Sakha
"Eeii, sup ma bro," seperti cowo pada umumnya, ketika ketemu teman lama, gue langsung pelukan ala cowo sama Dana."Siappp! Abang F.O GA makin ganteng aja." Sambut Dana. "Mantap lah Dan, tongkrongan lo ajib juga ya."
Gue dan Dana duduk di kursi pojokan. Sekarang gue dan manusia recet ini lagi di tongkrongan dia buat ngobrolin proyek kita. "Apa kerjaan, Dan?" Gue ngeluarin ponsel dari kantong dan meletakkannya di atas meja. "Distro dong sekarang," jawab Dana bangga. "Azek, andalan gue, tomorrow landing."
"Lokasi dimana, Dan?" tanya Gue. "Rumah lama gue di Jakarta," jawab Dana tenang. "ANJIR? Sumpah lo?" Gue kaget setengah hidup.
"Iya bray. Jadi orang yang beli rumah lama gue itu udah pindah karna gak tahan. Dan anak yang beli rumah gue kemaren nelpon gue gitu. Dia ngajak kerjasama bikin proyek ini. Namanya Faras, kita udah sempet ngobrol banyak juga, Faras bilang, kalau bisa gue bawa temen. Sekitar 2-3 orang gitu deh," jelas Dana.
"Dan lo milih gue? Pantesan nyuruh bawa temen gue. Temen lo kok gak lo ajak?"
"Takut semua tu cowo-cowo. Temen lo siapa, Ka?"
"Pramugari tempat gue kerja. 2 orang."
"Weish, mantep. Tapi serem cuy bawa cewek."
"Ngapa serem?" gue bingung. Cewek kan juga manusia. "Pastiin waktu kita beraksi mereka lagi gak dapet. Biar kagak ada yang ngikut." Dana mulai serius. "Oke sip lah."
•
7.00 p.m
Malam ini gue, Aksa, Feby, dan Kirana udah balik ke Jakarta, karna si Feby mau stand by besok. Dan baru jam 7, mobil gue udah senyap. Si Aksa tidur, Feby sama Kirana mungkin tidur juga. "Feb," gue nyoba manggil Feby. Manatau dia masih bangun. "Yap?" Feby nyaut. "Kenapa, Mas?"
"Lo lagi tidur?" tanya gue ragu. "Ya gitu deh," jawab Feby dengan suara seadanya. "Gapapa. Lanjutin aja tidurnya. Ntar kalo udah nyampe gue bangunin." Gue gak tega gangguin Feby, kasian dia.
Mari gue jelasin sedikit, Dana ngajak gue bikin proyek berhubungan dengan mahkluk 'lain' dan karna gue orangnya demen nyari pengalaman, ya gue setuju aja. Dana bilang boleh bawa temen 2-3 orang. Pas banget ngajak Feby sama Kirana. Mereka kan kocak.
Gue belum nanya ke anak bocah dua iket itu sih, tapi mereka pasti mau. Gue yakin.
•
Malam ini setelah nganter Feby dan Kirana pulang, gue cabut ke rumah Kartika. Dia katanya udah pulang terbang gue nganter Aksa sekalian nginep. Soalnya Mas David belum balik, masih di Timika.
Gue kepikir buat jual rumah dan beli apartemen. Tapi Kartika bilang, kalau mau beli apartemen nanti aja, tunggu rumah Kakak gue ini kontrakannya abis. Jadi, rumah peninggalan Bapak gak perlu di jual. Btw, kalau gue lagi sendiri di rumah dan lagi duduk di pinggiran jendela, gue sering flashback.
Flashback ke saat Kartika kecelakaan udara, ketika Bapak ninggalin gue, masa dimana perekrutan gue sebagai pilot. Kalau gue masih punya keluarga lengkap, Bapak dan Ibu pasti seneng dan bangga banget.
Pernah disuatu sore ketika pulang terbang, gue jalan kaya orang bego dari pesawat. Pandangan gue kosong aja, dan gue gak kesurupan. Enggak. Kan gak lucu ada berita 'Seorang F.O maskapai ternama Indonesia kesurupan hantu bandara karna bengong'
Saat itu yang gue pikirkan adalah, 'seandainya' Ibu dan Bapak masih hidup, gue mau beli private jet, yang nyupir gue sama Mas David, Bapak, Ibu, Kartika, dan Aksa nyantai aja nikmatin penerbangan. Nanti gue buat vlog, terus di upload ke Youtube.
Tapi semua itu hanya seandainya. Tidak akan terjadi. Nasi telah menjadi bubur, yang harus gue lakukan hanyalah membuat bubur itu enak, tidak hambar. Seperti hidup gue, semua ini udah terjadi, yang gue lakuin hanyalah membuat hidup ini gak flat, gak ngebosenin.
•
Ini udah 3 hari setelah gue nginep di rumah Kartika. Dan hari ini gue bakal duduk di kokpit lagi. Di penerbangan kali ini gue sama Kapten Andre, untuk flight attendantnya ada Kirana si recet, Chessa, Mentari, dan Syanaz. Sial gue sama Kiran, pasti diledekin terus.
"Ndek chat romantis, sayang-sayangan, ndek kabin nek ketemu koyok wong gak kenal," itulah kalimat ledekan saat gue pertama kali masuk pesawat dari Kirana. Dan sialnya Syanaz ikut nyambung. "Sama siapa, Ran?"
"Feby lah, mbak. Siapa lagi, ups, Mas Sakha jangan marah dong." Kirana ketawa ketiwi sementara gue pura-pura gak kenal aja sama dia. "Beruntung kamu, Ka bisa dapetin Feby," kata Kapten Andre ketika kami masuk kokpit. "Kenapa capt?"
"Kamu beruntung. Udah. Ntar ngerasain sendiri, deh,"
Gue bergidik ngeri ketika Kapten Andre bilang begitu. "Ngerasain kepribadian dia maksud saya, kamu ini, ada-ada aja." Kapten Andre seakan tahu apa isi kepala gue.
•
Disini ada yg tau berita mba mugari bantuin ibu2 lahiran? Ada yg tau instagram mbaknya gak? Pengen bilang sama mbaknya 'kalian l u a r b i a s a' keren banget sih sumpah, buat yg belom tau bisa cek di instagram lambe_turah
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakha's Journey
Genç Kurgu[Sequel dari My Pride] Menjadi pilot bukan sekedar profesi untukku. Tapi adalah tanggung jawab. Mengantarkan banyak jiwa menjadi kebanggaan tersendiri buatku. Berkelana bersama burung besi mengelilingi langit Indonesia. Ini kisah tentang aku dan mer...