Harry dan Rosey tertawa terbahak-bahak hingga menjatuhkan diri mereka di atas ranjang. Rosey kecil kemudian seperti mencari perlindungan dan bersembunyi di balik tubuh Harry.
Dua minggu berlalu setelah Harry menunaikan janjinya dengan saling menemukan antara dirinya dan Metha. Empatbelas tahun bukan waktu yang singkat untuk tetap mencintai orang yang sama. Empatbelas tahun juga bukan waktu yang singkat untuk menahan sakit tak bersama mereka yang disayangi.
Metha dan Harry bertahan dengan perasaan mereka. Yang Metha lakukan semata-mata untuk menghormati keluarganya yang tersisa. Paman dan bibinya memiliki kerabat jauh, mereka memiliki seorang putra lelaki, seorang perwira yang harus menjaga perbatasan negara beberapa bulan lagi, dan ia masih belum menikah.
Karena mereka tahu Metha kembali, mereka melamarkan Metha untuk putranya, Gavin Roveman. Desakan paman dan bibinya terus menghantui Metha, keluarga Gavin hanya ingin melihat Gavin bahagia sebelum Gavin pergi jauh dan lama.
Metha menceritakan itu Semua pada Harry dengan berderai air mata, satu kata lain selain kisah itu adalah maaf yang selalu ia tegaskan. Tak ada hal lain, semata-mata hanya untuk membuat Gavin dan keluarganya. Rosey Roveman adalah kebahagiaan terbesar mereka, Rosey mendominasi kecantikan dan sikap ibunya, Gavin bahagia sebelum detik-detik keberangkatannya ke perbatasan negara di sebelah selatan. Namun duka menyelimuti mereka, pesawat yang Gavin kemudian jatuh ke laut dan Gavin ditemukan tak bernyawa.
Bodohnya lagi, Harry sebenarnya menghadiri pemakaman Gavin. Secara tak langsung, Metha sebenarnya melihat Harry berada di kerumunan. Namun karena tak soap, Metha berbalik dan meninggalkan pemakaman. Disayangkan, Harry tak terlalu mengingat nama-nama prajurit yang gugur.
Di lain sisi, Zayn yang masih berhubungan dengan Metha terus memancing Metha agar bertemu Harry. Namun Metha menolak.
Rosey kini makin memeluk Harry erat dan masih terkekeh kecil. "Ibu pasti marah."
"Tentu, kau memakan habis semua kue yang baru matang."
"Salah siapa Ibu selalu melarangku makan kue cokelat. Beruntung ada paman, terima kasih, ya."
Harry mencium kening Rosey lama dan diakhiri dengan memeluk gadis kecil itu erat, sangat erat. "Sama-sama. Kita 'kan pasangan kompak!"
"Pasangan ayah dan anak!" balas Rosey bersemangat.
Hal tersebut membuat Harry kaku untuk beberapa saat. Mendengar yang Rosey katakan membuat jantungnya berpacu kencang, lengannya makin mendekap Rosey.
"Paman Harry tidak suka?" suara kecil Rosey membuat Harry menoleh ke bawah. "Paman tidak suka kita menjadi pasangan ayah dan gadis kecilnya yang kompak? Padahal aku suka ide itu."
Harry tersenyum. "Terdengar indah bagiku, Sayang."
"Aku sudah sembilan tahun, Paman. Aku tahu kemana ayahku pergi sebenarnya, meskipun semua selalu mengatakan dia akan kembali."
"Kalian tentu akan bersama lagi."
"Di tempat yang jauh dari sini?" tanya Rosey, persis seperti apa yang pernah Harry katakan.
Baru saja Harry akan menjawab, Metha yang sedari tadi berdiri di ambang pintu menyahuti, "Di tempat yang jauh dari sini." Metha terkekeh dan berjalan mendekati Harry serta Rosey. "Tertangkap juga kalian pencuri kue cokelat!"
Metha kemudian duduk di samping Rosey lalu menggelitiknya. Keduanya tertawa terbahak-bahak, membuat Harry ikut menggelitik gadis kecil itu hingga ketiganya kehabisan napas lalu berhenti. Tiga pasang mata itu menatap satu sama lain, Harry tersenyum menatap Metha serta Rosey bergantian.
Rosey kemudian meraih tangan Metha, ia juga tak lupa meraih tangan Harry. Diletakkannya tangan Metha di atas telapak tangan Harry selagi keduanya tersenyum. "Sekarang aku tahu siapa jenderal yang selalu Ibu ceritakan padaku setiap malam. Itu bukan ayah, itu Paman Harry."
Metha tersenyum dan kemudian mengecup kening Rosey. Gadis kecil itu mengelak sekaligus mengacungkan telunjuknya pada sang Ibu. "Jangan menciumku selagi aku masih berbicara Ibu."
Harry terkekeh dan mengacak-acak rambut Rosey. "Persis! Aku mendapatkan dua sekaligus di sini."
Metha kemudian memeluk Rosey, kekehan keduanya teduh bagi telinga Harry. Membuat sebuah senyuman terukir pada bibirnya.
"Aku selalu menginginkan ini. Pelukan keluarga," ucap Rosey.
Dengan tulus, Harry menyapu rambut Rosey lembut dan tersenyum selagi melihat Rosey dan Metha masih berpelukan.
Rosey membuka matanya dan melirik Harry. "Aku katakan pelukan keluarga." Rosey tersenyum jahil dan kemudian berkedip sesekali. "Ayah?"
"Yah … " Harry terharu. "Seorang jenderal juga butuh keluarga." Harry pun pada akhirnya memeluk Metha dan Rosey.
Ketiganya tenggelam dalam lautan kehangatan, keluarga.
THE END
Aku mau ucapin makasih sangat sama kalian Semua yang udah baca Bad & Unique,
dari Harry sama Viveca mecahin guci, Zayn sama aleyvea menyamar sampe Harry sama Metha jatuh cinta.
It was a long story, idk, why I made this. But overall, I love my writing! I hope you so.
Makasih buat up to 21k reads, up to 3k votes, dan komen-komen kalian yang kebingungan di awal, wkwk. Maaf yaaa
Maaf juga sering ngaret update. Ini kesalahan terbesar banget. Akhir-akhir ini nelat soalnya emang tugas banget, kalau dulu-dulu kadang mager, bingung sendiri, gaada kuota (eh), Ya gitu deeh.
Character ask? Boleh kan Ya? Monggo ditulis di inline komen kalau emang ada pertanyaan(:
-Harry
-Metha
-Viveca
-Niall
-Danny
-Zayn
-Peter
-Aleyvea
-Liam
-Louis
-Me or etc(?)
Narsis dikit gapapa kan yaa WKWK.
Oh ya, nanti siang aku publish work baru. Baca yaa!!
Bita (30/07/2017)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad & Unique✔
FanfictionThe way they love is so unique. Even if they're bad guys. Warning Harsh words, strong language, and some contents didn't allow to read by the underage kids. Copyright ©2017 Written by Bita Wibowo amazing cover by @kepenthough