18 Sacrifice

184 21 0
                                    


"Rose........"

Ya itulah kata - kata yang keluar dari mulut Junhoe saat melihat Rose terbaring lemah di atas tempat tidur rumah sakit. Rose tidak pernah memberi tahu jika ia sakit atau apapun pada Junhoe.

"Junhoe?" sapa Jennie yang membuat Junhoe berhenti dari lamunan nya.

"Bagaimana kau bisa ada disini? Siapa yang memberitahumu? Pasti Bobby  yang memberitahumu jika Rose disini"

Perkataan Jennie hanya dianggap angin lalu saja oleh Junhoe. Ia segera berlari menuju tempat tidur Rose. Lalu ia menatap Rose tidak kuasa hingga diri nya terjatuh ke lantai. Mata nya mulai berjatuhan air mata.

Junhoe's POV

Tentu aku kaget perempuan yang terbaring lemah disana adalah Rose. Ada apa dengam diri nya? Ia tidak pernah memberitahuku tentang penyakit nya.

Lamunanku buyar seketika saat Jennie keluar dari kamar itu.

"Junhoe?"

"Bagaimana kau bisa ada disini? Siapa yang memberitahumu? Pasti Bobby  yang memberitahumu jika Rose disini"

Semua ucapan Jennie kuacuhkan, lalu aku segera menghampiri Rose. Aku masih tidak percaya bahwa itu Rose hingga aku terjatuh ke lantai. Sejujur nya aku menyesal tidak ada di samping nya saat ia seperti ini. Bagaimana jika tadi aku tidak mengekori 3 kurcaci itu, mungkin aku tidak akan pernah tau keadaan Rose. Sebenar nya aku ingin marah karena tidak ada yang memberitahuku, tapi marah tidak akan membalikkan keadaan bukan?
 
Aku ingin memeluk nya sekarang, tapi memegang tangan nya saja aku tidak berani. Sungguh tidak tahan melihat nya dengan kondisi seperti itu, lalu aku segera keluar kamar dan menuju rooftop rumah sakit itu. Kunaiki tangga di rooftop itu yang berujung pada atap rumah sakit dan merenung diatas atap tersebut. Ada sekitar 15 menit aku merenung disana, lalu aku kembali ke ruangan tersebut.

Saat aku ingin masuk, 3 kurcaci itu dengan sendiri nya keluar dari kamar itu. Mereka membiarkan ku tinggal berdua dengan Rose. Ku tarik bangku sehingga dekat dengan Rose, dan aku memberanikan diri memegang tangan nya.

"Rose maaf aku telah mengingkari janji ku karena tidak kembali kesini. Aku ingin kembali tapi aku takut kau akan menjauhiku dan semacam nya"

"Sebenar nya aku merindukan mu, entahlah kamu merindukan ku juga atau tidak"

"Bukalah matamu Rose...."

                                    ***

Sudah seminggu ini aku selalu mengunjungi nya. Terkadang aku yang menjaga Rose sampai larut malam, itu bukan masalah bagiku justru aku senang akhirnya bisa melihat dia seharian.

Saat ini aku sedang mengganti bunga rose merah dikamar nya, kalau aku ganti dengan warna hitam tidak lucu bukan? Lalu aku mendengar orang tua Rose sedang berbicara di luar kamar, segera aku melangkahkan kakiku keluar. Tetapi langkahku terhenti, saat mendengar isi percakapan mereka jika Rose tidak mempunyai donor sumsum tulang belakang karena tidak ada yang sesuai. Hal itu membuatku diam di tempat.

"Jun, kamu kenapa berdiri disitu?" tanya ibu Rose.

"Oh tante....a-aku baru saja ingin mencari makan" dusta ku sedikit.

"Ini tante bawa nasi padang, jadi kamu tidak usah cari makan"

"Tante, itu tidak perlu aku akan pulang saja" huh sebenar nya aku masih ingin menemani nya, tetapi aku memilih pulang karena takut mengganggu.

"Kamu yakin?" tanya ibu Rose meyakinkan ku.

"Iya tante"

"Baiklah hati - hati di jalan ya Jun..."

Lalu aku berjalan menuju ruangan dokter yang menangani Rose, setiba nya disana aku mengetuk ruangan tersebut dan aku dipersilahkan masuk.

Aku bertanya apakah Rose sudah mendapat donor yang tepat, jawaban yang diberikan dokter itu hanya gelengan kepala nya pertanda tidak. Dan aku mengajukan diriku untuk mendonorkan sumsum tulang belakang ku, semoga saja itu cocok agar aku bisa melihat nya lagi.

Huhuhu maaf ya baru update, mau ngetik cerita nya itu akkhh susah bgt, padahal cerita udah ada. Makasih eakk yang masih mau baca ff ini... I LOVE YOUU.........BOBBY HWHWHW

ThursdayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang