Niall membungkam mulut Viveca selagi Liam dan Briana bermandikan keringat membidik sasarannya. Louis berada di depan Clarissa berusaha melindungi Clarissa yang bergetar.
Mungkin ide untuk menjemput Harry adalah ide buruk bagi mereka. Sayangnya, kebodohan juga berpihak pada Viveca yang tak ingin ditinggal sendirian di Gedung Putih dengan penjagaan yang super aman. Viveca justru mengendap-endap bersembunyi di bagasi mobil yang dikendarai Niall dan Liam bersama Kepala Kepolisian Nashville, Briana. Viveca memilih mobil tersebut karena ia tahu Niall tak akan marah sekalipun ia bertindak bodoh. Namun semua salah begitu mobil mereka diserang secara mendadak di Nashville beberapa jam yang lalu.
Nashville, tempat di mana mereka mengira adalah lokasi paling aman di Amerika, kini justru berubah menjadi kolam darah penyerangan para pemberontak. Sisa ledakan bom di mana-mana, padahal penyerangan baru terjadi 3 jam yang lalu.
Kini keenam manusia nekad itu terpaksa harus berantisipasi dari sesuatu yang ada di depan mereka. Sungguh yang mereka lihat sekarang adalah tindakan biadab jauh dari kemanusiaan. Bagaimana bisa sesama manusia mengikat manusia lain, menyiraminya dengan bensin selagi yang lain memukulinya dengan kayu berduri, pasti sangat perih.
Liam dan Briana yang memegang senjata pun tak bisa berkutik melihatnya. Mereka ber-enam, sungguh hanya dilihat dari jumlah saja mereka kalah. Niall mulai menutup mata selagi tangannya menutup wajah Viveca saat salah seorang pemberontak menginjak perut orang yang terikat tersebut. Tak lama kemudian teriakan pedih, banyak sekali, terdengar begitu panasnya api terasa.
Liam dan Briana hanya bisa menunduk pasrah dibalik tumpukan kotak kayu penyimpan bahan makanan yang menutupi mereka semua. Clarissa tenggelam dalam dekapan Louis selagi terisak. Pikiran Briana beralih pada sesuatu, tanggung jawabnya kepada Harry. Kepercayaan Harry padanya, orangtua Harry. Harry tidak tahu hal ini terjadi di Nashville.
Briana menatap Louis dengan cucuran air matanya yang tersisa. Wajah tegang Briana sanggup menyampaikan apa yang ada dalam pikiran gadis itu, Louis menangkap maksud Briana.
We need to go.
Gerakan bibir Louis dimengerti oleh yang lain. Pun mereka beranjak pergi, pelan-pelan, tanpa menimbulkan suara. Berjalan cepat dengan Briana di depan sebagai pemimpin dan Liam di belakang untuk berjaga-jaga.
"Harusnya aku tidak meninggalkan mereka." Briana mengusap wajahnya kasar saat mereka sudah berhasil bersembunyi.
"Ini bukan salahmu. Paman dan Bibi akan baik-baik saja." Louis merangkul Briana, mencoba menenangkan gadis itu.
Liam membuang jaketnya, menyisakan tubuhnya hanya dibalut kaus ketat berwarna hitam. "Kita harus bergerak. Niall," Liam menoleh pada Niall yang masih sibuk menenangkan Viveca yang terguncang, "coba hubungi Gedung Putih. Pastikan kondisi Washington baik-baik saja. Jenderal Alex dan Komandan Gerald sudah aku siagakan di sana sebelum kita pergi."
Niall mengangguk. Ia kemudian mengeluarkan ponselnya, saat tersambung, ia sedikit menjauh dari teman-temannya yang lain.
"Bagaimana bisa Nashville terjangkau oleh mereka?"
Liam menggeleng. "Pasti ada dalang di balik semua ini. Tidak mungkin Nashville mudah dijangkau oleh pemberontak, mereka akan langsung ditangkap jika membawa ranjau masuk."
"Kecuali mereka menyamar."
Semua melirik ke arah Clarissa. "Perbatasan Nashville mulai lengah, aku bisa melihatnya dari aktivitas perdagangan dan arus transportasi umum yang keluar masuk Nashville. Bahkan dengan mudah kita bisa masuk tanpa pemeriksaan walau kita membawa Jeep presiden."
"Benar." Briana menyimpan senjatanya. "Sesuatu yang buruk terjadi semenjak kita lengah. Sesuatu yang lebih buruk dibandingkan Danny Dunham, itu bisa saja. Tapi apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad & Unique✔
FanficThe way they love is so unique. Even if they're bad guys. Warning Harsh words, strong language, and some contents didn't allow to read by the underage kids. Copyright ©2017 Written by Bita Wibowo amazing cover by @kepenthough