8 Touch

176 21 0
                                    

"KAK, APA YANG KAU KATAKAN KEPADA MAMAH? TIDAK BERKATA YANG ANEH-ANEH BUKAN?" teriak Rose sambil mendobrak pintu kamar Seunghoon.

"Ya aku bilang kepada mamah, kalau hari Jumat minggu kemarin kamu diantar oleh laki-laki" sahut Seunhoon tertawa geli.

Kaki Rose sudah mendarat diatas gundam milik Seunghoon. "Eh eh eh ampun aku tidak bicara apa-apa"

"Liat saja kalau sampai berbicara yang aneh-aneh akan ku INJAK-INJAK gundam mu"

"Ampun-ampun, aku tidak akan berkata yang aneh-aneh. Demi dewa neptunus, jangan gundam ku Rose, kamu tahu kan betapa susah merakit nya"

"Ya aku tidak peduli" sambil menutup pintu kamar Seunghoon.

"Kalau kamu marah berarti memang benar menyimpan perasaan pada Junhoe"

Rose yang mendengar pun langsung membuka pintu kamar "Hah apa?

"Kalau kau marah berart memang benar menyimpan perasaan pada Junhoe"

"AISHHH AKU TIDAK MENYUKAI NYA. Tapi sebelum nya, bagaimana kau tahu namanya Junhoe?"

"Ya tentu saja, kan Junhoe teman sparing futsal ku"

"Ohhhhh" sambil menutup pintu dan berjalan menuju kamarnya.

Ya jantung Rose berdegup kencang saat Seunghoon menyebutkan nama Junhoe, ia bingung. Apa maksud dari semua ini.

Di jam yang sama berdirilah lelaki yang sedang menunggu gilirannya untuk mencetak foto. "Junhoe sini giliran kamu"

Junhoe yang mendengar namanya dipanggil langsung menghampiri suara tersebut. "Seperti biasa paman, aku ingin mencetak foto"

"Oke sebentar ya Jun"

Sesampainya Junhoe dirumah, ia langsung membuka lemari besi nya yang berwarna hijau. Tidak ada yang mengetahui apa isi lemari ini, meskipun Bobby sahabatnya. Ia mulai menempelkan kembali foto yang baru saja ia cetak.

Sudah selama setahun ini Junhoe menjadi fotografer khusus, spesial hanya untuk Rose. Sekarang sudah ada sekitar 500 lebih foto hasil jepretan yang bergambarkan Rose.

Sebenarnya Junhoe tidak ahli dalam kamera. Tetapi terlintas begitu saja ia ingin mengabadikan Rose. Mulai dari Rose sedang tertawa, berjalan, semuanya ada.

                             ***

Jogging, itu adalah rutinitas Rose setiap sabtu pagi. Mau di kutub utara pun Rose pasti selalu jogging. Rose kini menggunakan legging hitam selutut dan baju kaos agak  ketat berwarna hitam. Dan tidak lupa ia membawa i-pod hitamnya, agar ia menimati masa-masa jogging nya sambil mendengarkan lagu.

Lalu ia kini turun ke bawah untuk memakai sepatu running nike nya yang berwarna hitam. Tak bisa dipungkiri, rose adalah penggemar warna hitam. Semua barangnya didominasi warna hitam. Bahkan tadinya ia ingin mengecat dinding kamarnya berwarna hitam.

Sudah setengah jam Rose berkeliling kompleknya, tapi nampaknya ia belum puas juga. Dilihatnya ada tanjakan, lalu ia berlari kecil menuruni tanjakan tersebut. Sekitar 5 langkah dari tanjakan tersebut, terdapat lapangan basket. Rose tidak peduli ada orang atau tidak di lapangan basket itu, jadi ia tetap fokus pada joggingnya.

Bobby yang sedang berada di lapangan basket melihat Rose. Lalu ia berlari menuju arah Junhoe yang sedang istirahat di bawah pohon. "Jun lihat ada perempuan" ucap Bobby sambil menunjuk-nunjuk.

"Perempuan saja fikiranmu" sahut Junhoe.

"Perempuan yang satu ini beda" sambil membelokkan wajah Junhoe.

ThursdayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang