Part 3

4.5K 331 0
                                    

ALI POV

Setelah sampai di apartemen gue yang terbilang mewah ini, gue langsung duduk disalah satu sofa empuk yang baru gue beli 2 minggu yang lalu.

Haus. Itu yang sekarang gue rasa. Rasanya pengen banget gue gorok nih tenggorokan. Tanpa ba bi bu, langsung gue pergi ke mini bar yang udah di desain kayak cafe Kak Nad. Gatau kenapa, gue nyaman banget di cafe punya kakak gue itu. Gue rasa kakak gue pake jampi-jampi.

Ok balik ke niatan gue ke mini bar ini, ambil minum. Gue pun ngebuka kulkas warna pink yang ada di pojok mini bar. Eh jangan salah paham dulu. Kulkas ini dibeliin sama Kak Nad. Karena Kak Nad itu penggemar warna PINK, jadi dia beliin kulkas dengan warna yang paling gue jijik liatnya. Tapi karena ini pembelian dari satu-satunya orang yang paling gue sayang, jadi gue terima dengan ikhlas *ga sepenuhnya sih.

Dan pas gue buka ternyata....................
Kosong. Kosong. Kosong. Gaada penghuninya. Shit! Ya kali gue minum air bak. Mau ga mau ke cafe nya Kak Nad.

Bukannya gue gatau supermarket deket sini, tapi gue cuma gamau ngabisin duit jajan gue yang udah menipis. Jadi gue ke cafenya dia aja. Kenapa? Karena setiap gue kesana, gue selalu dikasih potongan harga 10%! Kan lumayan.. harga minuman disana udah terbilang terjangkau. Apalagi diskon, wuihhh mantapp!

Yaudah cusss ambil kunci mobil dan berangkat!!!

AUTHOR POV

Ali yang sudah berada didepan cafe kakaknya pun langsung turun dari mobil sportnya. Alhasil, semua pelanggan yang melihatnya langsung menatap Ali dengan rasa kagum. Apalagi kaum hawa.

"Li! Ngapain kamu kesini lagi? Bukannya kakak suruh kamu ke apartemen ya?" Tanya Nadia heran melihat adiknya yang sudah duduk di mini bar cafenya.

"Kulkas kosong plong, Kak. Ali juga males ke supermarket. Yaudah kesini aja lagi. Sekalian mau liat si Prilly." Ucap Ali sambil meneguk kopi pesanannya yang baru ia pesan tadi.

"Prilly? Ngomong-ngomong soal Prilly, kamu yakin mau ngejalanin misi kamu? Kasian Prilly ah, Li. Ga tega Kak Nad." Ucap Nadia menatap mata elang adiknya yang ia akui sangat menenangkan.

"1 minggu doang kok, Kak. Aku juga ga bakal macem-macemin dia nanti. Tenang aja." Jawab Ali santai.

"O iya Kak. Prilly mana? Kok dari tadi Ali ga liat dia?" Lanjut Ali sambil melirik kesana kemari. Dipandanginya satu persatu karyawan yang sedang meracik kopi. Namun tidak ada gadis yang ia cari.

"Ada, kok. Dia di gudang. Kalo mau kesana aja." Jawab Nadia.

"Gudang? Ngapain?" Tanya Ali(lagi).

"Ngambil persediaan kopi-kopi lah, Li. Mau ngapain lagi emangnya." Ucap Nadia menghadapi adiknya dengan jengkel.

"Ali kesana dulu ya, Kak."

"Iya."

Ali segera meninggalkan mini bar dan langsung menuju gudang tempat biji-biji kopi disimpan. Ali yang memang sudah sangat hafal dengan cafe ini pun tidak sulit untuk menemukan gudang.

Begitu sampai di gudang, ia terpaku pada seorang gadis yang sedang mencium beberapa biji kopi dengan anggunnya. Ali mendekatkan langkahnya ke arah Prilly. Kini, Ali bisa dengan jelas melihat wajah cantik Prilly yang menjadi candu baginya.

"Sibuk banget kayaknya." Sontak, Prilly kaget dan langsung menoleh ke sumber suara. Nampaklah Ali dengan cengiran khasnya yang membuat Prilly jengkel seketika.

"Ngapain lo disini?" Tanya Prilly sambil menaruh beberapa biji kopi di karung kecil yang ia pegang.

"Nemenin lo aja. Sekalian mau ngasih kerjaan." Ucap Ali yang mulai mengawali misinya.

Caffe Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang