We're Coming

1.9K 251 104
                                    

Jakarta - Terdengar sebuah keributan di tengah malam yang membangunkan hampir seluruh warga kota Jakarta. Banyak orang bertanya-tanya dari mana datangnya keributan itu? Seorang saksi maju dan menjelaskan bahwa dirinya melihat nyala api dan cahaya terang datang dari arah kontruksi sebuah rumah sakit yang sudah tidak terpakai didekat tempat tinggalnya tetapi sebelumnya tidak ada pemberitahuan mengenai akan dilanjutkannya penghancuran tempat tersebut. Dia sama seperti warga yang lain menelpon polisi dan melaporkannya. Warga sekitar mengklaim seakan terjadi sebuah perkelahian ditempat kejadian perkara. Sehari setelahnya, Wakil Kepala G48, Augusto membantah mengenai serangan teroris ataupun perkelahian yang melibatkan penggunaan senjata.

"Tidak masuk akal. Tidak ada suatu apapun yang tidak terdeteksi oleh G48 dan kami tegaskan sekali lagi pada seluruh warga bahwa kami bertanggung jawab atas Indonesia dan keamanan seluruh warga negaranya. Kami sudah mengutus unit ke tempat kejadian dan tidak menemukan apapun. Kami memiliki bukti bahwa nyala api berasal dari petasan dan digunakan oleh anak-anak nakal untuk bermain ditengah malam. Saya menjamin tidak ada perkelahian menggunakan senjata yang terjadi di tempat kejadian perkara."

...

Perlahan mata Jinan membuka. Keadaan gelap dan dia tidak dapat melihat apapun. Dia mencoba menggerakkan tangan kanannya dan untungnya tangannya tidak tertusuk apapun meskipun dia dapat merasakan sakit pada kedua tangannya. Hanya luka ringan. Kemudian dia menggerakkan tangan kirinya dan memaksa tubuhnya untuk berdiri sambil mengerang.

"Gue dimana?"

Dia mendesis ketika bagian belakang kepalanya terasa sakit. Dia meletakkan telapak tangan kirinya dibagian belakang kepalanya dan melihat sekeliling. Dia menyipitkan mata untuk mencoba melihat dalam kegelapan.

"Hap?"

Jinan melihat Cindy berada didekat dinding dalam keadaan berbaring dilantai. Dia memaksa dirinya untuk bangkit dan berjalan kearah gadis itu sambil menstabilkan tubuhnya sendiri. Dia kembali duduk dilantai dan memanggil nama gadis itu sekali lagi.

"Cinhap."

Dia meletakkan satu jarinya dibawah hidung gadis itu dan merasa lega ketika ia merasakan napas gadis itu. Dia menepuk pipi gadis itu berharap dapat membangunkannya.

"Hey, Cindy. Bangun."

Gadis itu bergerak sedikit dan dia memanggil namanya lagi.

"Hap, bangun."

Perlahan Cindy mendapatkan kembali kesadarannya dan setelah berusaha keras, dia menyadari itu adalah suara Jinan. Dia kesulitan melihat sosok anak laki-laki itu dalam kegelapan.

"Apa yang terjadi?"

Jinan menggelengkan kepalanya sementara Cindy berusaha untuk duduk tapi merasakan sakit yang menyengat dibagian perutnya. Dia menunduk dan melihat ada sebuah luka di pinggangnya. Dia meletakkan tangannya diatas luka itu dan mendesis. Jinan melihatnya dan menyingkirkan tangannya. Dia mennganalisa luka itu meskipun kegelapan menyelimuti mereka. Cindy menggigit bibirnya sendiri ketika jemari Jinan tidak sengaja mengenai lukanya.

"Sorry."

"No, it's okay."

"You're not. Lukanya keliatan dalem Hap. Tunggu sebentar."

Jinan merobek kedua lengan bajunya dan mengikatnya menjadi sebuah perban yang panjang. Cindy memejamkan matanya ketika lengan anak laki-laki itu melingkari pundaknya.

"Lo harus sedikit membungkuk kedepan supaya gue bisa ngiket ini di pinggang lo."

Gadis itu mengangguk dan melakukan apa yang ia katakan. Jinan mulai melilitkan kain yang sudah dirobek itu pada pinggang Cindy memastikan ia menutupi area yang terluka. Dia berhasil menyelipkan sapu tangannya diatas luka tersebut sebelum menutupinya. Dia mengikatnya namun tidak terlalu kencang. Kinal memberitahunya tentang sirkulasi darah yang dapat terhenti jika perban terlalu kencang. Tidak bagus.

PROJECT 9: The New EraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang