"Sterilkan pemberhentian kereta!"
Suara orang-orang memberi perintah itu mulai terdengar saat kereta yang dikemudikan Louis berhenti di salah satu stasiun tujuan di Atlanta.
Begitu kereta berhenti, Harry beserta Liam dan Briana meloncat terlebih dahulu melalui tiga pintu gerbong yang berbeda. Harry membantu para lansia turun, Liam membantu para remaja, dan Briana membantu anak-anak kecil di gerbong terdepan untuk turun. Sedangkan Peter, Niall, Viveca, Metha, Clarissa, dan Darwin turun dari gerbong paling belakang.
"Semua sudah diturunkan? Persenjataan yang tersisa dari Montgomery tadi?" tanya Louis pada Harry begitu ia turun.
Harry mengangguk seraya berbalik. "Semua sudah diturunkan. Dan—"
"Selamat datang, Jenderal!" ujar seorang pria bertubuh subur dengan kepala plontosnya. Pria itu berpakaian layaknya petugas keamanan negara, hanya seragamnya tidak lagi mulus.
Harry menjabat tangan orang tersebut dan berkata, "Terima kasih … dengan siapa aku berbicara?"
"Sersan Dave Gringham. Kehormatan tersendiri bagi Atlanta untuk bertemu dengan Jenderal Keamanan Amerika."
Harry mengangguk dan melepas jabatan tangannya. Ia menoleh ke arah Metha yang kini sudah berada di sampingnya. Dilihatnya beberapa warga yang hadir di sana mulai berbisik dan mundur perlahan. Pun Metha juga menyadari hal tersebut, ia melangkah sedikit menjauh dan beringsut mendekat pada Peter.
"Dia bukan penjahat." Harry membela.
Beberapa orang masih saja berbisik. Bahkan setelah Harry memberikan kejelasan, tidak ada satu saja orang yang berani mendekat dan maju. Hingga seorang anak gadis kecil dengan baju kumalnya maju ke depan. Gadis kecil itu menarik-narik celana Harry, karena hanya itu yang dapat ia gapai. Harry tersenyum seraya berlutut dan memegang kedua sisi tubuh gadis kecil itu.
"Aku tahu kalian semua orang baik," ucapnya. Ia kemudian mengeluarkan bunga mawar merah, sudah hampir mati dari balik jaketnya. "Dua hari yang lalu seorang pria memberiku ini. Kemudian mobil orang jahat membawanya pergi dan kami bebas."
Harry tersenyum, mengusap kepala gadis kecil itu dan mencium dahinya sejenak. "Dia pria yang baik."
"Dia sepertimu." Harry mengerutkan dahinya mendengar gadis kecil itu. "Dia tampan dan bertindik, berhidung mancung, dan berambut gelap. Dia tegas dan baik hati, sepertimu. Maka dari itu aku memberikan mawar ini untukmu."
Mata Harry tertuju pada bunga tersebut, ditatapnya bunga mawar merah tersebut dan si gadis kecil bergantian. Jantungnya berdegup selagi tangannya sudah memegang tangkai layunya. "Kau mengenalnya?"
"Tidak." Ia menggelengkan kepalanya dan menatap Metha yang berada tak jauh dari Harry. "Dia berkata semua yang akan tiba adalah orang baik."
Air mata Metha terjatuh setelah gadis kecil itu mengecup pipi Harry sekilas. Dengan masih menggenggam bunga mawar itu, Harry beranjak dan mendekat ke arah rekannya yang lain. Matanya pedih, Jantungnya terus berdetak cepat.
"Tuan Stanford, kami akan mengantar anda dan yang lainnya menuju tempat tinggal sementara. Mungkin kalian butuh istirahat," tawar Dave.
Harry mengacungkan telapak tangannya. "Kami sudah memiliki tempat singgah." Ia menoleh ke arah Liam dan bertanya, "Di mana kawanmu?"
"Seharusnya dia sudah di sini, Jenderal."
Tiiin! Tiiin!
Klakson mobil terdengar nyaring dari depan stasiun yang sudah hampir hancur tersebut. Dua orang pria mendekat dengan senyuman lebar menyerobot warga yang sudah lebih dahulu berada di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad & Unique✔
FanficThe way they love is so unique. Even if they're bad guys. Warning Harsh words, strong language, and some contents didn't allow to read by the underage kids. Copyright ©2017 Written by Bita Wibowo amazing cover by @kepenthough