Part 4

3.7K 317 3
                                    

Kesan pertama kali ketika Prilly menginjakkan kaki di rumah Ali adalah; sepi.

Ya, rumah megah yang tak kalah megahnya dari rumah kakaknya ini sangatlah sepi. Bak rumah kosong yang kerap dijadikan lokasi syuting film horror.

"Gue sama Kak Nad udah lama ga nempatin rumah ini. Terakhir kali tinggal dirumah ini waktu gue masih SMP dan Kak Nad SMA. Setelah itu, gue tinggal di apartemen dan Kak Nad mutusin ke Jerman buat nerusin pendidikan." Ucap Ali seakan tau pemikiran Prilly.

"Orang tua lo?" Tanya Prilly to the point.

"Mereka ninggalin gue sama Kak Nad diusia gue yang masih kecil." Ucap Ali yang ambigu menurut Prilly.

"Mereka pergi ninggalin gue sama Kak Nad untuk selamanya." Lanjut Ali. Terlihat air mata tertahan di mata tajamnya. Prilly merasa prihatin dengan Ali. Ternyata dibalik sifat menyebalkannya, Ali memiliki jalan hidup yang menyedihkan.

"Terus lo diasuh sama siapa? Kan ga mungkin kalian tinggal berdua doang." Tanya Prilly. Entah dorongan darimana, ingin sekali rasanya Prilly membuat pria disampingnya melupakan kesedihannya.

"Tante gue. Dia wanita baik hati yang Tuhan titipkan buat gue dan Kak Nad. Dia anggap kita anaknya karna dia ga bisa punya anak. Tapi, gue sama Kak Nad gamau terlalu merepotkan dia. Akhirnya dengan sisa tabungan kita berdua, kita sepakat buat beli rumah. Nah ini rumah hasil kerja keras gue sama Kak Nad 8 tahun yang lalu." Jelas Ali. Prilly tersenyum dalam diamnya. Ia bangga pada pria disebelahnya.

"Tapi rumah ini harus kita tinggalin karna gue udah beli apartemen dan Kak Nad pindah ke Jerman buat kuliah. Lo jangan mikir ini rumah ga diurus. Setiap hari, gue selalu nyuruh orang buat bersihin ini rumah. Makanya, barang-barang dirumah ini keliatan masih baru." Lanjut Ali.

"Hmm Li. Kamar gue yang mana?" Tanya Prilly. Ali pun terkekeh.

"Gara-gara gue cerita mulu, ya? Tuh kamar lo samping dapur. O iya besok gue ngampus pagi. Jadi, pagi-pagi udah harus ada makanan di mini bar." Jelas Ali.

"Iya ngerti." Jawab Prilly.

Prilly melangkahkan kakinya menuju kamar yang Ali maksud. Saat pintu terbuka, terlihat kamar yang cukup besar dengan nuansa serba Doraemon, kartun kesukaannya.

 Saat pintu terbuka, terlihat kamar yang cukup besar dengan nuansa serba Doraemon, kartun kesukaannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Gila!! Keren banget!" Prilly menatap kagum kamar barunya tanpa kedip. Ternyata Ali tau seleranya.

"Gimana? Suka ga?" Tanya Ali sambil berdiri didepan pintu yang terbuka.

"Ali? Lo tau dari mana kalo gue suka Doraemon?" Tanya Prilly bingung.

"Kak Nad. Dia selalu ngasih tau apa yang lo suka. Lo jangan geer. Gue bikin kamar spesial buat lo cuma biar lo betah jadi pembokat gue." Ucap Ali.

"Gue ga geer!" Ucap Prilly.

"Yayayaya serah." Balas Ali lalu pergi meninggalkan Prilly dikamar Doraemonnya.

Caffe Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang