"Lanjutin makannya gih, Li. Lo kan juga harus kuliah." Tegur Prilly ketika Ali masih larut dalam pikirannya.
"Iya, Sayang. Eh." Ali menutup mulutnya. Disaat seperti ini mulutnya memang tak bisa dikendalikan.
"Apaan sih, Li. Makan gih. Jangan ngelantur mulu ngomongnya." Ucap Prilly berusaha menutupi pipi tomatnya.
"Iya iya. Btw maafin sikap Intan tadi ya. Dia emang gitu orangnya." Ali berubah menjadi serius. Prilly menganggukan kepalanya.
"Setiap manusia punya kesalahan. Gue akuin mantan lo yang satu itu emang 'ganas'. Tapi karena hati gue selembut salju, gue maafin." Jawab Prilly santai.
Inilah salah satu sifat yang Ali suka dari Prilly. Mudah memaafkan orang lain.
"Lo jadi makan ga, nih? Gue kasih ke kucing ajalah kalo gitu."
"Ehh iya gue makan. Apa apa ngambek, apa apa ngambek." Ucap Ali sambil mencolek dagu Prilly.
"Makan!"
"Eh iya."
Ali pun makan makanan yang sudah bidadarinya masak. Sedangkan Prilly, ia lebih memilih untuk ke dapur. Sekedar menutupi kegugupannya ketika di dekat Ali.
***
Ali sudah siap dengan pakaiannya. Baju tanpa lengan dan jeans berwarna hitam pun menjadi pilihannya.
"Prill!" Panggil Ali. Gadis yang merasa namanya dipanggil pun segera menghampiri Ali.
"Apa?"
"Gue ngampus dulu, ya. Lo buru gih ke kafe kak Nad. Biar pulang kerumah gue nya cepet." Ucap Ali. Prilly tersenyum dan mengangguk. Ali membalas senyumannya.
Ketika Ali ingin membuka pintu, Ali teringat sesuatu. Segera ia balikkan tubuhnya dan lari lalu memeluk Prilly.
"Gue sayang sama lo. Jangan bikin gue khawatir, ya. Gue gatau apa jadinya kalo lo kenapa-kenapa."
Awalnya Prilly kaget. Sangat kaget. Ali yang selama ini ia kenal arogan, kini bisa bersikap sangat hangat kepadanya. Tutur katanya pun tak ada nada amarah.
"Li.. lepas pelukannya. Jujur, gue kurang nyaman."
Ali melepas pelukannya dengan Prilly. Ali menggenggam kedua tangan Prilly. Dikecupnya satu satu punggung tangan Prilly. Tanpa aba-aba, Ali mendaratkan ciumannya di kening Prilly.
"Gue tau, lo belum bisa bales perasaan gue. Gapapa. Gue maklumin. Yaudah gue berangkat dulu, ya. Jaga diri baik-baik." Ucap Ali setelah mencium kening Prilly dan langsung pergi tanpa menunggu jawaban dari Prilly.
"Ali.. Ali. Gue belum jawab kok udah main pergi aja." Gumam Prilly.
***
Kau cintaku..
Dengarkanlah..
Dalam lagu
Kuingin bicara..
Tentang janji
Tulusku untukmu
Kuingin memilikimu..Sepenuh hati ku mencintaimu..
Sepenuh jiwa ku menyayangimu..
Dan kuingin engkau pun selalu..
Selalu mencintaiku..Tak ingin lagi mencari yang lain..
Dalam kehidupanku ini..
Ingat janji ini..
Janji Sampai Mati..Lantunan nada merdu pun terdengar di ruang utama. Seorang pria sedang sibuk dalam pikiran dan gitarnya. Siapa lagi jika bukan Ali.
"Gue sayang sama lo.. kapan lo mau bales perasaan gue?" Ucap Ali pada dirinya sendiri. Tak terasa, airmata perlahan turun dari mata elangnya.
"Gue juga sayang sama lo."
Ali menengok ke sebelahnya. Ada Prilly disitu dengan senyuman mautnya. Ali menatapnya tak percaya.
"Gausah bingung gitu. Tadi pagi aku mau bales omongan kamu, eh kamu malah main pergi gitu aja. Kan ngeselin." Ucap Prilly sambil mengerucutkan bibirnya.
"Serius?" Tanya Ali yang masih kurang yakin dengan jawaban Prilly.
"Katanya mau perasaannya dibales. Giliran udah dibales malah nanya 'serius?' Ya serius lah." Ucap Prilly.
Ali tak dapat menahan rasa bahagianya. Ia letakkan gitarnya di meja dan memeluk Prilly erat. Mulai hari ini ia berjanji akan terus menjaga wanita disampingnya ini dengan seluruh kemampuannya.
"Ehh!! Aduh, Li! Lo mau gue mati? Lepasin kek. Lo ga pernah meluk cewek, ya? Kenceng amat!" Oceh Prilly. Ali pun melepaskan pelukannya pada Prilly.
"So, kita pacaran?" Tanya Ali(lagi).
"Menurut ngana?" Tanya Prilly balik.
Ali terkekeh lalu merangkul tubuh mungil pacarnya.
"Udah lama aku pengen denger jawaban kamu kayak gitu. Kamunya aja yang ga pernah sadar." Ucap Ali sambil mengusap-usap rambut indah Prilly.
"Gimana aku mau sadar kalo kamunya ga mau nyadarin aku. Perjuangin kek apa kek. Eh ini malah diem aja." Bela Prilly.
"Aku ngelakuin yang lebih dari itu." Ucap Ali ambigu. Prilly mengerutkan alisnya.
"Tiap kamu kerja di kafe, aku selalu jadiin Kak Nad mata-mata buat jagain kamu. Aku gamau orang yang aku sayang terluka. Terus pas kamu pulang dari kafe, aku selalu ngintilin kamu, ngejaga kamu."
Prilly tersenyum haru. Segitu sayangnya Ali dengan dirinya.
"So sweet banget sih pacarnya akuu." Ucap Prilly seraya menoel-noel pipi Ali.
"Cantik banget sih cewek akuu." Ucap Ali tak mau kalah. Bisa dipastikan wajah Prilly bagaimana sekarang.
"Cieee pipinya merah cieee.. cieee blushing.." Ucap Ali yang semakin gencar menggoda kekasihnya.
"Ihh Ali mah.. aku nangis nih." Ucap Prilly yang tak dihiraukan Ali. Ali terus menggoda Prilly yang pipinya semakin memerah.
"Huaaa!! Mama!! Ali jahat!!" Tangis Prilly pun pecah. Tawa Ali berhenti. Segera dibawanya Prilly ke dada bidangnya.
"Eh maaf Sayang.. maafin aku, ya. Tadi aku cuma bercanda, Sayang. Maaf ya.." Bisik Ali tepat di telinga Prilly. Bahkan bibir bawah Ali pun menyentuh daun telinganya.
"I love you." Ali mencium pucuk kepala Prilly cukup lama.
"I love you too."
Pendek dulu, ya. Gatau lagi lanjutannya kayak gimana:v
KAMU SEDANG MEMBACA
Caffe Love Story
Fiksi PenggemarPrilly Agnesia Latuconsina adalah sebuah barista di salah satu cafe langganan Ali Leonard Syarief. Cantik, baik, dan pintar adalah 3 kata yang cocok untuk Prilly. Tak jarang banyak pelanggannya yang meminta untuk dijadikan pacar. Namun Prilly selalu...