Kekuatan

254 21 2
                                    

Sudah hampir 1 jam aku berdiri di depan jendela, mengarahkan pandangan ku ke arah orang - orang yang tengah sibuk dengan aktifitas mereka di jalan. Otak ku masih terus mengingat secara pasti kejadian waktu itu, seakan tak ada hentinya untuk terus berputar.

Aku masih tetap mematung. Pikiran ku melayang , seakan gejolak masalah yang akan terjadi begitu besar.

Tinggal 2 hari lagi , aku akan kembali ke pondok pesantren itu. Tapi apakah akan masih tetap utuh seperti itu ataukah sudah menjadi butiran debu? , entahlah aku tak tau itu.

Ku alihkan pandangan ku begitupun dengan pikiran ku. Aku kini melangkahkan kaki ku , ku raih ponsel yang ada di ujung kasur ku.

Aku bingung kepada siapa aku harus menceritakan semua ini. Ku tulis beberapa kata , dengan mencari nomor yang akan ku kirimkan beberapa kata yang telah ku tulis.

" Wallaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh"
Tak berselang lama ponsel ku bergetar.

Segera ku buka balasan dari seseoranf yang ku kirimkan pesan beberapa menit yang lalu.

" Bil ..telpon ana sekarang!" Tulisku dengan pasti di dalam sebuah pesan di ponselku.

Langsung saja tanpa mengorelai kata yang ku tulis ku tekan tombol kirim yang ada di ponsel ku.

Tubuhku bergetar , Mondar mandir kesana kemari tak akan menyelesaikan masalah ini.

" Cukup " kata ku dalam hati.

Drrrggg

Ponsel yang ku genggam kini bergetar. Ku coba pastikan nomer yang sedang menghubungi ku saat ini.

Klik

" Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh " Suara Sabila mulai terdengar.

" Wa'alaikumusaalam warohmatullahi wabarokatuh ..Akhirnya bil kamu angkat juga" Jawabku dengan lega.

" Sebenarnya ada apa sih Del ." Suara sabila terdengar kebingungan.

Tanpa berfikir lama akupun langsung menceritakan semuanya secara detail. Cukup untuk ku dan sabila yang mengetahuinya.

Sabila hanya diam tanpa menyela sedikit pun. Mungkin dia sama dengan ku cukup terkejut.

Aku menghentikan perkataan ku.

Cukup lama kami diam, Sabila tak mengatakkan apapun bekitu pula dengan ku.

Awan mendung mulai menyelimuti kota tempat aku tinggal, Hepasan angin membawa kesunyian yang tercipta. Dengungan dari langit seakan ikut memberikan nada dalam setiap hempasan angin yang bertiup.

" Bil..Terus apa yang harus kita lakukan." Suaraku membuka keheningan yang tercipta.

" Aku juga tak tau. Aku bingung haruskah Mereka merampas Istana yang kita tempati itu. Aku tak sanggup bila bangungan tempat kita menimba ilmu itu menjadi butiran debu." Suaranya semakin merendah disini.

" Ana juga sama Bil. Masih ada beberapa bulan lagi kita di tempat itu. Ingin ku habiskan beberapa bulan itu dengan senyuman di wajah semua orang. Bukan duka yang akan menyelimutinya."

" Kita berdoa saja semoga ada keajaiban. Dan besok kita akan datang kesana kan. Dan tersenyumlah Allah SWT selalu berada dekat dengan kita."

" Aku pasti akan selalu berdoa Bil."

Catatan Kecil Kisah CintakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang