"Jadi.. sahabat gue." Ucap Ali dengan sangat gugup. Sebenarnya bukan itu yang ingin dia ucapkan. Namun, rasanya terlalu cepat untuk mengatakannya sekarang.
"Sahabat? Mau, lah. Lo nanya ada-ada aja deh." Jawab Prilly. Ali pun bernapas lega karna Prilly tak menyadari kegugupannya. Gadis dihadapannya ini sangat polos.
"Sahabat?" Tanya Ali sambil mengacungkan jari kelingkingnya. Prilly pun mengaitkan jari kelingkingnya ke jari kelingking Ali.
"Sahabat."
***
Pagi pun tiba. Mentari terlihat memancarkan sinarnya. Kamar doraemon Prilly sudah tertata rapi karna sang empunya telah keluar kamar beberapa menit yang lalu. Sedangkan Ali, dia masih bergelut dengan bantal dan guling.
"Ali!! Makan woi! Udah pagi!" Teriak Prilly dari dapur. Ali hanya menutup telinganya dengan bantal.
"Ali!!!" Teriak Prilly sekali lagi. Namun yang dipanggil tak kunjung turun ke meja makan.
"Nih kayaknya dia masih ngorok." Gumam Prilly.
Akhirnya Prilly turun tangan. Dia naik tangga menuju kamar Ali yang letaknya berada diujung. Terkadang Prilly merasa heran, Ali mau saja dibuatkan kamar yang posisinya paling ujung dari ruangan lain. Kalo Prilly jadi Ali, Prilly akan selalu dirundung rasa ketakutan. Apalagi rumah Ali sangat besar bila hanya ditempati 2 orang.
"Ali.." Panggil Prilly sambil membuka knop pintu kamar.
"Hmm.." Ali menggeliat ketika Prilly memanggil namanya.
"Kebawah yuk, Li. Makan. Udah gue bikinin ayam goreng noh." Ajak Prilly.
"Nanti aja." Ucap Ali dengan suara seraknya.
"Gaada nanti-nanti. Sini tangan lo gue tarik biar bangun." Ucap Prilly. Ali pun membiarkan Prilly menarik tangannya. Tapi sepertinya tenaga Ali lebih kuat. Buktinya, sekarang Prilly telah berada diatas dada bidang Ali karna Ali giliran menarik tangannya.
Prilly hanya bisa bengong melihat Ali saat ini. Bulu matanya yang lentik, alisnya yang tebal, bibir tipisnya yang berwarna kemerahan, hidungnya yang mancung, kini bisa ia lihat sangat dekat.
Merasa diperhatikan, Ali membuka matanya dan tersenyum melihat Prilly. Gadis itu sangat cantik bila dilihat secara dekat.
"Udah puas belum ngeliat pahatan Tuhan yang indah ini?" Sindir Ali sambil mengedipkan sebelah matanya.
Prilly pun sadar dan segera beranjak dari posisinya. Sekarang ia sudah berdiri tegak dengan wajah yang sudah seperti kepiting rebus.
"Makan, Li. Udah gue siapin." Ucap Prilly sangat gugup sehingga ia berulang kali meremas ujung bajunya. Ali yang melihat itu terkekeh geli. Baru kali ini ia terkekeh dengan sikap wanita.
"Kenapa lo ketawa gitu? Ada yang lucu?" Tanya Prilly sok galak.
"Ada. Lo yang lucu. Imut." Ucap Ali santai sambil mengedipkan sebelah matanya.
BLUSH! pipi Prilly kembali memerah. Namun yang ini lebih merah lagi. Tak mau wajahnya semakin merah, Prilly keluar dari kamar Ali dengan setengah berlari.
Disisi lain, Ali merasa senang bisa menggoda Prilly. Tak banyak yang tau, Ali sudah jatuh cinta pada barista cantik itu.
Sengaja yang ini dikit banget. Soalnya lagi ga mood tp pengen nulis di wattpad:v vote dan komennya jangan lupa ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Caffe Love Story
FanficPrilly Agnesia Latuconsina adalah sebuah barista di salah satu cafe langganan Ali Leonard Syarief. Cantik, baik, dan pintar adalah 3 kata yang cocok untuk Prilly. Tak jarang banyak pelanggannya yang meminta untuk dijadikan pacar. Namun Prilly selalu...