Beby merasakan punggungnya menabrak semua barang-barang yang berada di gudang. Shane tidak memberinya banyak waktu untuk bereaksi ketika wanita itu kembali mendekat dan menendang wajahnya lagi. Beby merasakan darah mengalir keluar dari hidungnya. Hidup normal selama 14 tahun memang memberikan suatu efek padanya. Beby berguling kesamping ketika Shane mencoba untuk menginjak wajahnya. Beruntung, insting bertahan hidupnya masih berfungsi dengan baik. Shane berdiri disana dengan senyum licik melihat Beby terlihat kepayahan untuk mengimbanginya.
"Anda tidak sama seperti yang saya dengar. Anda terlihat lebih..."
Mata Shane memperhatikan Beby dari wajahnya menuju kakinya lalu kembali lagi pada wajahnya. Beby dapat merasakan napasnya menjadi sedikit berat. Sudah lama sekali sejak ia bertarung seperti ini.
"...lemah. I guess you're getting old."
Bibir Beby membentuk sebuah senyum miring. Matanya terus tertuju pada mata Shane.
"I can kick your ass. Don't worry."
"With that? Anda sudah kepayahan. Saya bahkan tidak mengeluarkan banyak tenaga."
Beby mengaturkan napasnya. Dia mengusap darah yang keluar dari hidungnya dan berdiri menghadapi Shane.
"They don't call me Beby Chaesara Anadila for nothing."
"Sombong. Seperti yang saya dengar. Asal anda tau setelah selesai dengan anda, saya akan memburu Shania Junianatha. Ada pesan untuknya?"
Beby mengepalkan tinjunya. Jadi siapapun yang mengirim Shane mengetahui lokasi Shania dan yang lainnya. Dia tidak bisa mengundur ini lebih lama lagi. Beby melepaskan jaketnya dan melipatnya sebelum ia sampirkan di kursi plastik.
"Apa itu hadiah untuk saya?"
Beby terkekeh. Dia memasang kuda-kudanya. Menggunakan jari, ia memberi gestur pada Shane untuk menyerangnya.
"Akan butuh paling lama 5 menit sebelum aku menghantamkan wajahmu ke lantai lalu aku akan menemukan siapapun orang yang sudah menyewamu lalu memburu orang itu."
Senyum sinis diwajah Shane menghilang. Apa yang Beby katakan membuatnya murka. Tidak seorangpun pernah mengejeknya seperti yang Beby lakukan dan dia tidak menyukainya. Shane mengambil sebuah pisau lempar dari balik punggungnya dan melemparkannya pada Beby. Kali ini, Beby tidak menghidar dan menangkap pisau tersebut dengan tangan kosong. Hal ini membuat Shane terkejut. Matanya membulat ketika tiba-tiba Beby melompat ke arahnya. Dia menangkis tendangan wanita itu namun tidak siap ketika Beby menyikut perutnya. Kemudian dia menarik Shane ke arahnya dan membenturkan kepala keduanya membuat Shane berteriak. Shane terhuyung mundur tidak fokus. Dia mengayunkan tangannya ke arah Beby tapi Beby menangkapnya. Berbalik, dia menghantamkan sikutnya pada lengan Shane. Suara sesuatu yang patah menggema didalam gudang. Shane berteriak kesakitan. Beby bahkan tidak membiarkan rasa sakitnya terasa terlalu lama dan mencengkram kepala wanita itu lalu menghantamkannya pada tembok yang berada di depan mereka. Rasa sakitnya terlalu berlebihan untuk Shane lalu ia jatuh ke belakang mengerang kesakitan. Beby menggunakan pisau yang ia genggam sedari tadi dan berjalan kearah Shane. Shane sedang berguling di lantai ketika Beby memegangi tangannya dan menikamnya ke lantai dengan pisau lempar membuatnya berhenti menggeliat. Matanya membelalak berteriak akibat rasa sakit tanpa henti yang menderanya. Beby mencengkram rambutnya dan menarik wanita itu ke arahnya agar ia dapat menatap wajahnya.
"Siapa yang mengirimmu?"
Shane tidak menyerah dan mencoba mengayunkan kakinya ke arah Beby tapi wanita didepannya menangkap kakinya bahkan tanpa melirik sedikitpun. Beby berdiri dan menginjak lututnya dengan keras. Shane dapat merasakan sakit yang diberikan Beby padanya. Rasanya sangat menyakitkan. Beby berjongkok sekali lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROJECT 9: The New Era
Fiksi PenggemarSequel dari Project 9 Still not mine. Credit goes to Bluppy as the writer, I only change the languages, characters and some of it to be fit. Hope you guys would enjoy this one too