Empat

16 6 0
                                    


Seorang gadis memasuki ruangan dengan pintu bertuliskan AFY.
"Hei, kenapa selama konser kau selalu mengacuhkan aku? Bahkan saat Mc bertanya apa kita berdua pacaran kau hanya diam tak menjawab. Kau juga tidak  menatapku saat kita duet" Seun Joo, leader AFY itu tidak menggubris gadis di sebelahnya dan terus melihat bayangan dirinya dicermin besar yang memenuhi dinding, melanjutkan latihan koreografinya.

"Seun Joo! Apa kau mendengarku?" gadis itu mulai marah dan berjalan mematikan radio musiknya.

"Berisik! Tak bisakah kau tak menggangguku? Dan ingat kita tak pernah pacaran dan tak akan pernah" Seun Joo membentak gadis itu dan meninggalkannya sendirian yang mulai menangis di ruangan itu.

Saat ini Seun Joo sedang memikirkan konsernya tadi malam. Ia melihat gadis yang dikenalnya di salah satu bangku penonton. Ya tentu saja Mia. Ia sangat yakin penglihatannya tidak salah. Namun, belum selesai acara, dirinya melihat gadis itu pergi meninggalkan tempatnya. Meski cahaya temaram saat itu, ia dapat melihat raut pucat si gadis. Bahkan temannya membantunya berjalan. Seun Joo sangat khawatir dengan gadis itu. Entah sejak kapan, tapi Seun Joo mulai menyukai gadis itu. Mungkin sejak pertama kali bertemu.

*
*

Di kamar hotel, Mia menggerakkan tangannya mencoba meraih ponselnya. Hari ini ia sangat lemas, demamnya belum juga turun.

"39 derajat, masih sangat panas" Dea memeriksa keadaan Mia.

"Sebaiknya hari ini kau tidak usah ikut kegiatan dipameran, istirahat saja di hotel, aku yang akan memberi tau panitia, mungkin mereka akan mengerti" Dea meletakkan kembali termometer di meja dan membenahi selimut Mia. Hari keempat mereka di Korea, memang tak ada agenda lain selain acara pameran nanti malam.

"Pamerannya masih nanti malam, aku akan segera sembuh bahkan sebelum siang nanti" kata Mia.

"Kau keras kepala sekali" gerutu Dea.

*
*

Siang ini, Ny.Gong menelpon nya, meminta bantuan Mia. Mia segera bangkit dan menuju kamar mandi. 15 menit kemudian, Mia sudah siap dengan kemeja putih dan skinny jeans serta sepatu converse putihnya. Ia mengikat rambutnya kearah samping bawah dekat telinga. Membuatnya terkesan imut. Ia segera pergi menuju butik Ny.Gong tentu saja tanpa memberi tau Dea, atau temannya itu akan marah dan menceramahinya mengingat kondisinya yang belum benar-benar sembuh.

Mia menaiki taksi dan sampai ke butik Ny.Gong yang langsung disambut oleh sang pemilik.

"Maaf Mia, aku merepotkan mu. Padahal kau belum resmi bekerja sebagai asistenku" kata Ny.Gong setelah melepaskan pelukannya pada Mia.

"Tidak apa Ny.Gong, saya justru sangat senang" kata Mia jujur. Ia memang sangat senang bisa membantu wanita dihadapannya ini.

"Kau pasti sedang bersenang-senang dengan temanmu tadi sebelum kesini. Aku jadi merasa bersalah karna mengganggu waktumu"

"Ah tidak, saya hanya menghabiskan waktu di hotel seharian ini. Benar-benar membosankan" kata Mia berbohong. Tidak mungkin Mia memberitaukan keadaannya. Yang ada Ny.Gong akan sangat merasa bersalah.

"Ah, syukurlah kalau begitu. Kita langsung saja berangkat"

"Kemana?" Mia mengikuti Ny.Gong menuju parkiran. Ny.Gong membuka pintu mobilnya dan mempersilahkan Mia untuk masuk.

"Terima kasih" kata Mia. Ny.Gong masuk ke dalam mobil dan melajukan mobilnya.

"Kita akan ke gedung agensi. Aku lupa belum menyiapkan kostum untuk pemotretan artis mereka. Jadi, aku membutuhkanmu untuk membantuku mengurus kostum. Ini juga bisa menjadi pengalaman pertamamu menjadi asistenku" Mia mengangguk mendengar penuturan Ny.Gong. Sampai akhirnya mereka tiba di sebuah gedung dengan 20 lantai. Mia melihat tulisan besar di depan gedung itu.
'MW-entertaiment' bacanya dalam hati.

With you [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang