Pagi pun tiba. Prilly yang memang sudah terbiasa bangun pagi pun langsung mandi dan menyiapkan segala keperluan Ali termasuk sarapannya.
"Morning, Prill. Masak apa nih? Enak banget kayaknya." Ucap Ali lalu duduk dikursi makan kebesarannya. Untuk saat ini ia belum boleh menduduki kursi kebesaran Syarief Corp. Oleh karena itu, ia belajar menjadi pimpinan yang baik lewat duduk dikursi yang ia anggap sebagau kursi kebesarannya. Unik memang namun itulah Ali.
"Ayam goreng saus mentega. Makanan kesukaan lo, kan?" Jawab Prilly diakhiri dengan senyuman manisnya.
'Oh God, bisa mati diabetes gue kalo tiap hari liat senyum dia terus. Prilly juga kenapa manis banget, sih? Ganggu pikiran dan hati gue aja.' Batin Ali berucap. Ali terus mengamati wajah Prilly hingga membuat Prilly risih.
"Ehm.. Li, make up gue ketebelan, ya? Atau penampilan gue ga sesuai? Li jawab.." Ucap Prilly. Namun, Ali terus mengamatinya sambil tersenyum.
"Lo cantik. Pantes banyak yang ngejar."
Prilly tak sanggup menahan rona merah dipipinya. Kalimat yang Ali lontarkan memang biasa saja untuk orang lain, namun tidak baginya.
"Apaan sih, Li? Gombal mulu kerjaan lo." Ali dan Prilly pun sama-sama terkekeh dengan tingkah mereka.
Tiba-tiba, lengan mulus nan cantik melingkar dileher Ali dan tanpa ragu pemilik lengan itu menyandarkan kepalanya di pundak Ali.
"Makasih ya udah nolongin aku. Kamu emang ga pernah berubah. Aku makin sayang sama kamu." Ucap orang itu yang ternyata Intan. Ali memandangnya ketus dan berangsur berdiri menjauhi Intan.
"Jangan sentuh gue lagi!" Desis Ali dengan tatapan tajamnya. Intan malah memeluk Ali.
"Aku tau, kamu kayak gini karena kamu masih sayang sama aku, kan? Maafin aku, Li. Maafin aku yang udah ninggalin kamu demi cowok brengsek itu. Sekarang aku tau, mana lelaki yang paling pantas buat aku-
"Dan bukan gue orangnya!" Potong Ali sambil tersenyum sinis ke Intan.
"Cukup 2 tahun gue nahan rasa sakit yang amat sangat dalam! Gue emang bodoh. Bodoh karena pernah sayang sama lo! Bodoh karena rela kehilangan jabatan penting demi lo! Gue relain jabatan gue buat Kak Nad. Itu semua karena apa? Karena gue sayang sama lo!! Gue cinta sama lo! Tapi perjuangan yang udah gue kasih ga sebanding dengan sikap lo ke gue. Lo acuhin gue 3 bulan dengan alasan fokus sekolah! Tapi ternyata, gue liat lo jalan sama Ken dan pelukan mesra sama dia! Intan, I HATE YOU! I REALLY REALLY HATE YOU!! Gue nolongin lo kemarin karena cuma gue yang ada disitu! Gue ngelakuin itu semua semata-mata hanya untuk membantu lo! Ga lebih! Jangan salah artikan pertolongan gue, Tan. Karena kita udah putus 2 tahun yang lalu!"
Ucapan Ali barusan seakan menjadi petir yang amat dahsyat pagi ini. Intan tak bisa lagi membendung airmatanya. Sejahat-jahatnya Intan, dia tetap perempuan. Prilly bahkan bisa merasakan sesak yang Intan rasakan.
"Aku sayang kamu, Li. Aku sayang kamu. Please, kasih aku kesempatan buat memperbaiki semuanya. Aku janji ga akan ngecewain kamu lagi, Li. Aku janji." Ucap Intan disela tangisnya. Ali memang tak suka melihat perempuan menangis. Tapi untuk Intan, ia tak mempermasalahkannya.
"Lo terlambat. Gue udah nemuin orang baru yang sangat berarti buat gue. Pertemuan kita emang terbilang lucu. Kita sering berantem di kafe dan itu membuat Kak Nad marah. Tapi seiring berjalannya waktu, rasa benci itu berubah jadi sayang. Bahkan mungkin cinta. Dia sangat berarti buat gue." Jelas Ali. Prilly memutar otaknya.
'Apa yang dibicarain Ali itu gue? Kan emang cuma gue yang berani ribut sama dia. Tapi apa mungkin dia beneran? Paling cuma biar si Intan minggat.' Batin Prilly.
"Siapa orangnya? Siapa orang yang bisa gantiin posisi aku dihati kamu? Siapa?!!" Histeris Intan hingga membuat Prilly kaget bukan main.
'Pantes Ali gamau. Cantik sih cantik, tapi apa iya Ali mau sama cewek yang kelakuannya kayak macan begini? Gue takut baju Ali robek semua nanti digrogotin dia kalo misalnya mereka berumah tangga.' Lagi dan lagi, pikiran aneh muncul.
"Dia Prilly. Orangnya ada ditengah-tengah kita sekarang. Prill, sini aku kenalin sama MASA LALU aku." Ucap Ali sambil menekankan kata masa lalu agar Intan tak berharap lebih padanya.
'Hah? Gue? Anjir bingung gue. Ini bener atau bohong sih?' Prilly masih terpaku dan melongo tak percaya.
"Prilly sayang, sini. Kenalan dong sama Intan." Ajak Ali. Ali sendiri pun tak tau kenapa ia nekat manggil Prilly yang bahkan bukan siapa-siapanya dengan embel-embel 'sayang'.
"Eh.. i..iya. ehm.. kenalin, aku Prilly. Pacar Ali. Kamu mantannya Ali, ya?" Prilly berusaha bersikap biasa saja. Dan Intan pun percaya-percaya saja karena menurutnya mereka berdua cocok. Tapi tetap masih cocok Ali dengannya.
"Ya." Jawab Intan malas. Tangannya pun ogah membalas jabatan Prilly.
'Elah sok bet gengsi ni anak satu. Gue cekokin kopi bikinan gue juga lu minta nambah!' Lagi, Prilly hanya bisa berbicara lewat batinnya.
"Udah berapa lama pacaran sama Ali?" Tanya Intan dengan wajah ketusnya. Prilly kebingungan menjawabnya. Melihat kebingunan dimata Prilly, Ali pun menyambar.
"Baru-baru ini." Jawab Ali.
"Gue pulang. Mungkin kalian butuh berdua. Tapi jangan harap gue bener-bener pulang. Gue janji akan kembali. Bukan untuk ikut dekor acara pernikahan kalian, tapi untuk menghancurkan segalanya!" Intan pun berlari pergi dari tempat yang 2 tahun lalu menjadi tempat terindah baginya. Tepat 2 tahun lalu, tawa Ali dan Intan menghiasi rumah ini. Namun sekarang, tempat ini adalah tempat terburuknya.
Sepulang Intan dari rumah Ali, Prilly menatap Ali dengan tatapan yang tak bisa diarttikan.
"Sorry, Prill. Abisnya kalo gue ga bilang gitu, mana mau si wewe gombel minggat dari ini rumah?" Ucap Ali sambil tersenyum kikuk.
"Gapapa. Gue seneng bisa bantu lo." Ucap Prilly lalu pergi dari ruang makan sambil menahan guratan merah di pipinya.
'Apa dia bilang? Dia seneng bisa bantu gue? Apa itu artinya dia udah bisa buka hatinya buat gue? Ah senangnya hatikuuu' Batin Ali sambil tersenyum melihat tingkah lucu Prilly.
KAMU SEDANG MEMBACA
Caffe Love Story
FanficPrilly Agnesia Latuconsina adalah sebuah barista di salah satu cafe langganan Ali Leonard Syarief. Cantik, baik, dan pintar adalah 3 kata yang cocok untuk Prilly. Tak jarang banyak pelanggannya yang meminta untuk dijadikan pacar. Namun Prilly selalu...