Aku Tegar

2K 136 6
                                    

'Mengapa bintang bersinar, mengapa air mengalir, mengapa dunia berputar, lihat segalanya lebih dekat dan kau akan mengerti'

"Lo kenapa suka denger lagu lama, Mas?" tanya Feby. "Gak tau. Jujur aja gue masih doyan denger lagu lama gini. Gue suka Sherina," jawab Sakha sambil memakai kacamata hitamnya. Sore ini matahari masih bersinar.

"Gue suka juga Sherina. Kadang gue suka miris liat anak muda sekarang," Feby menghembuskan nafas pelan. "Kenapa?" Tanya Sakha. "Gak ada yang tua."

"Astaga, Feb. Si Aksa juga tau kali. Beneran ini gue nanyanya."

"Bahaha. Canda gue. Kemaren gue liat anak bocah, anak SMP masih pake seragam. Cewek sama cowok, jalan berdua di taman gitulah. Gandengan tangan njir, ceweknya nyandarin kepalanya ke bahu si cowo. Kaya orang mabok pulang dari club, ya gue mikir positif aja, mungkin si cewe lagi sakit, terus mau dianter pulang sama si cowo."

"NGAKAK FEB," Sakha tertawa. "Itu belom seberapa, Feb. Lo liat di facebook, banyak yang lebih parah malahan. Nih, buka facebook gue," Sakha mengeluarkan ponselnya dari saku celana dan memberikan benda itu ke Feby.

"Main facebook gimana, Ka? Gue gak pernah main lagi, udah lupa."

"Bentar, gue parkir dulu."

Sakha membelokkan mobilnya ke salah satu mall di Ibu Kota ini. Kemudian mencari lahan parkir yang kosong, dia lalu memarkirkan mobilnya. "Sini, aku cariin gambarnya," Sakha mengambil ponselnya dari Feby. "Aku? Sebut lagi, Ka! Sebut lagi!" Feby girang.

"Sini aku cariin. Udah gak usah lebay." Sakha mencari postingan yang ia maksud. "Besok, Kamis, kita terbang sama lagi yakan," kata Sakha sambil fokus ke ponselnya. "Emang iya gitu? Seriusan lo?" tanya Feby. Sakha mengangguk. Kemudian menunjukkan layar ponselnya.

Kamis, Terminal 3 Bandar Udara Internasional Seokarno Hatta

Hari ini Sakha terbang bersama Feby untuk yang kedua kalinya. Sekarang Sakha dan Feby tengah berjalan bersama.

"Mas," panggil Feby. "Saya," sahut Sakha. "Gue mau nanya. Pertanyaan mainstream sih, tapi gue harap lo jawabnya gak pake jawaban mainstream juga." Feby tersenyum kecil. Sakha mengangguk. "Silahkan, nanya aja."

"Kenapa mau jadi pilot?"

"Gue pengen jadi pribadi yang berguna untuk orang lain. Ya, gue tau ini mainstream. Tapi bukan itu aja. Jadi pilot bukan sekedar profesi buat gua. Tapi adalah tanggung jawab. Berkelana sama burung besi keliling langit Indonesia. Sampai satu hari nanti, gue menutup mata dan menyatu dengan tanah Indonesia. Gue harap, apa yang gue lakukan semasa hidup ada artinya untuk orang banyak."

Semarang, Indonesia

Hari ini tidak ada yang istimewa. Hanya ada pax yang marah-marah karena tidak bisa menukar tempat duduk. Kru dalam penerbangan kali ini juga menyenangkan. Di kamar hotel ini hanya ada Feby dan Gracia.

Ponsel Feby tergeletak di nakas. Dia membiarkan puluhan panggilan masuk ke ponselnya. Tangan Feby seakan tidak sanggup menggapainya. "Feb, kok gak diangkat? Telpon dari mantan kah?" Tanya Gracia.

Wanita asal Medan itu menggeleng. "Dari Mama," ucap Feby pelan. "Angkat lah, manatau mau kirimin uang bulanan," suruh Gracia.

"Ha-halo, mam," ucap Feby dengan suara bergetar.

"Feby, kamu udah tau masalah kita kan, dek?" Kata Ibu Feby dengan logat Medannya

"Aku tau, Ma. Tolong pertimbangin lagi, Ma." Mohon Feby.

"Feb, menjaga kepercayaan itu sulit."

"Besok aku pulang."

"Kabari Bang Fernan. Mama gak bisa ke Kualanamu. Mungkin Bang Fernan sama Dek Fatih."

"Iya. Gapapa. Jaga diri ya, Ma."

"Aku gak ngerti lagi, Kak." Feby menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang hotel yang dilapisi sprei putih. "Why?" tanya Gracia.

"Aku udah hampir 1 tahun gak ketemu Papa karna aku kerja. Dan sekarang, aku harus kembali ke Medan dengan keluarga yang udah gak utuh."

" ... "

"Besok sore, aku langsung ke Medan, Kak. Doain biar gak ada kejadian apa-apa ya."

"Iya, Feb. Aku berharap yang terbaik untuk kamu."

5.00 p.m
Medan, Sumatera Utara, Indonesia

Satu malaman Feby tidak dapat memejamkan matanya. Dan waktu 2 jam di pesawat dia gunakan untuk tidur.

Disini wanita ini sekarang. Medan, Sumatera Utara. Tanah Melayu Deli, tempat kelahirannya. Feby berjalan keluar dari tempat pengambilan barang, kemudian melangkahkan kaki menuju pintu keluar.

Matanya mencari Bang Fernanda dan Fatih, adiknya yang baru duduk di kelas 3 SD. "Ebi!" Suara imut itu membuat Feby mencari sumber suara.

Terlihat dari jauh Fatih berlari menghampiri Kakak perempuannya. Feby menyambut bocah ini dengan gembira. "Hai sayang." Seulas senyum, Feby berikan kepada Muhammad Fatih Al-Faqih, adik bungsunya.

"Ebi ayok ikut Fatih ke tempat Nanda," Fatih menarik pergelangan tangan Feby untuk menghampiri Fernanda. "Hai Bang," sapa Feby saat melihat Abangnya.

"Naik apa, Bang?" Tanya Feby. "Mobil. Tadinya aku mau naik kereta, tapi kata si Fatih mana cukup bonceng tiga, Kak Feby kan gendut."

Sambil berjalan menuju parkiran, Feby bertanya tentang Ibunya kepada Fernanda. Tapi, kakak sulungnya ini lebih memilih untuk diam dan membicarakan hal ini tanpa Fatih.

"Aku capek liat Mama kau itu, Feb. Udah kubilang, Mak, gak usah kali di ungkit-ungkit lagi. Nantik masalahnya makin besar. Bandal dia. Gak taulah, gondok kali aku."

Fernanda mengeluarkan isi hatinya kepada Feby setelah mereka mengantarkan Fatih pulang. Fernanda mengajak Feby keluar untuk membicarakan hal ini.

"Bang, aku bukannya apa, tapi Mamak itu kalo diapakan, nantik apa pulak dia. Abis itu aku diapa-apakannya. Ntah cem apa aku jadinya."

"Dek, ngomong agak jelas sikit. Pening aku denger kau ngomong."

"Hahaha, gak ngerti kau rupanya. Aku semalam itu lagi terbang, terus dibelkannya aku, mana bisa terangkat, orang aku kan lagi terbang. Terus dikiriminya SMS, yaudah. Kubaca lah. Tekejot jugak aku kan, mau ku bel dia, pas ku tengok jam udah jam 1, kupikir gak usahlah kutelpon dia hari ini. Yaudah, itulah semalam di belkannya lagi aku, pertamanya udah gak pengen aku angkat, kata kawanku, udah angkat aja. Terpaksa ku angkat jadinya."

"Kau kok paok kali, Dek. Untung ada kawanmu itu kan, jadi terangkat telpon Mama.

Hae. Jadi aku mau ngasih tau beberapa arti bhs mdn yg mungkin agak membingungkan 😂

Kereta: Motor🏍
Cem: macam; seperti; kayak
Nantik: nanti
Dibelkan: ditelpon
Tekejot: terkejut; kaget
Jugak: juga
Pulak: pula
Paok: goblok; tolol; bodoh

Bhs mdn gmn? Terlalu kasar kah? Bagusan aku pake bhs medan apa bahasa indonesia yg baik dan benar? 😂😂

Sakha's JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang