"Kenapa masih bangun sayang?"
Cindy menoleh kesamping dan melihat Beby duduk di sebelahnya. Saat ini mereka tengah duduk di lantai berundak dengan kaki mereka berayun dipinggir undakan. Sudah agak larut ketika mereka semua tiba di Jakarta karena itu dengan persetujuan dari semuanya, akan lebih baik bagi mereka untuk beristirahat. Di tambah lagi Beby dan Veranda memiliki banyak hal untuk mereka katakan pada belahan jiwa mereka masing-masing. Cindy melihat mata Beby memandang jauh ke pemandangan malam dimana mereka dapat melihat nuansa malam kota Jakarta yang dipenuhi oleh cahaya. Cindy belum pernah datang ke Jakarta sebelumnya. Ini adalah yang pertama kali baginya dan dalam situasi yang ia rasa mustahil.
"Aku belum ngantuk. Jet lag mungkin. Kamu?"
"Aku gak bisa tidur mengetahui putriku gak bisa tidur."
Cindy memutuskan untuk tidak mengatakan apapun dan membiarkan kesunyian menyelimuti mereka. Dia lelah namun matanya menolak untuk memejam. Mungkin karena dia khawatir dengan apa yang akan terjadi esok.
"Maaf." Cindy melirik kearah Beby dan melihat wanita itu menatap kebawah dari lantai 3. Apa yang harus di maafkan? Beby tidak melakukan sesuatu hal yang salah kan? Cindy tersenyum kecil.
"Mom bilang aku harus percaya padamu sama seperti kamu yang selalu mempercayaiku setiap waktu."
"Dia orang yang bijak kan?"
"Bijak atau terbutakan oleh cintanya padamu?"
Beby terkekeh mendengar respon Cindy. Itu mungkin juga benar. Karena, mereka sangat mencintai satu sama lain.
"Aku minta maaf sudah meninggalkanmu dan mom. Gak seharusnya aku melakukan itu. Kurasa keselamatanmu dan ibumu sangat berarti bagiku."
Cindy melihat sebulir air mata mengaliri pipi Beby. Dia tidak terbiasa melihat Beby menangis. Dulu tidak peduli apapun yang terjadi, Beby tidak pernah menitikkan air mata. Oke wanita itu pernah menangis satu kali tapi itu karena dirinya memenangkan juara satu dalam sebuah project.
"I'm okay. Aku ngerti kenapa kamu harus melakukan itu. Beby, kamu selalu ngelindungin aku. Tentu saja aku akan mengerti. Aku cuma khawatir kalo aku... aku mungkin gak akan pernah bertemu denganmu lagi. Siapa yang nanti bantuin aku untuk ngasih pelajaran ke anak-anak basket yang songong itu?"
Cindy mencoba untuk menaikkan mood Beby. Dan berhasil ketika Beby menariknya dan meletakkan satu lengan di leher gadis itu. Dia mengacak rambut putrinya membuat Cindy protes tetapi bukannya medorong Beby menjauh, Cindy memeluk pinggang ibunya.
"Iya, aku gak sabar pulang kerumah dan ngebantu kamu ngasih pelajaran ke anak-anak basket. Kita bisa minta Jinan untuk ngebantu kita. Gimana?"
Cindy semakin mengeratkan pelukannya. Dia begitu merindukan wanita itu.
"As long as we win."
"Yeah, as long as we win."
Beby menolehkan kepalanya lalu mencium puncak kepala Cindy. Dia mulai menggumamkan sebuah lagu. Satu lagu itu yang tidak diketahui oleh Cindy darimana asalnya namun mengetahui Beby lah yang menggumamkannya membuat hatinya menjadi tenang. Tidak peduli seberapa marahnya ia, Cindy tidak bisa marah terlalu lama. Dia terlalu mencintai kedua orangtuanya. Hanya dengan berada di dekat mereka berdua sudah cukup bagi gadis berusia 13 tahun itu. Hanya itu yang ia pinta.
"Beby?"
"Hmm?"
"Kamu gak pernah cerita lagu apa yang selalu kamu gumamin itu?"
"Lagu ini?"
Beby merasakan Cindy menganggukkan kepalanya.
"Aku sendiri gak tau tapi aku inget seseorang gumamin lagu ini saat aku berusia 3 tahun. Malam itu malam yang dingin. Aku tidak punya selimut. Aku bahkan tidak punya kardus untuk kujadikan alas tidur. Aku menggigil dan tanganku terus gemetar. Aku berharap ada seseorang yang dapat kujadikan tempat bersandar. Tapi siapa yang kubodohi? Aku hidup di jalanan. Aku bersikap seperti anak umur 5 tahun ketika usiaku baru 3 tahun. Aku mengurus diriku sendiri ketika anak usia 3 tahun lainnya masih merangkak pada ibu mereka. Mungkin karena insting bertahan hidup itu, aku hampir pingsan malam itu. Ditambah dengan udara dingin, sama sekali tidak membantu. Aku melihat seseorang menggendongku tapi aku terlalu lelah dan tidak mengenali siapa dia. Dia membantuku sambil terus menggumamkan lagu ini. Kurasa lagu itu masih tertanam di otakku sampai sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
PROJECT 9: The New Era
FanficSequel dari Project 9 Still not mine. Credit goes to Bluppy as the writer, I only change the languages, characters and some of it to be fit. Hope you guys would enjoy this one too