Part 2

4.8K 384 3
                                    

Setelah menempuh perjalanan lebih dari 1 jam, Ali pun kini sampai di pelantaran rumah bergaya Victoria. Ali hanya memandang takjub. Barista yang selama ini ia kenal tampil sederhana, ternyata mampu tinggal dirumah seperti ini.

"Maaf, den. Ada yang bisa saya bantu?" Ali menoleh ke arah suara. Disampingnya sudah berdiri wanita paruh baya yang bisa dipastikan itu adalah pembantu dirumah ini.

"Hmm.. Prilly nya ada?" Tanya Ali.

"Ada, den. Tapi non Prilly lagi sakit. Gapapa, den?" Tanya Bi Gista---pembantu rumah Prilly---

"Bisa tunjukkan kamarnya?" Tanya Ali tanpa basa-basi.

Bi Gista pun langsung menuntun Ali kedalam rumah sampai akhirnya berdiri didepan kamar Prilly.

"Ini den kamarnya. Biar saya yang bukain den pintunya." Tangan Bi Gista yang ingin membuka knop pintu ditahan oleh Ali.

"Bibi bisa melanjutkan aktivitasnya tadi. Biar saya aja. Ini urusan saya dengan Prilly." Ucap Ali dingin membuat Bi Gista semakin takut.

"Baik, den." Jawab Bi Gista lalu kembali ke taman untuk menyiram bunga.

Ali pun membuka knop pintu secara perlahan agar tak menghasilkan suara decitan. Ketika sudah masuk, Ali tanpa sadar tersenyum ke seorang gadis cantik yang sedang tertidur pulas. Siapa lagi kalau bukan Prilly.

"Prill.. Prill.." Panggil Ali sambil menepuk pelan wajah Prilly. Namun sepertinya Prilly sudah sangat pulas.

"Cantik-cantik kebo." Seketika Prilly bangun dan mulai menatap tajam ke arah Ali.

ALI POV

"Apa lo bilang? Kebo? Eh lo ngapain dikamar gue??!!"

Ehhh buset.. ni anak kecil-kecil teriakannya ngalahin toa masjid. Bisa budeg gue kelamaan deket dia. Kalo bukan karena suka, ogahhh.

"Gue mau jenguk lo. Kak Nad bilang lo sakit. Yaudah sebagai cowok gentle gue ngejenguk lo. Soal kenapa gue dikamar lo, itu Bibi lo udah ngizinin." Ucap gue panjang×lebar×tinggi.

"Oh.." Hah?! Setelah gue ngomong panjang×lebar×tinggi dan dia cuma jawab OHH?!

"Oh doang? Ga tau terima kasih banget." Gue udah kesel banget sama dia. Gue paling ga suka omongan gue dibalas singkat sama seseorang. Termasuk orang yang gue sayang.

"Makasih. Tuh puas kan lo? Yaudah pulang gih cuci kaki terus tidur. Mak nyariin noh." Selesai dia ngucapin kata-kata yang menjijikan itu, dia balik tidur. Kayaknya cuma nih cewek deh yang nolak perhatian dari gue.

Tiba-tiba otak pintar gue mulai bekerja. Gue punya misi biar Prilly bisa jatuh ke pelukan gue. Ok gue pulang. Pas Prilly udah masuk kerja, gue lancarin tuh misi. Enak aja seorang Ali Leonard Syarief diremehin cewe.

"Ok gue pulang." Kayaknya dia ga nyaut deh. Bodo yang penting udah pamit ini.

Gue pun pamit juga sama pembantunya Prilly dan pulang ke singgasana gue.

***

AUTHOR POV

Ali pun menghempaskan tubuhnya di sofa apartemennya. Baru saja ia santai, tiba-tiba kakaknya pun datang. Ia langsung menatap tajam ke arah Ali.

"Kamu ga ngapa-ngapain Prilly, kan?" Tanya Nadia memastikan. Ali hanya mendengus kesal.

"Kak. Se playboy-playboy nya aku, aku ga akan ngerusak perempuan. Percaya kak sama aku." Nadia hanya manggut-manggut mendengar penjelasan Ali.

"Gimana keadaan Prilly? Udah mendingan belum dia?" Tanya Nadia.

"Udah kak. Mukanya si masih pucet tapi tetep cantik." Ucap Ali tanpa sadar. Nadia pun hanya terkekeh kecil.

Caffe Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang