Seun Joo tengah gelisah didalam studionya. Dia dan teman-temannya sedang menunggu sang manager untuk membahas jadwal comeback mereka yang tinggal satu bulan lagi, namun ada kendala pada lagu ke dua.Tadi pagi, managernya menyarankan agar Seun Joo membantu sang produser membuat lirik untuk lagu mereka yang belum siap. Mengingat Seun Joo pandai merangkai kata untuk lirik lagu.
Tiba-tiba pintu studio terbuka memperlihatkan sang manager yang masuk dengan tampang bingung.
"Ada apa lagi?" tanya Hendrik pada sang manager. Pria satu itu memang sangat mudah gelisah apalagi setelah melihat raut wajah sang manager.
"Tentang comeback kita. Kita sudah menjanjikan pada fans dengan 2 lagu kan. Sepertinya kita akan membawakan satu lagu saja kali ini karna penulisan lirik yang belum rampung" kata manager.
"Bukankah tadi pagi aku sudah setuju untuk menulis liriknya. Entah itu menambahkan atau mungkin merombak semua lirik" Seun Joo mencoba untuk menenangkan para member dan meyakinkan mereka bahwa semua akan baik-baik saja.
"Lalu bagaimana dengan MV nya hyung, kita tidak punya cukup waktu" tanya Seul Chan pada Seun Joo.
"Tak perlu dibuat sulit. Kita hanya perlu memainkan alat musik dan bernyanyi untuk MV nanti" usul Seun Joo. Member yang lain pun setuju.
*
*Seun Joo berada di atap gedung agensinya. Masih memikirkan lirik untuk lagu mereka. Disisi lain ia juga memikirkan gadis yang akan segera ditemuinya satu minggu lagi.
'Apa kabar gadis itu?' batin Seun Joo.
Kenapa semakin jauh dengannya sama sekali tidak meluruhkan rasa cinta Seun Joo, pria itu malah semakin merindukan kehadiran dan suara tawanya saat mereka berbicara setiap malam lewat telepon.
Seun Joo bahkan tak ambil pusing dengan lagu comebacknya, hanya Mia, Mia dan Mia yang saat ini memenuhi pikiran dan hati nya.
"Seun Joo!" panggil seorang gadis yang berdiri di depan pintu masuk atap. Seun Joo sudah tau siapa pemilik suara itu. Sehingga ia tak perlu berbalik untuk memastikannya. Airin melangkah mendekati Seun Joo karna tidak mendapat jawaban dari pria yang sangat dicintainya itu.
"Kau masih mengabaikanku?" tangannya meraih bahu Seun Joo agar ia berbalik.
"Apa mau mu sekarang?" tanya Seun Joo datar. Sangat datar hingga membuat hati Airin seperti di tusuk. Airin melepaskan tangannya dari bahu Seun Joo.
"Aku akan merelakanmu untuk gadis itu, jika kau benar-benar bisa bahagia bersamanya. Tapi jangan pernah menyuruhku untuk berhenti mencintaimu karna itu sangat sulit. Aku hanya ingin kau tau, aku akan selalu ada untukmu jika kau menyesal dengan pilihanmu dan kembali padaku" setelah mengatakan itu, Airin beranjak pergi meninggalkan Seun Joo. Tidak lupa kristal bening yang berusaha ia tahan sedari tadi kini sudah mengalir di pipi mulusnya di iringi isak tangis gadis itu.
Seun Joo merasa sangat jahat kepada Airin. Bukan salah Airin hingga gadis itu harus merasakan semua ini. Seun Joo berpikir akan memperbaiki hubungan mereka setelah ini. Kembali menjadi sahabat.
*
*Empat bulan lebih sudah Mia menyelesaikan segala urusannya disini. Mulai dari kegiatan kampus, surat kepindahannya dari kampus juga dari butik tempatnya bekerja.
Sedikit sulit memang Mia harus meninggalkan butik yang setahun ini sudah menjadi rumah kedua baginya. Dia juga bertemu dengan banyak teman seperjuangan ditempat itu. Rasanya mereka semua sudah seperti keluarga. Dan benar saja, butik tempat Mia bekerja itu akan selalu membuka pintu lebar-lebar untuk Mia. Bahkan pemilik nya berpesan, jika Mia tidak betah hidup di Korea, ia bisa kembali lagi bekerja disini.
Waktu satu minggu ini ia habiskan untuk melakukan banyak hal bersama bibi nya. Pergi makan dan berbelanja bersama.
Mia berusaha menjadi keponakan sekaligus putri yang baik untuk bibinya. Mia juga pergi mengunjungi makam kedua orang tua nya siang ini.
Berjalan didampingi oleh bibinya menyusuri jalan setapak di pemakaman umum dekat tempat tinggalnya. Beberapa penjaga dibelakang terus mengawasi mereka. Mengingat pekerjaan bibinya sebagai orang penting.
Langkah mereka terhenti di depan dua buah batu nisan. Mia memandang kedua makam di depannya. Menghirup udara segar sebanyak yang ia bisa. Tangannya melepas genggaman sang bibi yang berusaha menguatkannya. Selangkah demi selangkah Mia mendekati makam orang tua nya. Orang yang sangat ia rindukan setahun ini. Mia berjongkok di antara keduanya. Mengelus tepi makam secara bergantian seakan ia dapat menyentuh tubuh di dalamnya.
Mia menangis. Tentu saja, siapa yang tidak akan menangis jika berada di posisi Mia saat ini. Bibinya masih berdiri sedikit jauh dari Mia. Berusaha memberikan privasi Mia untuk berbicara, melepas rindu kepada adik dan suami adiknya.
Suara isak tangis Mia sudah terdengar sedari tadi.
"Ma, pa!" panggil Mia. Tubuhnya begitu terguncang karna menangis."Apa kabar kalian? Disini aku tidak baik-baik saja tanpa kalian. Tapi bibi selalu ada untukku. Beliau menjagaku dan menghiburku" bibi yang mendengarnya hanya bisa tersenyum miris. Merasa prihatin dengan takdir yang menimpa keponakan kesayangannya itu. Mia menatap kosong makam didepannya, seakan menerawang dan mengingat kembali momen bersama kedua orang tuanya.
"Ma, pa, minggu depan aku akan pergi jauh. Sudah sangat lama aku terpuruk dan kini saatnya aku menerima kenyataan. Aku akan belajar dengan rajin dan bekerja keras untuk meraih mimpiku" Mia mengusap air mata di pipinya. Suaranya sangat parau dan terdengar sangat menyedihkan.
"Kalian jangan khawatir, aku akan menjaga diriku dengan baik" lanjutnya.
Bibinya berjalan mendekati Mia. Beliau sudah tidak kuasa melihat gadis rapuh di hadapannya itu. Perlahan ia mengangkat tubuh Mia, mendekap dan mengecup puncak kepalanya. Mia kembali menangis untuk yang kesekian kalinya.
*
*Malam ini, ponsel Mia berdering. Seon Joo menelponnya seperti biasa. Seakan sudah menjadi rutinitas mereka berdua untuk saling bertukar kabar atau hanya sekedar melepas rindu lewat telepon.
"Hai, sedang merindukanku?" tanya Mia. Ia berdiri di dekat jendela kamar sambil melihat taman rumahnya.
"Apa kau tidak merindukanku seperti aku selalu merindukanmu?" Mia tersenyum mendengar pertanyaan Seun Joo.
"Ya aku tidak merindukanmu karna hampir setiap hari aku melihat mu di acara tv, dan juga kita selalu menelpon setiap malam" kata Mia sedikit menggoda Seun Joo.
"Jahat sekali.. Tapi aku senang kau selalu memantau semua kegiatanku" kata Seun Joo disusul suata tawa yang sangat dirindukan oleh Mia.
"Bagaimana kabarmu? Dan juga teman-temanmu?"
"Semua nya baik-baik saja. Hanya saja ada sedikit masalah dengan comeback kami. Tapi itu bukan masalah besar" jelas Seun Joo.
"Aku ingin melihatmu. Ayo kita melakukan videocall. Sangat tidak adil karna kau selalu bisa melihatku sedangkan aku tidak bisa melihatmu" lanjutnya.
"Tidak.. Aku tidak mau" Mia sontak saja menolaknya karna ia tidak mau Seun Joo melihat wajahnya dan juga matanya yang sembab karna seharian menangis.
"Kenapa?" tanya Seun Joo.
"Tidak papa, hanya saja seminggu lagi aku akan ke sana. Jadi tunggulah satu minggu lagi"
"Hmm.. Baiklah, aku akan menelpon lagi nanti. Aku sedang di ruang tamu dorm dan semua member sedang menatapku intens sekarang. Sungguh sangat mengganggu" Mia tertawa membayangkan bagaimana serunya suasana didalam dorm mereka.
"Hahaha.. Baiklah. Sampai jumpa satu minggu lagi" kata Mia mengakhiri panggilan mereka malam ini.
*****
Satu minggu lagi yuhu~
^_^
KAMU SEDANG MEMBACA
With you [END]
RomanceBerjanjilah, 5 bulan dari sekarang kita akan melepas rindu bersama disini. I'll be waiting for you in here bae~