Junhoe's POV
Semenjak aku mengakui perasaan ku, hubungan ku dengan Rose tidak berjalan dengan baik. Aku juga tidak tahu apa yang merasuki pikiran ku. Kalau waktu bisa diputar, aku tidak akan melakukan nya. Lebih baik aku menyimpan perasaan ini saja.
Sebenar nya hidup ku hampa tanpa dia. Saat ini rasa nya kepingan hidup ku ada yang hilang. Rose adalah defini dari home. Saat aku bersama nya aku nyaman. Dia mau mendengar cerita senang maupun sedihku. Dengan nya aku menjadi seorang Koo Junhoe, bukan Junhoe yang dingin, yang tidak peduli dengan keadaan di sekitar nya. Walaupun hanya beberapa bulan saja aku dekat dengan nya, kita berdua banyak bercerita.
Kira-kira kita sudah seperti ini sejak sebulan yang lalu. Tidak ada lagi acara menjemput atau mengantar Rose ke sekolah lagi. Bahkan untuk saling menatap satu sama lain saja, tidak ada yang berani. Sebesar apapun nyali atau niat ku untuk mengajak nya berbicara, tetap saja aku tidak berani berbicara duluan. Pengecut nya diriku ini.
Oleh karena itu, terkadang aku mengekori Rose saat di sekolah. Untung nya Rose tidak menyadari nya. Ayolah tinggal 3 minggu lagi aku disini, aku akan segera pindah ke Bandung. Aku tidak mau menghabiskan waktu ku disini tanpa Rose, walaupun hanya melihat nya dari jauh itu sangat berharga bagiku. Betapa hebat nya diriku menjadi mata-mata untuk Rose. Oh ya aku juga tidak melupakan kebiasaan ku menjadi paparazzi spesial untuk Rose.
Dan ya sebenar nya ada alasan mengapa aku tidak berani memanggil Rose lagi. Pernah suatu ketika aku mencoba memanggil nya, lalu ia langsung berlari menghindari ku. Tidak hanya sekali dua kali dia menghindar, tapi sering.
Lalu pernah aku bertemu dengan nya di toko buku, aku meneriakkan nama nya. Tapi apa daya dia berpura-pura tidak mendengarku. Aku sampai diusir dari toko buku ini kata nya teriakan ku menganggu pengunjung lain. Sebegitu besar nya kah salahku sampai ia terus menghindariku?
"Hoi Jun, mengapa melamun?" teriakan kecil Bobby membuat lamunan ku buyar.
"Seperti nya kau benar Bob, cinta ku bertepuk sebelah tangan"
"Seorang Junhoe yang kata nya bintang sekolah kini bisa tumbang hanya karna sepucuk cinta"
"Seharus nya aku tidak usah menyatakan perasaan ku, biar saja seperti ini"
"Daripada seperti ini terus lebih baik kau mengajak nya bicara empat mata Jun"
Ya bicara empat mata. Ucapan Bobby terngiang-ngiang di fikiran ku. Aku jadi tidak fokus membawa motor. Untung nya ada lampu merah jadi aku bisa beristirahat sebentar.
Tapi tunggu, wanita di kanan ku yang sedang di bonceng oleh seorang laki-laki. Perempuan dan laki-laki itu terlihat sangat dekat, mereka tertawa bersama. Satu lagi, perempuan tersebut melingkarkan kedua tangan nya pada badan laki-laki itu.
Seperti nya aku mengenal mereka berdua. Mereka sangat familiar. Perempuan itu adalah Rose dan laki-laki itu adalah Mino. Mataku tidak rusak kan? Ah benar saja.
Oh, shit. Rose menyadari nya. Aku dan Rose saling menatap sekitar 10 detik. Tidak ada ucapan yang terlontar. Tapi aku bisa membaca dari tatapan nya, yaitu maaf. Tiba-tiba Rose melepaskan tangan nya dari badan Mino.
Rose bilang dia sangat membenci Mino bukan? Tapi sekarang? Mereka terlihat dekat. Seperti tidak ada masalah di antara kedua belah pihak. Hatiku sungguh hancur melihat mereka. Oh Tuhan sudah berapa kali aku melihat mereka bersama, aku ingin menggantikan posisi Mino sekarang juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thursday
FanfictionHari kamis lah dimana dia akan mengeluarkan sumpah serapahnya. Siapa sangka rose yang selalu membenci hari kamis sekarang malah sangat menyukai hari kamis semenjak kedatangan seorang laki-laki. Seberapa pentingnya laki-laki itu hingga ia tidak menge...