Part 7

2.7K 300 4
                                    

Setelah selesai sarapan, Ali bersiap pergi ke kampus. Hari ini jadwal ia kuliah pagi. Jadwal yang paling ia benci.

"Pomade gue mana ini?" Tanya Ali pada diri sendiri sambil mengobrak-abrik laci lemarinya.

Prilly tak sengaja lewat depan kamar Ali dan melihat majikannya sedang mengobrak-abrik laci lemari sambil sesekali mendesah kecewa. Prilly pun masuk dan memperhatikan tingkah Ali. Tanpa sadar dirinya tersenyum.

"Lagi cari apa sih? Sampe laci diobrak-abrik begitu." Tanya Prilly mengagetkan Ali.

"Bisa ga sih masuk kamar orang ketuk pintu dulu? Ngagetin aja." Ucap Ali tanpa menjawab pertanyaan Prilly. Prilly mendengus pelan lalu berjalan ke arah meja samping ranjang Ali. Terdapat pomade yang ada tulisan tangan Ali.

"Pomade lo?" Tanya Prilly sambil menunjukkan pomade yang ada ditangannya.

"Eh kok lo bisa nemuin sih? Gue yang dari tadi nyari aja ga ketemu." Tanya Ali heran. Ia langsung mengambil pomade dan memasukannya ke tas.

"Ke kampus bawa pomade." Sindir Prilly. Ali hanya menatap tajam Prilly sebentar.

"Bawel. Lo kalo ngampus juga bawa make up kan? Sama aja."

"Gue ga kuliah." Ucap Prilly singkat.

Ali menatap mata sendu Prilly. Ali benar-benar tak bisa melihat wanita menangis.

"Awalnya gue emang kuliah. Tapi minggu lalu, gue dapet surat dari dosen. Dan surat itu isinya pengeluaran gue dari kampus karena gue selalu telat bayar apapun. Yaudah akhirnya gue fokus jadi barista. Dan jadi pembantu lo." Jelas Prilly. Ali merasa iba dengan Prilly.

"Kan ada Kak Nad yang selalu siap bantu lo. Kenapa lo ga minta uang ke Kak Nad aja?" Tanya Ali. Prilly tersenyum simpul.

"Gue udah banyak nyusahin Kak Nad. Lagipula kan yang kuliah gue, bukan Kak Nad. Gue yang harusnya bayar." Jawab Prilly bijak.

"Bang Fero? Dia ga bantuin lo?" Tanya Ali lagi.

"Waktu itu dia masih di London dan handphone dia ilang. Jadi ga bisa komunikasi sama gue." Jawab Prilly. Ali mendekat ke arah Prilly.

"Gue yang bantuin lo."

Tubuh Prilly membeku seketika. Ia tak salah dengar?

"Gue ga salah denger? Lo mau bantuin gue?" Tanya Prilly memastikan. Ali mengangguk pasti.

"Gue yang akan lunasin semua pembayaran kampus lo. Apapun itu. Asal lo mau balik kuliah lagi. Lo cantik, pinter. Masa pendidikan ditinggal gitu aja?" Ucap Ali lalu tersenyum. Prilly ikut tersenyum dan spontan memeluk Ali.

Awalnya Ali kaget dengan reaksi Prilly. Namun ia berusaha netral.

"Masih lama ga nih meluknya? Gue mau kuliah nih. Udah telat." Ucap Ali. Prilly baru sadar dan melepaskan pelukannya.

"Sorry. Terlalu seneng soalnya." Ucap Prilly malu-malu.

"Meluknya lamaan dikit juga gapapa. Dada bidang ini selalu tersedia buat lo." Canda Ali. Prilly pun terkekeh.

"Itu sih mau lo." Ucap Prilly dengan kekehan khasnya. Cantik. Kata itu pas untuk Prilly saat ini.

"Yaudah gue mau ngampus dulu. Lo silahkan ke cafe." Pamit Ali.

"Ok. Take care."

"Too."



















Gabut dan gaada kerjaan. Akhirnya ngelanjutin cerita ini. Jangan lupa tinggalkan jejak ya😄

Caffe Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang