Chapter 27

1.1K 168 66
                                    

Menurut kalian, apa ff ini harus aku on going atau on hold?

BTW, hapread(:

*****

Liam melempar peti kayu berisi amunisi ke atas jeep kepada Niall yang sudah bersiap menerimanya dari atas. Kedua pria itu bahu-membahu mengangkut segala sesuatunya ke atas jeep yang mereka sewa dari Celo, teman Liam.

Para gadis— Clarissa, Viveca, dan Metha berada satu jeep bersama Harry. Sedangkan Liam, Niall, Louis, Peter dan Darwin berada di jeep lain yang akan mengikuti dari belakang sambil menjaga.

Dirasa sudah siap, Liam menghampiri Celo bersama Harry. Mereka menjabat tangan Celo bergantian. "Jika ada apa-apa dengan Atlanta, kau tahu bagaimana cara menghubungi kami," ujar Harry.

Celo mengacungkan ibu jarinya. "Tenang saja, Jenderal Stanford. Atlanta akan aman, semua terkendali sampai kau kembali."

"Aku tidak ingin hal-hal buruk terjadi. Ibuku ada di sini, aku percaya dengan ucapanmu."

Celo menyengir lebar dan kemudian mundur dua langkah selagi Liam dan Harry berbalik menuju jeep.

Kedua jeep terbuka itu melaju di jalanan sepi kota Atlanta. Metha mengisi pistolnya dengan peluru selagi Harry fokus menyetir di sebelahnya. Sesekali gadis itu menoleh ke Harry yang sama sekali tak mengucapkan sepatah kata pun.

Metha merasakan pundaknya diremas pelan dari belakang. Clarissa beringsut mendekat ke arah telinganya dan berbisik, "Mungkin kita bisa mengajaknya berbicara. Dia terpikir akan ibunya."

Metha mengangguk pelan. Ia kemudian menyimpan pistol di sela jinsnya kemudian bersandar. Diliriknya Harry sebentar, wajahnya masih datar tak menunjukkan ekspresi apapun. "Dari kecil, aku selalu ingin memiliki Mobil Jeep." Metha menoleh sedikit ke belakang, meminta bantuan. "Dan … beruntungnya aku sekarang bisa mengendarainya."

"Kalau aku ingin menjadi pemilik anjing terbanyak di dunia," celetuk Viveca. "Mungkin Rapidh akan bahagia jika memiliki teman lebih banyak."

"Aku ingin menjadi sastrawan. Tapi karena ayahku memintaku agar menjadi dokter, aku berakhir menjadi dokter pribadi keluarga presiden."

Metha dan kedua gadis lainnya terkekeh. "Jadi … tidak satu pun di antara kita berhasil menjadi seperti apa yang kita inginkan? Lucu sekali." Metha menyentuh pundak Harry dan bertanya, "Bagaimana denganmu, Jenderal?"

Harry memicingkan matanya sejenak. Hal tersebut sempat membuat Metha urung menghibur hati Harry. Tapi sesaat kemudian ia membuka mulutnya. "Aku ingin menjadi astronot."

Tawa Viveca meledak. "Astronot? Jauh sekali!" ucapnya sembari terus tertawa.

"Lalu ada apa dengan cita-cita itu?" tanya Clarissa penasaran.

"Kandas. Bisakah kalian diam?" timpal Harry sarkas. "Aku sedang dalam kondisi kurang baik, aku tidak ingin membentak kalian hanya karena hal ini. Aku mohon."

Sedetik kemudian Viveca dan Clarissa kembali duduk tenang. Metha menoleh ke belakang sambil mengangguk pelan.

Perjalanan berlangsung hening, detik berganti menit kemudian berganti jam. Senja mulai nampak, Metha khawatir akan kondisi Harry yang nampaknya lelah. Ia kemudian memijit pelan pundak Harry, membuat jenderal muda itu menoleh sejenak.

"Biar aku menggantikanmu. Kau bisa tidur seperti Viveca dan Clarissa." Metha tersenyum lembut.

Harry menggeleng pelan. "Kau tidur saja. Aku tidak ingin kau sakit."

"Aku seorang pemberontak, aku tidak menerima perintah dari seorang jenderal."

Harry tersenyum simpul dan mengusap kepala Metha dengan satu tangannya. "Aku tahu kau sangat keras kepala. Hanya satu jam, setelah itu biarkan aku menyetir lagi."

Bad & Unique✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang