"Oppa! Kau yakin tidak akan datang?"
Gadis itu menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Menatap iba lelaki berkaos hitam yang sibuk dengan dunianya sendiri dan sekarang asyik melamun menatap butiran salju yang turun semakin lebat.
"Myungsoo oppa! Kau dengar aku tidak sih? Ggrrrr~ menyebalkan sekali!"
Dengan kekesalan yang memuncak, tentu saja karena sudah hampir satu jam ini gadis itu mengajak Myungsoo berbicara dan Myungsoo tak ubahnya seperti orang bodoh yang hanya mematung menatap jendela. Tak menghiraukannya sedikitpun. Gadis berambut pirang sebahu itu menyeret telinga Myungsoo dengan sadis.
"Aw .. yak! Apa yang kau lakukan Kim Namjoo? Lepaskan aku!"
Myungsoo meringis, telinganya terasa panas. Jeweran Namjoo, adik perempuannya terasa menyakitkan. Dia tak mengerti apa kesalahannya hingga Namjoo tega menjewernya dengan sedikit kejam.
"Myungsoo oppa bodoh! Aku berbicara padamu dari tadi, dan aku yakin kau tak mengerti sama sekali!"
"Memangnya kau bicara apa?" Myungsoo bertanya dengan lugu.
"Arrggh! Sudah kuduga!" Namjoo mengacak acak rambutnya frustasi. Salah apa dia hingga mempunyai kakak sebodoh Myungsoo. "...jadi sekarang sudah jam 22.30 apa oppa tidak berniat menemui Naeun unnie?"
Myungsoo menelan ludahnya sendiri. Benar. Bahkan dia sudah terlambat tiga puluh menit dari waktu janjiannya bersama Naeun. Tapi dia masih berdiri disini tanpa melakukan apapun. Betapa bodohnya. Apa Naeun masih menunggunya?
~ㅇㅇㅇ~
Naeun menghentak hentakkan kakinya gusar. Sudah lebih dari setengah jam dia menunggu Myungsoo dan lelaki itu belum juga menampakkan batang hidungnya. Tidak biasanya Myungsoo terlambat begitu lama.
Untuk membunuh rasa bosannya, gadis itu membuka galeri ponselnya. Memasang earphone di kedua telinganya, dan mendengarkan lagu lagu favoritnya.
Call you my own and call you my lover
Call you my one and only girl
And can i call you everything, call you neon naekkeo
You're the only one who ruins my worldSenyum tipis terukir dibibir Naeun saat lagu yang dinyanyikan Jeff Bernat terputar. Lagu ini mengingatkannya pada kejadian lima tahun lalu, dimana Myungsoo menyanyikan lagu ini untuknya ketika lelaki itu menyatakan cintanya. Itulah saat paling membahagiakan dalam hidupnya. Cinta pertamanya bersambut.
Jari lentiknya menyusuri setiap detail galerinya. Membuka lembaran foto foto lamanya. Bersama Myungsoo, Chorong, teman teman semasa kuliahnya juga bersama orang tuanya. Tentu kebanyakan fotonya bersama Myungsoo, mungkin sudah mencapai ribuan.
Menatap semua kenangan itu tanpa sadar membuat Naeun meneteskan air matanya lagi. Entah sudah keberapa kalinya dia menangis dalam beberapa hari ini. Membuatnya merasa lemah, membuatnya merasa kehilangan semangat.
"Kenapa aku menangis? Tidak ada yang perlu dikhawatirkan Naeun.. tenanglah," gumam Naeun pada dirinya sendiri. Diusapnya kasar lelehan air matanya.
"...semua akan baik baik. Benar bukan?"
~ ㅇㅇㅇ ~
"Oppa! Cepatlah pergi dan temui Naeun unnie!" Namjoo berseru dengan gemas karena kakaknya masih betah mematung menghadap jendela. Menatap salju yang turun semakin lebat.
"Aku tidak yakin Namjoo-ya,"
"Apa yang membuatmu tidak yakin oppa? Apa kau tidak mencintai Naeun unnie lagi?"
"Justru karena aku mencintainya, aku tidak ingin menggunakan cara kotor seperti ini untuk memilikinya. Lagipula apa Naeun akan sanggup jika harus hidup susah denganku nantinya?"
Myungsoo menerawang, dia merasa hidupnya seperti drama yang sering ditonton Namjoo setiap malam. Kenapa semua begitu rumit. Dia benar benar merasa seperti pungguk yang merindukan bulan.
"Kau akan menyesal jika melepaskan Naeun unnie, dia gadis paling tulus yang pernah aku kenal oppa.. dia mencintaimu dan menerimamu apa adanya. Tak peduli seberapa banyak orang menentang hubungan kalian, dia tetap bertahan. Aku benar benar berharap dia yang akan mendampingimu kelak,"
Tanpa sadar, Namjoo meneteskan air matanya. Dia ingin kakaknya bahagia. Dan kebahagiaan kakaknya adalah bersama Naeun. Baginya, Naeun juga sudah seperti kakaknya sendiri. Namjoo menyayangi mereka berdua.
Myungsoo menyambar jaket hitamnya. Tak lupa kunci motornya. Namjoo benar, dia harus membuat keputusan. Dia lelaki dan harus tegas dengan pilihannya.
"Jangan lupa kunci pintunya Kim Namjoo, aku pergi!"
~ ㅇㅇㅇ ~
Pukul 23.30 KST
Naeun hampir membeku di tempatnya. Tapi dia masih bersikukuh menunggu Myungsoo. Dia masih memiliki keyakinan jika Myungsoo akan datang.
Tangan mungilnya bergetar, membuka ponselnya yang sialnya justru kehabisan baterai. Bagaimana dia menghubungi Myungsoo sekarang?
Rasa takut mulai menyelimutinya. Malam semakin tua, suhu udara semakin menurun. Dia bisa bisa mati kedinginan jika tetap bertahan disini. Suasana tengah malam yang sepi juga membuat pertahanannya gentar. Bagaimanapun juga dia seorang perempuan, bagaimana jika terjadi sesuatu padanya. Apalagi dia sendirian sekarang.
Dan dia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menangis. Kemana Myungsoo? Apa dia benar benar tidak akan datang? Berbagai pikiran buruk mulai menghantuinya.
"Myungsoo... LKim.. kau dimana?"
Naeun merintih lirih, bahkan suaranya juga bergetar. Seluruh tubuhnya mulai kaku, bibir cery-nya yang biasanya cerah mulai membiru.
Pandangannya mulai kabur. Kepalanya terasa berputar. Merasa tubuhnya mulai ambruk. Dia pusing. Mual. Kedinginan. Sekelebat bayangan hitam yang menghampirinya adalah hal terakhir yang dia lihat sebelum semuanya benar benar gelap.
"LKim, kau tidak benar benar melepasku bukan?"
-TBC-
Hope you'll like it readernim^^ Voment don't forget~
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us ✔
ФанфикSon Naeun tak pernah menyangka, jika perpisahannya dengan Kim Myungsoo bukanlah akhir dari segalanya. Perpisahan tanpa kata itu justru merupakan awal yang baru bagi kisah mereka. Namun, keadaan memang sudah tak sama. Naeun yang sudah terikat dengan...