Kinal memacu motornya di jalanan. Pikirannya dipenuhi oleh orang-orang terkasihnya. Dia tahu adegan tembak-menembak itu mungkin sudah mendapatkan perhatian dari LAPD tetapi tidak peduli apapun yang terjadi dia akan menghentikan para penembak itu. Tidak seorangpun boleh macam-macam dengan keluarganya. Kinal harap Veranda tetap berada di jalan yang sama agar dia dapat mendeteksi keberadaannya lebih cepat. Kinal menggeber motornya dijalan menarik perhatian dari orang-orang disekitar. Kinal mengkalkulasi didalam kepalanya. Seharusnya ia sudah dapat melihat Veranda sekarang.
"Kamu dimana?"
Kinal berbelok di belokan dan dia akhirnya melihat Evoque yang kendarai Veranda melaju melewatinya dengan dua SUV mengejar di belakang. Kinal menghubungi nomor Beby dan mengubah arahnya menjadi mengikuti kedua mobil SUV tersebut.
"Beb?! Lo dimana?!"
"5 detik!"
Kinal mengerang dan mengganti jalur melawan arus lalu lintas. Dia menghindari semua mobil dengan mereka mengklakson dan menyumpahinya namun matanya sudah terfokus pada kedua SUV itu. Kinal berhasil menyusul mereka dan tepat ketika dia berada di sebelah kanan mereka, salah seorang penembak merubah arah tembakannya kepada Kinal. Pria itu membuka tembakan dan Kinal menginjak rem melambatkan dirinya sendiri membiarkan SUV itu pergi menjauh sekali lagi.
"BEBY?!"
"Gue ngeliat lo! Kami dateng!"
Sebuah Audi A4 berwarna hitam melaju melewati Kinal. Kinal menaikkan kecepatannya dan memberi sebuah sinyal pada Beby. Beby menganggukkan kepalanya sementara Shania meletakkan ponselnya dan menarik sebuah pistol keluar dari bawah kursinya. Beby menginjak rem dan bertukar posisi dengan Kinal. Dia mengambil sisi kiri sementara Kinal berpindah ke sisi kanan berharap dapat mengalihkan perhatian sang penembak. Dia menarik napas dalam dan menaikkan kecepatannya ke arah kanan sementara Beby ke arah kiri. Shania berbicara pada Cindy yang masih berteriak ketika peluru lain mengenai bagian belakang mobil Veranda.
"Cindy! Tenang! I'm coming!"
Shania naik ke atas kursi dan membiarkan separuh tubuhnya keluar dari mobil sementara Beby berfokus pada timing untuk serangan kejutannya. Kinal melihat Shania sudah melakukan ancang-ancang lalu dia kembali ke sisi kanan mengganggu sang penembak sekali lagi. Instingnya benar. Penembak SUV kedua mulai mengarahkan pistol mereka pada dirinya. Kinal memastikan dirinya cukup jauh dan terus menyalip ke kanan dan kiri. Beby mengambil kesempatan dan mendekat kesamping SUV kedua. Shania tidak membiarkan mereka bernapas ketika mencabut nyawa para penembak itu satu-persatu. Benar-benar tembakan yang cepat dan mulus dari Shania.
"Beb sekarang!"
Beby membanting stirnya ke arah kanan menghantam sisi mobil SUV tersebut dan berhasil memaksa mereka tergelincir menuju jalan yang berlawanan arah. Sebuah lorry datang dan menghantam mobil tersebut dan menyeretnya di sepanjang jalan. Ketiga wanita itu tidak memiliki waktu untuk mengagumi pembunuhan pertama mereka setelah 14 tahun dan mendekat menuju SUV yang satu lagi. Shania keluar dari mobil dan melompat kebagian belakang Ducati Monster milik Kinal yang mendekati kendaraan mereka. Semua itu dilakukan ketika kedua kendaraan tersebut melaju dengan kecepatan tinggi.
"Go behind, kak Kinal!"
Shania berteriak pada Kinal. Kinal mengangguk kecil. Dia percaya Shania tahu apa yang dilakukannya. Kinal mendekati bagian belakang SUV hitam itu sementara Beby ke arah kanan menembakkan pistol yang diberikan Shania padanya. Dia adalah pengalih agar rencana Shania berhasil. Shania bersiap dan menunggu sampai Kinal sudah cukup dekat. Shania mendorong dirinya sendiri dan menggunakan momentumnya melompat ke arah SUV yang sedang melaju. Dia mendarat di atas atap. Beby terus menembaki penembak yang hendak menembak Shania. Kinal melaju melewati SUV tersebut kearah mobil Veranda. Semua orang yang berada di dalam SUV meremehkan kemampuan Shania. She is and still the ice cold soldier. Shania berpegang pada atap ketika mobil bergerak ke kiri dan kanan mencoba untuk menghempaskannya. Dia menghantam jendela pengemudi dengan segala kekuatan yang ia miliki dan mencengkram leher sang pengemudi, mencekiknya. Pria itu mencoba melepaskan tangan wanita itu dari lehernya namun ternyata Shania amat sangat kuat. Para koleganya sedang sibuk mengurusi Beby.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROJECT 9: The New Era
FanfictionSequel dari Project 9 Still not mine. Credit goes to Bluppy as the writer, I only change the languages, characters and some of it to be fit. Hope you guys would enjoy this one too