15 Regret (Rose)

140 20 0
                                    

Rose's POV

Aku rindu.
Aku rindu seorang Koo junhoe.
Aku rindu senyum nya, tawa nya, semua nya aku rindu.
Tidak pernah aku merasakan serindu ini pada laki-laki. Mungkin pernah, pada Seunghoon. Dia kakak ku, tapi itu beda definisi kan?

Apa maksud dari semua ini? Padahal aku tidak menyimpan perasaan nya. Hanya saja saat bersama nya aku menjadi diri ku sendiri. Tidak perlu memakai topeng lagi. Dia sering membuatku tertawa dengan kelakuan nya yang menurut ku lucu. Kita juga saling bertukar cerita. Dari semua cerita, ada satu cerita yang tidak kuberitahu. Aku sakit sumsum tulang belakang.

Kira-kira sudah sebulan aku tidak berbicara dengan nya. Sungguh terasa berat. Aku ingin sekali memulai percakapan duluan. Tapi aku terlalu gengsi.

Bukan berarti kita tidak berbicara kita tidak bertemu. Aku sering memergoki nya melihat diriku. Aku menyadari nya, tapi aku bertingkah tidak sadar saja. Tidak seru bukan di saat kau sedang memata matai seseorang lalu ketahuan?

Keadaan ku dengan Junhoe sebenar nya canggung setelah insiden itu. Awal nya selalu Junhoe berusaha untuk menyapa ku, tapi aku selalu menghindari nya. Aku menghindari nya untuk sesaat karena kufikir dia akan segera melupakan ku. Tapi ternyata tidak. Aku melakukan ini juga agar aku terbiasa tanpa Junhoe.

Punggung bawahku terasa sakit sekali, seperti nya kambuh lagi. Aku tidak sanggup untuk berjalan apalagi menaiki angkutan umum. Lalu aku mengirimi Seunghoon pesan bermaksud untuk menjemputku. Sebenar nya tidak usah mengirim pesan pun aku tahu jawaban nya, yaitu tidak bisa.

Ia membalas pesanku katanya akan ada seseorang yang menjemputku. Lalu aku berjalan ke gerbang ke sekolah sambil menunggu. Akhirnya jemputan ku datang. Bukannya aku senang tapi aku marah. Bagaimana tidak, orang yang menjemputku itu adalah Mino. Masa bodo lah dengan siapa yang menjemputku, punggung ku sudah sakit sekali. Aku langsung naik ke motor nya Mino.

"Rose punggung mu masih sakit?"

"Iya, tapi tidak sesakit saat kau meninggalkan ku tanpa sebab" jawabku ketus.

"Tadi aku ingin membawa mobilku, tapi bensin nya tidak cukup. Kau boleh memelukku jika tidak kuat". Jawaban macam apa itu. Junhoe tidak pernah seperti itu. Cihhh. Belum aku menjawab pertanyaan nya, Mino sudah membuat tangan ku melingkar di badannya.

Oke ambil sisi positif nya, dia ingin membantuku buka melakukan hal yang tidak-tidak. Selama perjalanan aku diam saja, sampai akhirnya Mino mengajakku bicara. Bahkan membuat ku tertawa. Aku ini sangat tidak bisa menahan tawa, meskipun yang membuat tawa ini adalah orang yang kubenci.

Saat lampu merah, aku ingin mengikat rambut ku. Bukannya aku ge-er atau bagaimana, tapi aku merasa ada yang memperhatikan ku. Saat aku menolehkan kepala ku ke kiri aku melihat seorang laki-laki. Itu adalah Junhoe. Kita bertatapan sekitar 10 detik.

Aku ingin sekali memanggil nama nya setelah sekian lama, tapi rasa nya ada sesuatu menutup mulutku. Entah apa yang membuatku melepaskan tangan ku yang melingkar di badan Mino. Aku bisa melihat jelas dari mata nya bahwa ia kecewa dengan pemandangan tadi.

Demi Tuhan, Junhoe kamu jangan berfikir yang tidak-tidak. Aku tidak bermaksud apa-apa. Aku memeluk Mino bukan semata-mata aku merindukan nya, aku justru merindukan mu. Ini semua gara-gara penyakit sumsum tulang belakang ini sehingga aku tidak mampu duduk tegak.

Thanks ya yang udah mau baca ff ini hihi.....

ThursdayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang