18 ~ Mengungkap Perasaan

1.7K 58 1
                                    

Iqbaal menyuapi Steffi yang tengah terbaring di atas kasur kamarnya. Setelah itu, ia mengompres dahi Steffi yang belum turun panasnya.

"Baal, kepala gue masih pusing," lirih Steffi.

"Iya. Habis ini minum obat, ya?"

Setelah meminum obat, Steffi terlelap dalam tidurnya. Iqbaal barusaja kembali dari dapur untuk mengembalikan piring-piring yang kotor. Ia tersenyum saat melihat Steffi tengah tertidur.

"Steff, gue sayang sama lo."

"Apa? Hm?" Tanya Steffi tanpa membuka matanya.

Iqbaal ikut tersenyum, "Steff, jangan pura-pura tidur ah!"

Steffi terkekeh, kemudian gadis itu duduk di atas kasur. "Lo ngomong apa tadi, Baal?"

"Lo denger, Steff?" Tanya Iqbaal dan Steffi mengangguk. "Tapi, gue yakin tadi lo cuma bercanda. Gak akan lo suka sama gue."

"Kalau gue beneran suka sama lo gimana?"

"Enggak gimana-gimana."

"Kok gitu?"

"Iya. Lagian kan, elo belum nembak gue. Jadi, ngapain dipikirin? Terus, that is imposibble. Lo gak akan suka sama gue."

***

"Iqbaal!" Pekik Steffi ketika Iqbaal menyiramnya dengan selang air. Pagi ini, Iqbaal dan Steffi tengah mengawali hari dengan menyiram tanaman. Namun, berganti menjadi perang air.

Iqbaal terkekeh, "Steff, ayo dong! Masa segitu doang kemampuan lo?"

Steffi berdecak, "Awas aja lo curut!"

Mereka berkejar-kejaran di taman Steffi. Sejenak, mereka melupakan seluruh keluh kesah mereka.

***

Steffi menutup matanya. Merasakan hembusan angin yang membuatnya merasa tenang. Begitu pula dengan Iqbaal, ia menikmati angin dan senja yang mulai datang.

Sekarang, Iqbaal dan Steffi tengah berada di pinggir sebuah tebing yang sangat jauh dari Jakarta. Mereka nekat melakukan ini karena Steffi-lah yang meminta. Awalnya, Iqbaal tidak setuju karena keadaan Steffi yang masih sakit. Namun, gadis ini terus memaksa.

"Gue suka senja. Lo suka malam," ucap Steffi.

"Kita itu berdampingan, tapi gak pernah bisa satu," sambung Iqbaal diiringi senyum di bibirnya.

Steffi mengerutkan kening, "Bukannya itu puisi-nya si Roman yak? Dasar, plagiat!"

Iqbaal terkekeh. "Udahlah, lagian gue gak bisa bikin begituan. Gue kan enggak puitis sama sekali. Ditambah lagi, nilai bikin puisi gue super jelek."

"Emang ada ya nilai lo yang bagus?"

"Enggak sih. Pada jelek semua."

Steffi tertawa, "Dasar bad boy level akut!"

Kemudian hanya terjadi keheningan di antara mereka. Mereka sama-sama sedang menikmati pemandangan senja yang sangat indah. Saat sang surya perlahan mulai menghilang dan digantikan oleh bulan.

Perlahan namun pasti, Iqbaal mengaitkan jemarinya di tangan Steffi. Steffi tersenyum ketika menyadari Iqbaal tengah menggandengnya.

"Steff, lo tau gak."

"Mana gue tau kalau lo belum ngomong."

"Lo itu hangat kaya pagi, lo itu cantik kaya' senja, dan lo itu lembut kaya' malem. Gue gak tau perasaan apa ini, tapi jujur sejak elo nolongin gue dari tawuran gue jadi suka sama lo. Gue sayang sama lo, Steff. Will you be my girlfriend?"

Bad Boy, I Love You!❌IqbaalSteffiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang