Part 8

2.8K 297 1
                                    

Di kafe, ada seseorang yang sedari tadi tak berhenti tersenyum bahagia. Kak Nad dan pegawai lain yang lihat menjadi bingung karenanya.

"Morning, Prill. Seneng banget keliatannya pagi ini. Ada apa sih emangnya?" Tanya Kak Nad. Prilly yang tersadar pun langsung salting.

"Eg.. ga papa kok, Kak. Cuma ya lagi pengen senyum aja. Menciptakan energi postif. Hehe." Jawab Prilly sambil menggaruk-garuk bagian tengkuknya yang sama sekali tak gatal.

Kak Nad merasa tidak puas dengan jawaban Prilly. Ia mengamati wajah Prilly dengan serius. Ia baru ingat, Prilly kemarin sudah resmi menjadi pembantu sementara adiknya. Kini ia paham sekarang.

"Adik aku ngelakuin hal apa sih sampe bikin kamu senyum-senyum gaje gini?" Tanya Kak Nad dengan senyum manisnya. Sangat mirip dengan Ali.

"Dia nawarin kuliah untuk aku. Dan dia janji bakal bayar semua bayaran dikampus aku. I'm so happy!" Akhirnya Prilly mau berterus terang. Kak Nad tak bisa menyembunyikan senyum bahagianya. Dua misi adiknya selesai. Kini tinggal beberapa misi lagi yang harus dilakukan Ali.

"Kenapa kamu ga bilang sama Kakak kalo kamu di D.O dari kampus karena  hal itu?" Tanya Kak Nad dengan lembutnya. Prilly menundukan kepalanya. Tak mungkin ia mengatakan yang sejujurnya.

"Aku ga enak, Kak. Terlalu banyak Kakak bantuin aku. Ga semestinya aku minta bantuan lagi ke Kakak. Udah cukup Kakak mau pekerjakan aku disini aja udah buat aku seneng banget, Kak. Kakak terlalu baik buat aku." Ucap Prilly dengan airmata yang menggenangi matanya. Kak Nad pun menghapus airmata yang mengalir dipipi Prilly dan tersenyum hangat. Prilly terlalu baik untuk disakiti. Ia tak akan memaafkan orang yang dengan beraninya membuat luka dikehidupan Prilly. Sekalipun adiknya sendiri.

"Kamu ga perlu pendam semua dihati kamu. Kamu bisa mengeluarkannya dengan kata-kata. Kakak bisa pahami kalo kamu bisa jujur sama Kakak. Kakak sayang sama kamu, Prill. Bagi kakak, kamu itu kayak sebuah guci mahal yang harus dijaga agar ga retak. Kakak udah anggap kamu adik kakak sendiri. Lain kali jujur ya sama Kakak, apapun masalahnya." Jelas Kak Nad. Prilly mengangguk.

"Iya, Kak." Jawab Prilly.

"Janji?" Tanya Kak Nad sambil menunjukkan jari kelingkingnya

"Janji." Jawab Prilly sambil menautkan kelingkingnya dengan kelingking Kak Nad. Dan mereka tertawa menyadari kekonyolan mereka.

Tak mereka tau, bahwa sedari tadi ada seseorang yang tersenyum melihat begitu akrabnya Prilly dengan Kak Nad. Siapa lagi jika bukan Ali. Prilly memang friendly orangnya. Terbukti Kakaknya yang dikenal jutek mampu tersenyum terus saat bersama Prilly.

"Pilihan gue ga salah. Mudah-mudahan ini yang terbaik." Ucap Ali lalu beranjak pergi dari tempatnya.












Ketiduran, mau tidur lagi gabisa. Dan liat wattpad, pengen banget nulis cerita. So, part ini dibuat deh! Vote dan komennya ya😉

Caffe Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang