Chapter 12 : (Third Test) Daydeaming

19 1 35
                                    

Tommy memicingkan kedua matanya dan tersenyum. Ia benar-benar mengagumi Elsa.

"Dasar bodoh! Bila kau menyukainya maju saja selangkah lebih dekat lagi. Begitu saja malu-malu!"

Thunder berniat mendorong Tommy untuk maju, tetapi, mengingat dirinya adalah roh. Ia segera mengurungkan niatnya.

"Lupakan saja!"

Tiba-tiba, seseorang menepuk bahu Tommy.

"Akh!"

Tommy memutar tubuhnya ke belakang.

"Dasar Thun-"

Dan yang tepat berada di depannya adalah Gipsy.

"Gip- Gi- Gip-"

Gipsy menopangkan kedua tangannya pada pinggangnya.

"Apa yang kau lakukan? Oh... kau sedang mengintip, ya?"

Tommy panik dan berusaha mencari jawaban yang tepat.

"Ah itu... ah... itu..."

Gipsy yang kesal mendengarnya segera memotong kata-kata Tommy.

"Ah itu, ah ini, Apa maksudmu?"

"Mak- maksudku... Aku... Aku bukan sedang mengintip. Tetapi- tetapi..."

"Tetapi apa? Oh! Aku mengerti, Kau sedang memperhatikan Elsa dengan seksama, ya?"

"Ah! tidak- tidak benar! Itu tidak benar!"

"Apa yang 'tidak'? Jelas-jelas kau... Sana!"

Gipsy mendorong Tommy ke tengah koridor, dan tentu saja posisi Tommy saat ini menghadang jalan Elsa.
Thunder pun bergembira.

"Itu adalah keinginanku, terima kasih sudah mengabulkannya, gadis kecil."

Sementara, Tommy melempar senyuman pada Elsa, yang memperlihatkan gigi atas dan bawahnya.

"Minggir dari jalanku!"

Ujar Elsa dengan tatapan dingin dan nada bicara yang datar.
Tommy pun segera memberi jalan pada Elsa.
Elsa pun melewati Tommy tanpa melirik sedikitpun pada dirinya.
Tommy yang sedang bersedih, menghisap bibir atasnya.

。。。

"Tidak apa-apa, Goody. Aku masih punya satu cara lagi. Dan aku yakin ia pasti akan tersentuh."

Tommy yang awalnya berjalan membungkuk seraya membopong tas punggungnya, segera bangkit dan sangat antusias mendengar kata-kata Handsome.

"Benarkah? Apa itu?!"

Handsome menunjuk ke arah Thunder.
Thunder yang kebingungan, pun menunjuk wajahnya dengan jari telunjuknya.

"Aku?"

Handsome mengangguk-anggukan kepalanya.

"Bukankah kau adalah dewa cinta?"

"Apa? 'Dewa Cinta' katamu?"

Thunder menggaruk kepalanya asal.

"Baiklah... kurasa... begini saja... Besok, pagi-pagi sekali kau datang ke sekolah dan bawalah gitar. Lalu, nyanyikan sebuah lagu untuknya. Bagaimana?"

Tommy berpikir sejenak, dan hendak mengatakan sesuatu. Tetapi, Handsome memotongnya.

"Tidakkah itu terlalu kuno?"

Happy CupidsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang