5 ~ Terulang Kembali

1.9K 76 3
                                    

Salsha mengamati Steffi yang sedari tadi tengah menatap kosong kearah papan. Steffi tak pernah seperti ini, ia adalah anak yang paling rajin di kelas ini. Selalu mengerjakan PR, selalu mencatat, semua yang diperintahkan guru ia kerjakan.

"Steff, lo kenapa?" Tanya Salsha yang masih menatap Steffi dengan tatapan meneliti.

Steffi menoleh, "Gue abis dapet bunga."

"Bunga? Dari cowok?" Teriak Salsha membuat seluruh mata tertuju pada Salsha dan Steffi.

Mungkin lain kali gue gak perlu bilang rahasia gue ke Salsha.

"Salshabilla, kenapa kamu teriak?"

***

"Steff, lo belum bilang ke gue tentang bunga itu," kata Salsha begitu ia dan Steffi berada di koridor yang sudah sepi.

Steffi hanya melirik Salsha sebentar lalu kembali melangkah, kali ini lebih cepat.

"Steff, lo marah ya?"

"Ck," Steffi berdecak. "Siapa yang gak marah kalau rahasianya diumbar-umbar."

"Yah, Steff, maafin gue ya? Serius itu tadi refleks, gue juga gak tau kalau mulut seksi gue ini bakalan teriak otomatis," ucap Salsha.

"Ck, yaudah deh gue maafin. Tapi sampe kejadian lagi, gue gak segan-segan buat potong lidah lo, oke?"

"Serem," gumam Salsha membuat Steffi tertawa. "Bercanda, Sha."

"Steff, sekarang ceritain siapa yang ngasih lo bunga dan kapan?"

"Yang ngasih gue bunga itu Ari si ketua OSIS itu. Kalau kapan, tadi waktu istirahat," jawab Steffi.

"Ari? Ketus OSIS? Steff, jangan bilang lo dingin sama dia."

"Gue-gue gak tau. Tadi dia ganggu, makannya gue males," timpal Steffi enteng.

Salsha mendelik, "Steff, dia itu primadona di SMA kita. Coba deh lo pikirin, siapa sih yang gak mau dikasih bunga sama cowok ganteng, keren, ketua OSIS lagi," kata Salsha dengan nada cukup keras. Namun sekolah sudah sepi, tidak akan ada yang mendengar ucapannya.

"Gue, gue gak mau dikasih bunga sama cowok gangeng, keren, dan si ketua OSIS," balas Steffi mengulangi ucapan Salsha.

"Udah ya, Sha, gue mau ngajarin anak kemarin. Lo duluan aja."

***

"Gue udah nunggu lama, habis darimana lo?" Tanya Iqbaal setelah Steffi duduk di sebelahnya.

"Maaf, tadi--"

"--Maaf mulu, capek. Sekarang gue tanya kenapa lo ngaduin gue sama Bu Sonia? Ha?"

"Karena kamu salah."

"Gue bener, elo yang salah," ucap Iqbaal yang sedang menatap Steffi tajam, begitupun sebaliknya.

"Sebaliknya. Saya benar dan kamu salah."

"Ck, gue capek debat sama elo. Bisa kita mulai sekarang aja? Gue mau pulang secepatnya!"

Steffi melirik Iqbaal sekilas, "Yaudah. Tapi jangan pernah kamu memotong kata-kata saya, saya akan menjelaskan tentang melukis."

Baku banget sih bahasanya, gak berubah. Batin Iqbaal.

Steffi mulai menjelaskan Iqbaal secara perlahan membuat Iqbaal mulai mengerti.

Dia cantik, sayang dingin.


Bad Boy, I Love You!❌IqbaalSteffiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang