Malam pun tiba. Prilly yang sedari tadi duduk bersandar disofa pun mulai khawatir dengan Ali. Sudah malam dan Ali belum juga pulang.
"Majikan gue kemana sih.." Gumam Prilly sambil berulang kali mengecek hp nya.
Tiba-tiba terdengar suara dobrakan pintu. Prilly kaget bukan main. Dilihatnya pintu depan, dan ada Ali disana, sedang menggendong seorang wanita.
"Minggir dong Prill, gue ga bisa lewat ini." Ucap Ali lembut. Prilly pun menyingkir dari hadapan Ali dan membiarkan Ali masuk dengan wanita yang menurut Prilly sedang pingsan.
"Dia pingsan bukan karena gue. Jangan mikir yang aneh-aneh." Ucap Ali jutek.
Prilly greget sendiri dengan Ali. Kadang-kadang jutek, kadang-kadang ramah, kadang-kadang romantis, kadang-kadang ngeselin. Tapi tak bisa dipungkiri, itu yang membuat Prilly rindu dengannya.
"Prill! Tolong siapin minyak kayu putih, dong! Bawain ke kamar tamu, ya!" Ucap Ali setengah berteriak. Prilly mulai sadar dari lamunannya. Ia terlalu lama melamun sehingga tak menyadari jika Ali sudah ke atas sedari tadi.
"Iya!"
Prilly segera mengambil minyak kayu putih dilaci meja dekat tv lalu ia naik tangga menuju kamar tamu yang persis disebelah kamarnya.
"Nih." Ucap Prilly sambil menyodorkan sebotol minyak yang terlihat masih baru itu.
Ali langsung mengambilnya dan mengoleskannya dikepala gadis itu dengan sangat hati-hati.
Prilly yang melihatnya hanya bisa tersenyum kecil. Ternyata Ali baik ke semua orang.
"Nih. Makasih ya. Lo tidur gih. Kasian mata lo udah 2 watt gitu." Titah Ali dengan lembutnya pada Prilly. Prilly mengangguk dan setengah berlari menuju kamarnya. Prilly janji, ia tak akan terlalu baper lagi menghadapi Ali. Lagipula ia siapa? Hanya perempuan miskin, tak punya apa-apa, dan menjadi pembantu dirumah ini. Tak seharusnya ia menaruh rasa pada Ali.
"Prilly kenapa, ya? Sikapnya mendadak aneh gitu pas gue dateng. Atau jangan-jangan... ah ga mungkin. Dia kan gadis bertameng baja. Mana mungkin cemburu. Lagipula hati gue kan mentok ke dia. Secantik apapun ini cewek, ga akan ada yang ngalahin Prilly. Titik!" Guman Ali.
Dikamarnya, Prilly terisak pelan. Ia kecewa pada dirinya sendiri.
"Lo kenapa sih Prill?? Bisa-bisanya naruh hati sama cowok kayak Ali?" Tanya Prilly pada dirinya sendiri. Prilly memegang almameter kampusnya yang ia bawa kerumah Ali.
"Apa Ali masih inget janjinya? Gue penasaran sendiri." Ucap Prilly dengan senyum samar-samar. Air mata terus jatuh membasahi pipi chubbynya. Matanya sangat sembab.
Mata Prilly menengok ke arah pintu kamar yang dibuka oleh seseorang. Prilly langsung menghapus airmatanya takut-takut orang itu tau apa yang ia rasakan.
"Prill? Kok belum tidur?" Tanya Ali perhatian. Prilly hanya menggeleng dan tersenyum.
"Tunggu. Lo abis nangis, ya? Matanya sembab banget." Ali pun menghapus sisa-sisa airmata yang ada dibawah mata Prilly dengan lembutnya.
Tatapan mereka bertemu. Masing-masing sudah menaruh rasa, namun tak berani mengungkapkannya.
"Lo kenapa nangis?" Tanya Ali berusaha menetralkan jantungnya yang berdegub lebih kencang
"Bukan apa-apa. Hmm gue tidur dulu, ya. Lo juga tidur gih. Besok kan mau ngampus." Ucap Prilly yang langsung menarik selimutnya dan berusaha tidur tanpa menunggu reaksi Ali.
Ali sangat bingung dengan sikap Prilly. Ia tau, Prilly cemburu.
"Dia Intan. Mantan gue yang super ngeselin. Dia pingsan pas ngeliat pacar barunya selingkuh dihadapan dia. Dan gue, gue cuma mau membantu Intan. Ga lebih. Gue tau perasaan lo, tapi gue gatau gimana caranya bikin lo percaya sama gue." Ucap Ali sambil terus menatap Prilly.
"Perasaan kita sama."
Setelah mengucapkan itu, Ali langsung bangkit dan keluar dari kamar Prilly. Prilly yang memang belum sepenuhnya tidur pun bingung dengan ucapan Ali.
"Apa dia juga suka sama gue? Tapi kalo suka, kenapa dia kayak perhatian banget ke cewek itu. Intan." Prilly akhirnya memutuskan untuk tidur agar keesokan hari pikirannya lebih fresh.
Hai! Welcome back! Bcoz aku liat komen kalian minta cerita ini di next, aku next deh. Btw seneng ga cerita ini di next? Biasa aja ya? I know that🙈
KAMU SEDANG MEMBACA
Caffe Love Story
FanfictionPrilly Agnesia Latuconsina adalah sebuah barista di salah satu cafe langganan Ali Leonard Syarief. Cantik, baik, dan pintar adalah 3 kata yang cocok untuk Prilly. Tak jarang banyak pelanggannya yang meminta untuk dijadikan pacar. Namun Prilly selalu...