Sakha
"Kenapa kamu, Ka?" Tanya Kapten Ali ketika kita nyampe di kamar. "Feby, capt. Bingung saya liat dia," gue duduk di sofa sambil ngelepas sepatu. "Cewek mulu kamu." Kapten Ali duduk di sebelah gue.
"Saya ya, Ka, udah bertahun-tahun nikah sama istri saya, kalo dia ngambek, gak pernah saya ribetin tuh, biarin aja." Kapten Ali nepuk-nepuk pundak gue. "Bukan gitu, capt," gue melihat lurus ke depan. "Jadi gimana?"
"Jadi kemaren, saya iseng gangguin Feby di galley. Saya bilang, 'Awas, Feb, ada kecoa!' Eh dianya malah jatoh, terus kayak keseleo gitu."
"Nah, itu sih gak bisa didiemin, Ka. Kan kamu yang salah, kamu yang mulai, kamu harus tanggung jawab." Kapten Ali terasa kayak Bapak kedua Gue. Persis ketika Bapak ngasih wejangan jaman gue SMP.
"Saya udah ngajak Feby ke dokter, dianya gak mau. Malah marah. Tapi udah saya kasih hot in cream sih, Capt,"
"Nah, bagus itu. Cuma cara kamu aja yang kurang bagus ngajakin Febynya. Coba lagi ajakin dia ke dokter."
•
8.00 p.m
Udah 3 kali gue nyoba nelpon Kirana, tapi gak diangkat. Dan dipercobaan ke 4, akhirnya diangkat juga.
"Halo, Ran,"
"Halo Mas Sakha. Ada apa ya?"
"Gue mau nanya tentang Feby. Dia udah cerita kalo yang bikin dia sakit gue?"
"Dia gak cerita apa-apa, Mas. Cuma emang kemarin jam 1 dia nangis, katanya kakinya sakit banget."
"Yaudah deh, Ran. Makasih, ya."
•
Gue merasa bersalah sesalah salahnya. Ya, bilang gue bangsat, cowok gak berotak. Memang iya. Itu gue. Gue memberanikan diri untuk ke kamar Feby. Perlahan tapi pasti, gue neken bel.
Anisa keluar dan menyambut gue dengan senyumnya yang manis. Ya, gue akui dia manis. Di tangan kanan Anisa ada hot in cream yang gue kasih. "Febynya ada?" Gue basa-basi. "Ada, Mas."
"Kalian lagi ngapain?" Gue penasaran aja, makanya gue nanya begitu. "Aku lagi mijetin Feby, kasian dia." Jawab Anisa sambil tersenyum kecil. "Niss, lama banget kamu. Siapa sih?" Gue denger suara Feby dan langkah kaki yang tertatih.
Dan Feby nyamperin Anisa ke pintu. "Eh, Mas Sakha," sip, dia salting liat abang kece. "Gimana Feb? Kakinya udah enakan?" Gue mencoba nanya baik-baik. "Kaki gue gapapa kok, Mas."
•
9.00 p.m
Gue duduk di pinggiran ranjang kamar hotel sambil nelpon Kartika. "Kak, dimana kamu?" Gue langsung nanya keberadaan dia.
"Rumah. Mang napa?"
"Bang David ada?"
"Enggak ada, lagi terbang dia."
"Jadi berdua aja sama Aksa?"
"Iyalah. Mau sama siapa lagi, kamu kan terbang."
"Yaudah, berarti besok kamu ikut aku ke Bandung aja ya,"
"Kamu aja berdua sama Aksa. Kakak mau flight. Kebetulan bapaknya belom balik besok."
"Jadi tempat nitipin anak dah."
•
11.00 a.m
Pagi ini gue datang ke rumah Kartika untuk jemput ponakan tercinta. Namanya Reff Angkasa, mantep ga tuh? Gue Samudra, dia Angkasa. Alasannya kenapa dikasih nama Angkasa sih simpel, karna Bapaknya Aksa, pilot.
Bocah 7 tahun ini ditinggal sendiri di rumah sama emak dan bapaknya. Nama Aksa gue yang kasih. Diambil dari nama Angkasa.
"Aksa pake sabuk pengaman dulu, ya," gue memakaikan sabuk pengaman ke Aksa. Bocah ini hanya mengangguk. "Kita beli mainan dulu mau gak? Aksa kan suka mainan," tawar gue. "Iya, mau."
Adik mana lagi yang sebaik gue, kakak gue nitip anak, gue mau. Anaknya gue ajak jalan+ dibeliin mainan. Jadi emaknya gak usah susah beli lagi, karna udah gue beliin. "Aksa gak sekolah?" Gue nginjek pedal gas. "Kata bubun libur sekolah dulu," Aksa masih playgroup. Jadi masuknya suka-suka aja. Dan bubun adalah panggilannya ke Kartika.
"Sa, bubun apa kabar?" Gue mencoba buat bikin Aksa deket lagi dengan gue. Kita udah gak ketemuan kurang lebih 1 minggu dan dia kaku sama gue. "Normal," Aksa menatap layar tabletnya.
▪
Setelah membeli mainan untuk Aksa, Sakha melanjutkan perjalanan menuju Bandung. "Yah, macet," Sakha kecewa. "Kenapa macet?" Aksa mengalihan pandangannya ke Sakha. "Karna banyak mobil," jawab Sakha sambil berbalik ke belakang untuk membongkar tasnya dan mengambil sesuatu.
"Makan dulu nih," Sakha memberikan kotak bekal kepada Aksa. "Tadi dikasih sama pacar Mas Sakha," Sakha tersenyum sambil mengangkat alisnya. "Siapa pacar Mas Sakha?" Tanya Aksa. Pacar yang dimaksud Sakha, tak lain adalah Feby. Walaupun belum ada bukti resmi yang mengatakan mereka pacaran, Sakha sudah menganggap Feby sebagai pacarnya sendiri.
"Mba Feby namanya. Nanti Mas kenalin," kata Sakha santai. "Yeay, Aca kapan bisa ketemu Mba Feby?" Aksa girang. "Nanti Mas cari waktu ya."
°

KAMU SEDANG MEMBACA
Sakha's Journey
Novela Juvenil[Sequel dari My Pride] Menjadi pilot bukan sekedar profesi untukku. Tapi adalah tanggung jawab. Mengantarkan banyak jiwa menjadi kebanggaan tersendiri buatku. Berkelana bersama burung besi mengelilingi langit Indonesia. Ini kisah tentang aku dan mer...