Blakcsburg. Tidak, tepatnya hampir keluar dari Blacksburg. Harry merasakan matanya berat dan ingin terpejam. Tapi begitu mengingat dengan siapa ia berada saat ini, ia terus ingin menanyakan bagaimana semua ini bisa terjadi. Dan pikiran Harry sekarang tak terarah lagi, ia bahkan lupa ke mana sebenarnya ia akan pergi dengan kereta yang sudah meledak tadi.
"Tenang saja. Walaupun tadi termasuk kawasan Washington, presiden tidak akan tahu jika di dalam kereta itu terdapat dirimu."
Masih merengkuh Metha, Harry melirik Peter yang terus melajukan mobilnya di atas jalanan sepi, seperti padang pasir. "Bagaimana ini bisa mungkin?"
"Metha tak menceritakan apapun?" Peter melirik ke belakang sejenak. "Well, jangan terlalu berpikir buruk tentang dirinya. Metha memang susah ditebak, tapi percaya padaku, dia baik."
"Bahkan setelah hampir membuatku menjadi umpan Danny?"
"Itu yang terjadi padaku dulu." Peter memotong jalan, berbelok ke tanah tandus yang tidak terlalu kering namun berdebu. Ia kemudian berhenti. "Aku banyak berhutang padanya, dia banyak mengajarkan sesuatu padaku."
"Bagaimana bisa?"
"Saat berita diriku terbunuh menyebar, sebenarnya mayat yang mati mengenaskan itu bukan diriku. Karena terlalu tak terdeteksi mungkin, mereka mengira itu aku. Padahal sesuatu lain terjadi."
Harry memicingkan matanya, mendengarkan kalimat-kalimat yang terlontar keluar dari mulut Peter tentang Metha.
"Metha yang bertugas membunuhku, tugasnya adalah menghabisi keluarga presiden karena dia adalah teman Viveca. Aku marah," Peter mengulum bibirnya sejenak kemudian menoleh ke belakang, "she's not that bad. Aku mengira dia akan menembakku, tapi apa yang dilakukannya justru melindungiku, membawaku pergi secara diam-diam dengan kereta batu bara manuju Nashville. Dia tahu bahwa Danny tak dapat menyerang keamanan Nashville, karena dia tahu dirimu masih bertugas di sana. Dan kau akan menjadi pengganti Sam dalam hitungan bulan."
Harry mengerutkan dahi. "Hubungannya denganku?"
"Namamu tersiar hingga ke telinga mereka. Danny melarang anak buahnya memasuki Nashville karena kekuatan militer yang kau miliki. Dan itu terbukti. Begitu kau pergi, tersisa seorang gadis polisi yang berani di sana, aku sempat melihatnya tapi dia tak mengenaliku. Dan karenanya juga Nashville aman." Peter menghela napas sejenak, ia kemudian menyipitkan matanya. "Tunggu, sebenarnya sudah seminggu ini aku menunggu di Blacksburg dan tidak kembali ke Nashville. Yang aku tahu, Nashville aman karenamu dan gadis itu. Jika kau bersama presiden, apakah gadis itu masih di Nashville?"
Mata Harry melebar, warna hijaunya berganti hitam begitu Peter menanyakan hal tersebut. "Briana?"
"Ya!" Peter terkekeh. "Komanda Briana Anderson. Aku hampir lupa namanya."
"Tapi dia berada di Washington."
Tawa cekikikan Peter perlahan menjadi sunyi. Wajahnya berubah menjadi garis tegas yang tak jelas apakah ekspresi yang ia tunjukkan saat ini. Pun Harry making bercucuran keringat.
"Maksudmu, dia tidak berada di Nashville lagi?"
Harry mengerang. "Ini salahku! Aku memintanya membantuku dan datang ke Washington."
"Ini buruk."
Harry mendengus kesal. "Kita tidak mungkin ke Nashville dengan mobil. Bisa-bisa kita tiba saat kota itu sudah hancur dilalap bom."
"Siapa bilang kita ke Nashville dengan mobil?"
Suara gemuruh terdengar dari kejauhan. Pasir-pasir emas meloncat-loncat ditiup angin. Dan dari balik bukit, sebuah helikopter bergerak mendekati mobil yang kini Harry tumpangi. Begitu lalat besar itu mendekat, Peter bersiul dan berseru keras sembari melambai-lambaikan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad & Unique✔
FanfictionThe way they love is so unique. Even if they're bad guys. Warning Harsh words, strong language, and some contents didn't allow to read by the underage kids. Copyright ©2017 Written by Bita Wibowo amazing cover by @kepenthough