Chapter 9 : Goody

15 3 11
                                    

"Goody apa sudah aman?"

Tanya Thunder pada Tommy.

"Entahlah... aku masih takut untuk membuka kemah ini."

Tommy membuat tempat tidurnya seperti kemah, Agar Thunder dan Handsome bisa masuk kedalamnya.

"Aku cek keadaan dulu ya!"

Tommy mengeluarkan kepalanya saja.
Ia melihat ke sekeliling.
Lalu, kemudian masuk kembali ke dalam selimut.

"Tak ada apapun."

Handsome terkekeh dan mempergunjing Tommy dan Thunder.

"Sudah kukatakan, itu bukan hantu."

Thunder dan Tommy cemberut dan berkata secara bersamaan.

"Lalu kalau bukan hantu, itu apa?"

"Lalu, kalau bukan hantu, itu apa?"

"Mungkin semacam bayangan halusinasi kita."

"Mana mungkin aku, kau dan Thunder bisa melihat bayangan itu secara bersamaan, kalau itu sebuah halusinasi?"

"Mana kutahu."

"Ya sudah... lupakan saja!"

Tommy mengeluarkan tangannya dari selimut, lalu, mengambil sebuah lilin dan korek api.
Dinyalakannya lilin itu.

"Bagaimana? Sekarang terang bukan?"

Thunder menggaruk kepalanya.

"Iya terang. Lalu, kenapa kau matikan lampunya tadi?"

"Hmm... Agar aku tidak bisa melihat bayangan itu lagi."

"Oh... jadi yang paling kau takuti itu hantu ya?"

"Ya, hantu seperti kalian!"

Tommy pecah dalam tawanya.
Thunder dan Handsome yang awalnya cemberut, kini mengubah ekspresi mereka menjadi penasaran.
Thunder pun membuka pembicaraan.

"Goody, bukankah curang bila kau hanya mendengar kisah kami saja. Kami juga ingin mendengar kisahmu."

Tommy seketika terdiam.
Dan menatap mereka dengan dalam.
Tommy pun tersenyum kecil.

"Apa yang ingin kalian tahu? Tidak ada yang menarik dalam kisahku."

Thunder dan Handsome menyadari ekspresi Tommy yang tidak seperti biasanya. Senyumnya pun terlihat pahit. Apakah Tommy menyimpan begitu banyak kisah pilu?

"Kita saling terbuka saja... ya?"

Handsome menepuk bahu Tommy dengan lembut.
Tommy pun tersenyum kecil, dan mengangguk.

"Baiklah..."

Thunder dan Handsome menunggu respon selanjutnya dari Tommy.

"Jadi, dulu aku..."

。。。

Tommy memiliki keluarga yang harmonis, ia memiliki Ayah dan Ibu. Yang sangat menyayanginya.
Tommy tinggal bersama Ayah dan Ibunya di ibukota.
Saat itu, usia Tommy baru menginjak 4 tahun.
Ia bersekolah dengan baik. Tommy adalah anak yang cukup jenius untuk seusianya.
Ia memiliki banyak teman, di sekolah maupun di lingkungan tempat ia dan keluarganya tinggal. Karena Tommy adalah anak yang baik dan ramah.

Namun, tidak lama dari itu...
Segalanya hilang. Usaha orang tua Tommy bankrupt.
Mereka pun harus pindah ke kota lain, dan tinggal bersama Nenek Tommy.
Tentunya, Nenek Tommy amat gembira menerima mereka. Terlebih, kini ia bisa melihat cucunya tumbuh besar.
Dan betapa senangnya ia melihat Tommy yang riang bermain dengan anak-anak di lingkungan tempat tinggal mereka.

Happy CupidsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang