Sakha bukan tipe pria yang mudah cemburu ketika mendengar wanita idamannya pergi dengan lelaki lain, apalagi dia hanya mendengar, tidak melihat langsung kejadiannya. Sakha sengaja berangkat lebih awal dari biasanya, dia ingin mendengar cerita Taufan.
Sakha tidak tahu ini kali keberapa dia menatap gedung Terminal 3 Ultimate Bandar Udara Soekarno Hatta. Dia bangga dengan dirinya sendiri, Sakha bangga dengan pencapaiannya. Profesi yang dia idam-idamkan sudah dia rasakan.
Setelah memarkirkan mobilnya, Sakha menemui Taufan yang 'katanya' sedang duduk di depan ATM yang ada tanamannya. Oke, Sakha tau tempat itu.
"Pan," Sakha duduk di samping Taufan yang sedang menunduk menatap ponselnya. Taufan langsung melihat ke sumber suara. "Cepet cerita," tagih Sakha. "Yailah, inget aja lo. Pindah sanaan kitalah, yang sepi dikit," Taufan menunjuk tempat yang cukup sepi.
"Eh Ka, gue liat Feby masa, kemaren."
"Sama?"
"Afandi. F.O yang lagi ngehits itu. Saingan lo."
"Saingan gue? Enggak lah."
"Yakin?"
•
7.00 p.m
Sakha memasukkan beberapa potong pakaian ke dalam mesin cuci, kemudian menyalakan mesin itu. Sakha lalu pergi ke kamarnya untuk menonton tv. Kemarin dia melewatkan event penting karena harus terbang. Event game online kesukaannya.
Masih jam 7, masih ada 3 jam lagi untuk bermain game sebelum akhirnya pergi ke klub malam tercinta. Sakha menyalakan pcnya. Sambil menunggu benda itu hidup, Sakha menghubungi Kirana.
"Ran, gue mau bicara." Kata Sakha dengan nada sok serius.
"Apa, Mas?"
"Lo jujur aja, gue gak marah. Feby main sama Afandi?"
"Ee ... gak tau gue."
"Bullshit anjir. Beneran ini. Serius lo gak tau?"
"Lo marah kalo gue cerita yang sebenarnya?"
"Enggak. Asal lo jujur."
"Gini, Feby gak pulang dari kemaren dan gue gak tau deh gimana. Katanya dia pergi sama Afandi."
"Oke sip. Ntar malem gue ke rumah Afandi."
•
Cowok macam apa yang menculik wanita lugu seperti Feby. Sungguh anarkis. Sakha meletakkan ponselnya di samping microphone yang sedang tidak dia gunakan sekarang.
Sakha tidak berubah, dia masih menjadi Sakha yang identik dengan game online. Rutinitas bermain game sudah mendarah daging.
•
9.45 p.m
Sakha menatap bayangan dirinya di cermin. Tubuhnya terbalut kemeja navy, Sakha kemudian merapikan rambutnya dan menambahkan sedikit pomade.
Dia melirik jam tangannya, waktunya berangkat. Dia mengeluarkan mobil dan mengendarai kendaraan roda 4 itu. Sesampainya di tempat ini, dia langsung masuk dan mencari Kirana yang biasanya datang kesini.
Itu dia. Kirana duduk sendiri sambil memainkan ponselnya. Tanpa basa-basi, Sakha langsung duduk di samping Kirana. "Sendiri neng?" Sakha tertawa kecil. "Astaga, gue kira om-om mana, ternyata lo, Mas," Kirana mengalihkan pandangannya ke Sakha.
"Feby mana? Masih sama Afandi?"
"Eh? Enggak kok, lagi ke toilet tadi."
"Bohong gak nih?"
"Enggak. Tunggu aja bentaran lagi."
Sembari menunggu Feby kembali, Sakha menyapa teman-temannya di tempat ini. Mereka sempat menanyakan kenapa Sakha sudah lama tidak datang. Dan Sakha beralasan 'jaga ponakan'
Sakha sebenarnya tidak peduli Feby jalan dengan siapa, dia tidak berhak cemburu, karena Sakha bukan pacarnya. Dia hanya menaruh perasaan lebih ke Feby. Tadi Sakha sempat mengontak Gahari untuk datang ke sini, Sakha ingin memberi Kirana kejutan.
"Lama gak ketemu," kata Sakha kepada Feby ketika melihat wanita itu. Feby hanya tersenyum kecil. "Dibawa lari kemana sama F.O baru?" tanya Sakha sambil senyum kambing.
"Gue gak dibawa lari, Mas. Kemaren gue diajak jalan sampe siang sama Afandi, sorenya jumpa mama di Bandara, orang tua ada urusan bentar di Jakarta, besoknya mau cabut ke Bandung, jadinya gue ikut nginep di hotel sama orang tua. Gitu loh."
"Gue kira lo diculik, njay." Sakha tertawa. "Aku kira juga gitu, abisnya Feby dihubungi kagak nyaut, asal kamu tau, dek, aku gak terbang karna nyariin kamu sama Nisa keliling Jakarta. Alibinya aku sakit." Sambung Kirana.
"Kakak aku kok co cwit gitu. Kemaren aku gak bawa charger, hp mamaku yang tinut tinut itu, gak bisa dipinjem."
•
2.00 a.m
Sakha mengendarai mobilnya ke kosan Feby. Dia mengantarkan wanita itu pulang. Sementara Kirana sedang keliling Jakarta bersama Gahari. "Good morning dan selamat tidur," ucap Sakha sebelum Feby keluar dari mobil. "Too," balasnya.
Sakha ingin diajak keliling Medan oleh Feby, sepertinya kota di pulau Sumatera bagian Utara itu keren. Feby pernah bilang 'jangan pikir Medan itu keras.'
Jujur saja, Sakha sebenarnya agak sedikit seram jika disuruh ke Medan, menurutnya kota itu memang keren, tapi keras. Kata Feby, Medan itu asik. Tidak perlu biaya hidup yang tinggi untuk tinggal di kota ini.
•
Lama ya gak apdet cerita? Wakaka. Aku lupa soalnya wkwk, mei 1 kmrn mau apdet, tapi internet putus nyambung kayak hubungan dia :v
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakha's Journey
Fiksi Remaja[Sequel dari My Pride] Menjadi pilot bukan sekedar profesi untukku. Tapi adalah tanggung jawab. Mengantarkan banyak jiwa menjadi kebanggaan tersendiri buatku. Berkelana bersama burung besi mengelilingi langit Indonesia. Ini kisah tentang aku dan mer...