Chapter 7 : Handsome

9 3 5
                                    

Malam hari,

Tommy menggenakan piyama tidurnya dan sedang gosok gigi.
Sedangkan Thunder dan Handsome sedang merapikan tempat tidur Tommy. Berharap Tommy akan tidur nyenyak.

Tommy pun keluar dari kamar mandi, seraya membawa handuk.
Handsome yang kebingungan, pun bertanya.

"Handuk itu untuk apa, Good?"

"Untuk di simpan, apalagi?"

"Sini, biarkan aku membantumu!"

Thunder mengambil handuk itu dari Tommy.

"Kenapa Kau tiba-tiba baik denganku? Bukankah, tadi sore kita musuh?"

Tommy menatap Thunder dengan tatapan menelisik.
Dengan ringan Thunder menjawab.

"Handsome mengajarkanku bagaimana caranya bersikap baik padamu. Ia bilang Aku tidak boleh bermusuhan denganmu. Karena Kau adalah tuan Kami."

Tommy tersenyum. Thunder pun melipatnya dengan rapi, dan menaruhnya ke dalam lemari baju Tommy.

Tommy duduk di tepi ranjang.
Kemudian, berkata,

"Aku memiliki beberapa pertanyaan... Salah satunya..."

Thunder yang sedang sibuk dengan handuk Tommy dan Handsome yang sedang menuangkan segelas air untuk di berikan pada Tommy pun bergeming, dan menoleh ke arah Tommy.

"Salah satunya adalah... bagaimana kalian bisa meninggal dan menjadi hantu penasaran?"

"Kami bukan hantu! Lagi pula untuk apa kau ingin tahu?"

Ujar Thunder.

"Aku kan bertanya dengan sopan!"

Tommy menggerutu.

"Apa yang dibilang sopan?"

Thunder menyahutnya dengan suara yang kecil.

Handsome menghela napas yang panjang. Dan duduk di sebelah Tommy.

"Sudahlah, Thunder. Aku tahu cepat atau lambat, Goody pasti akan bertanya soal ini."

Handsome membelai kepala Tommy dengan lembut.

"Jadi, lebih baik kita beritahu saja."

"Kau sendiri yang melarangku. Bahkan, memberitahu nama kita saja."

Handsome membulatkan kedua matanya ke arah Thunder.

"Iya, benar juga... aku bahkan tidak tahu nama asli kalian. Karena, aku tahu, mana mungkin 'Thunder' dan 'Handsome' adalah nama asli kalian."

Handsome membelai kepala Tommy hingga ke wajah Tommy.

"Kami bisa memberitahu kehidupan kami. Tetapi, nama asli tidak bisa. Karena... sudahlah!"

Tommy mengangguk perlahan.

"Jadi... aku dulunya..."

。。。

Saat itu, Handsome adalah seorang pelajar. Berusia 15 tahun.
Handsome adalah anak yang pandai.
Ia pun lahir di keluarga yang cukup memadai dalam keuangan.
Hanya saja orang tuanya selalu bertengkar. Bahkan, di depannya.

Satu-satunya, orang yang ia percaya adalah kekasihnya. Kekasihnya pun begitu pengertian dan baik.

,,,

Aku mendapatkan kasih sayang dari kekasihku. Ialah yang paling ku kasihi dan ku percaya.

Kami sering berkencan, dan liburan ke luar kota bersama.

"Lihat apa yang ku dapat!"

Ia begitu gembira saat mendapatkan dua cincin dalam satu cangkang kerang.
Ia bilang, itu pertanda kami berjodoh. Lalu, ia memberiku satu cincin itu dan yang satunya lagi ia pakai.

Biasanya, kami menginap di villa ayahnya, yang cukup megah.
Walaupun hanya berdua, tetapi, tetap saja terasa hangat dan ramai.
Suaranya yang nyaring itu sering sekali berteriak di telingaku, untuk mengatakan 'selamat pagi'.
Dan, kedua tangannya yang hangat itu selalu menggengam tanganku untuk meminta bantuan.
Sorot matanya yang berbinar ketika menatapku dengan dalam. Semua tingkahnya membuat rumah itu terasa hangat.

Bersamanya, aku bisa mendapatkan apa yang tidak ku dapatkan di rumahku sendiri.

Ada yang bilang, ketika kau mendapatkan kehangatan dan senyuman di tempat itu, itulah rumahmu. Rumah yang akan melindungimu dari badai kehidupan.

Dan itulah yang kurasakan bersamanya. Namun, perasaan itu tidak bertahan lama.
2 tahun kemudian, ia bilang, ia harus pergi ke China. Setelah ku tanya kenapa, ternyata ia jatuh cinta pada pria yang lebih baik dari ku.
Mungkin, karena saat itu ia masih kanak-kanak, ia pun menjawab dengan jujur.
Aku yang terkejut tidak dapat melakukan apapun

Hari demi hari,
Ku lewati dengan kesepian yang membuatku tidak bisa bertahan lagi pada hidup ini.
Orang tuaku bercerai, dan aku pun tinggal di rumah nenek ku.
Namun, tidak lama kemudian, nenek ku harus meninggalkan ku untuk selamanya.
Aku pun kembali sendirian. Ayah dan Ibu ku tidak pernah singgah untuk menjengukku.
Bahkan ketika aku sakit keras.

Akhirnya, aku memutuskan untuk mengakhiri hidupku dengan membunuh diriku.
Sebelum aku melakukannya, aku menulis sebuah surat, berharap gadis yang ku kasihi, akan membacanya kelak.

"To my dearly one,

Selama dua tahun, kau memberiku semangat dalam kehidupan.
Memberiku warna dalam hidupku.
Dan, memberiku bahu untuk aku menangis.

Sungguh hari-hari yang amat menyenangkan...
Saat itu, satu kata 'lelah' pun tidak pernah terucap dari bibirku.
Walaupun untuk beberapa saat saja, aku sangat menghargainya.
Sebenarnya aku pernah memiliki sebuah impian.
Apakah kau tahu impianku itu?

Impianku adalah melihat jari mu terlingkar cincin perak. Dan melihatmu hidup bahagia.
Karena kau sudah memberiku kebahagiaan ribuan kali.

Terima kasih sudah menemaniku..."

Setelah menulis pesan untuknya, aku menegaskan niatku. Aku pun mengambil pisau dan memotong nadiku.
Hidupku pun berakhir.

。。。

"Begitulah kisahku..."

"Sungguh tragis... "

Tommy dengan posisi tengkurap hampir saja menitikkan air mata.

Handsome tersenyum kecil, kedua matanya berbinar seperti kaca.

"Hmm... kalau kau bagaimana?"

Tanya Tommy pada Thunder.

"Aku?"

Thunder menunjuk dirinya sendiri.
Tommy pun mengangguk.

To be continue...

NB : Hayoo! Siapa yang salah?

PS : Untuk account yang setia membaca HappyCupid @ChenChenLing. Ya sabar ya! Pertanyaanmu akan terjawab di Chapter nanti. Aku akan membagi jadi tiga Chapter. Yang akan mengulas kehidupan Tommy, Handsome dan Thunder 😉

Happy CupidsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang