajima membuat Yamada diam tak bergeming.

Tidak bisa, Yamada tidak bisa menyangkal alasan apa pun jika itu sudah menyangkut seorang IBU. Diam, lagi-lagi ruangan itu sunyi. Tak ada yang berniat membuka percakapan berikutnya.

Yamada terdiam tanpa ekspresi sedikit pun, sedangkan yang lain hanya bisa menundukkan kepalanya, kecuali Inoo dan Chinen. Inoo yang setia berdiri di samping Yamada hanya bisa memperhatikan atasannya ini dengan wajah sedih. Ia tau apa yang membuat Yamada tak bergeming seperti itu saat mendengar kata IBU.

Sedangkan Chinen, tak tau kenapa ia berani menatap lekat wajah Yamada saat ini. Chinen merasa ada yang aneh pada ekspresi Yamada. 'Seperti ada sesuatu' fikirnya.

"Saya tak mau tahu, hari ini kau harus menebus kesalahanmu ini dengan berita yang bagus" ucap Yamada kemudian.

Rapat berjalan lebih damai setelahnya. Sepertinya Yamada tak berniat marah-marah lagi, itu membuat para staf sedikit lega dengan situasi rapat hari ini.

"Baiklah, rapat selesai !" ucap Yamada mengakhiri rapat. Ia langsung berdiri dan keluar ruangan tanpa berkata apa pun lagi. Inoo yang bertugas menjadi asisten Yamada hanya bisa mengikutinya dari belakang.

"YATTA !!!" sorak sorai tiba-tiba terdengar di ruangan itu setelah para staf yang tersisa yakin Yamada dan Inoo sudah pergi cukup jauh dari ruangan.

"Aku tak menyangka, strategi kita berhasil" Nakajima mulai bersuara dengan riangnya.

"Benarkan kataku, orang itu lemah dengan kata IBU, hehehe....." kali ini Arioka Daiki yang angkat bicara.

"Hebat kau Arioka" salut reporter lain kompak.

"Jadi, yang tadi itu rekayasa kalian ?" Chinen yang masih di sana bertanya tak percaya.

"Ya, hebat bukan ? Hari ini kita tak perlu mendengar celotehan tak jelas dari orang itu" Nakajima mengaku dengan wajah super bahagia, lalu di sambut high-five dari yang lainnya.

"Aku tak percaya kalian melakukan hal seperti ini pada Yamada-san"

"Ayolah Chinen-kun, ini kan juga menguntungkanmu, menguntungkan kita semua. Sekalian, kita beri dia pelajaran. Jangan dia saja yang seenaknya membentak-bentak kita. Yabu-san selaku presdir saja tak pernah membentak kami. Dia yang hanya penyiar utama saja sudah belagu seperti itu" Nakajima berceloteh panjang lebar.

"Memberi pelajaran ? memang salahnya apa ?"

"Salahnya adalah, ia terlalu sering membentak-bentak kami hanya karna kesalahan sekecil biji kacang"

"Itukan karna kesalahan kalian"

"Lalu haruskah dia menbentak-bentak kami seperti itu ?" Nakajima mulai meninggikan suaranya. Ia mulai kesal dengan pemuda mungil yang satu itu.

Tasukete [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang