Chapter 16

96 9 4
                                    

Sudah dua bulan yang lalu sejak kejadian Yoongi di serang anak dari sekolah sebelah, ia jadi semakin dekat dengan Yoonra. Ditambah jika Taehyung adalah pelaku di balik adanya luka di area leher Yoonra kala itu. SeokJin dan Jungkook yang memberitahu Yoongi, dan ia sangat mempermasalahkan hal itu.

Yoongi tahu jika Taehyung begitu membencinya, namun Yoongi tak tahu harus melakukan apa selain diam dan menunggu tanggal main yang akan Taehyung berikan. Karena Yoongi paham, kebencian akan merusak segalanya.

Keadaan Yoongi serta luka yang menghiasi wajah pucatnya kala itu berhasil membuat kepedulian Yoonra kepadanya semakin meningkat dari hari ke hari.

Yoongi tak mempermasalahkan, jika boleh jujur justru ia merasa senang. Menghabiskan waktu bersama setiap hari dengan seorang gadis cerewet seperti Yoonra. Gadis itu akan berisik jika Yoongi terlambat makan siang, tidur larut malam, bahkan jika saat Yoongi tiba-tiba diam karena keadaan moodnya sedang tidak stabil, gadis itu akan menceritakan suatu lelucon hingga membuat Yoongi tertawa.

Yoongi merasa semakin dekat dengan Yoonra. Arti kata dekat yang lebih dari sekedar sahabat.
Yoongi ingin setiap saat bersama Yoonra, melindunginya, membuatnya tertawa, ingin melihat senyum cerah gadis itu setiap pagi.

Memang, Yoongi telah mendapatkan itu semua, namun status yang menghalangi.
Kata sahabat sepertinya kurang pas untuk melakukan hal seperti hal yang telah dijabarkan di atas.
Memikirkan itu semua membuat Yoongi menarik senyum tipis.

Kedekatan mereka tak lain hanyalah, sahabat.

Yoongi sedang duduk di pinggir ranjangnya dengan sebuah ponsel yang menampilkan dua orang tengah tersenyum ke arah kamera. Beberapa detik kemudian layar itu ia geser untuk mendapati foto seorang gadis yang tengah tersenyum memamerkan sebuah cottoncandy di tangannya.

Yoongi tersenyum. Ia merasakan desiran aneh setiap kali melihat senyuman milik gadis itu. Senyum ceria seakan tak ada beban oleh si pemilik dan itu mampu membuat Yoongi terpana.

"Bagaimana bisa kau secantik ini, Yoonra." Di luar kuasa Yoongi bermonolog.

Setelah cukup lama ia memandang foto tersebut, ia me-lockscreen ponselnya lalu berniat untuk tidur. Meski malam belum begitu larut namun entah mengapa ia ingin cepat tidur.

Saat Yoongi menarik selimut lalu memejamkan mata, ia mendengar ketukan di pintu.
Yoongi mendengus, lalu diam dan berusaha untuk tidur.

Ketukan terdengar lagi dan kini semakin beruntun, membuat Yoongi berdecak. Pasti paman Kim.

"Masuk saja paman!" Ujar Yoongi lirih. Mungkin paman Kim hanya akan memastikan apa yang Yoongi perlukan seperti biasanya jadi Yoongi tak perlu bangun untuk mengatakannya, cukup tetap berbaring saja dan katakan dengan mata terpejam.

"Aku tidak butuh apapun paman, terimakasih." Yoongi menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya, dengan respon seperti ini pasti paman Kim akan segera keluar dari kamarnya setelah mengucapkan 'selamat malam'.

"MIN YOONGI! ANAKKUUUUU~"

Oke, kali ini Yoongi salah.

Teriakan ini, lalu... oh, pelukan ini.

Yoongi terkejut. Dapat ia rasakan aroma khas tubuh seseorang yang kini tengah menyibakkan selimutnya setelah pelukan mereka terlepas.

"Bagaimana kabarmu? Kau sudah besar ternyata." Suara itu terdengar riang walau terkesan serak.

"A-ayah?"

"Aku merindukanmu, hei nak!"

Yoongi kembali merasakan tubuhnya telah terbalut lengan kekar serta usapan sesekali di balik punggungnya. Ia seakan tak percaya. Orang yang telah lama tak ia jumpai kini berada didepan matanya.

Selfish (loving you?) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang