Songs for this chapter :
Youth - Troye Sivan;Griffyn
Touch (Acoustic) - Little Mix
*****
Teriknya mentari menerobos masuk ke dalam netra Harry. Ia meringis, menahan perih saat membuka kedua matanya. Berharap tenaganya berkumpul hanya untuk duduk tegap, justru nyeri pada pangkal pinggulnya makin terasa.
"Istirahatlah dulu."
Metha datang, gadis itu membantu Harry untuk kembali berbaring di ranjang. Harry dapat menangkap lelah pada wajah Metha, gadis itu sepertinya melakukan banyak. Yang Harry ingat, mereka lari, dan saat berada di tempat sepi, ia merasa kausnya basah dan pangkal pinggulnya nyeri. Lalu semua gelap. Ia tak tahu apa yang terjadi padanya hingga ia tak sadarkan diri.
"Kau ternyata tertembak. Bodohnya dirimu tak menyadarinya hingga kita berjalan terlalu jauh."
Harry terkekeh, namun akhirnya mengerang rendah. "Aku kuat, kau tahu itu."
Metha menggeleng pelan, pun ia mengambil mangkuk yang berada di atas meja tak jauh dari tempat Harry berbaring. Metha memaksa Harry membuka mulutnya, menyuapi Harry bubur hangat. Wajah Metha lebih terkesan datar, nampak pula sedikit amarah di sana.
Harry menahan tangan Metha yang hendak menyuapinya. Mata mereka beradu sejenak. Kemudian Metha meletakkan mangkuk kembali dan berdiri, hendak pergi.
"Kau tahu sesuatu tentang Danny dan Zayn."
Metha berbalik, menatap Harry tak pecaya. "Jika aku tahu sesuatu tentang Zayn, aku sudah membawanya pergi."
"Tapi kau tahu sesuatu tentang Danny. Katakan padaku."
Metha mengatur degup jantungnya, berharap Harry tak mendengarnya. "Aku ... aku hanya ingin Zayn kembali. Aku khawatir."
Harry membasahi bibirnya, pun ia kembali memaksakan tubuhnya untuk tegak. Dan kali ini Metha tak melarang. Kain putih yang membalut sekeliling pinggul bawah Harry berwarna sedikit merah di ujung kiri bawah. Harry memegangi tempat di mana ia merasakan sakit sembari menghampiri Metha yang menutup wajahnya, menahan lelah.
"Aku takut sesuatu yang buruk terjadi pada Zayn. Aku ... aku—"
"Shhh ..." Harry menarik tangan Metha. Ia menggenggam tangan gadis itu erat dan menatap matanya lekat. "Percaya padaku, semua akan baik-baik saja."
"Bagaimana aku bisa mempercayaimu?"
"Karena kau harus." Harry menyusuri birunya manik mata Metha. "Kau harus mempercayaiku, karena aku juga mempercayaimu."
Tangan Harry menyisir rambut gelap Metha ke belakang, membuat gadis itu memejamkan matanya. Jemari Harry merapikan rambut yang menutupi wajah Metha ke belakang telinga gadis itu. Napas hangat Harry menerpa wajahnya, seperti meniup pergi semua lara yang ada.
"Aku selalu berjanji padamu, aku akan selalu ada di sisimu, bersamamu selalu. Dengan begitu, semua akan baik-baik saja."
Lembutnya bibir Harry mengecup kening Metha, lama. Mata Metha terpejam, meresapi aliran cinta yang Harry kirimkan. Kali ini Metha yakin, ini cinta, dari Harry dan hanya untuknya seorang. Harry peduli padanya, dan ia juga harus peduli pada Harry. Ia harus bisa melindungi Harry sebagaimana Harry melindunginya sampai saat ini. Luka tembak itu tak seberapa bagi Harry memang, semua itu ia lakukan untuk melindungi Metha. Walau ia tahu Metha bisa melindungi dirinya sendiri.
Bibir Harry masih tak mau lepas, kedua telapak tangan besarnya menangkup kedua pipi lembab Metha. Gadis itu makin tersedu bahagia menyadari masih ada yang begitu menyayanginya, bersedia melindunginya, seperti Harry. Tangan Metha tergerak meraih pinggul Harry, berusaha tak menyentuh titik sakit Harry dan melingkarkan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad & Unique✔
FanfictionThe way they love is so unique. Even if they're bad guys. Warning Harsh words, strong language, and some contents didn't allow to read by the underage kids. Copyright ©2017 Written by Bita Wibowo amazing cover by @kepenthough