Malam Menyakitkan

1.3K 117 9
                                    

"Yerin-sshi" teriak Baekhyun. Seketika Taehyung membisu. Dia tampak menyesal. Bagaimana tidak, dia baru saja memukul seorang gadis. Dia lalu pergi. "Yerin-sshi kau tidak apa-apa?" Baekhyun sangat khawatir. "Tidak apa-apa." Sambil memegang sudut bibirku yang terasa perih. "Sungguh? tapi sudut bibirmu berdarah." "Iya, sungguh aku baik-baik saja." Sementara itu Taehyung yang tadi hilang begitu saja, tiba-tiba muncul dari belakang sambil membawa nampan. "Ngadep sini!" Perintah Taehyung sambil memeras handuk kecil yang ada di tangannya. "Anda mau ngapain? Saya tidak mau." "Ga usah banyak ngomong." Taehyung lalu pindah ke hadapanku. Aku menunduk. "Ini akan sedikit perih, jadi jangan banyak gerak!" Sambil menatapku tajam. Aku diam saja. Nada memerintahnya benar-benar menakutkan. Taehyung perlahan-lahan mengusapkan handuk itu ke sudut bibirku. "Aauhh" "tahan sedikit, jangan cengeng." Dia terus mengusap bibirku dengan handuk itu. Sorot matanya begitu tajam tapi terlihat rapuh. Baekhyun yang sejak tadi sibuk memperhatikan kami mendekat. "Minggir, elo ngapain sih?" Mendorong Taehyung dan mengambil handuk yang ada di tangannya. "Biar gw yang ngobatin. Pergi lo!" Taehyung tidak bereaksi. "masih sakit?" Baekhyun menatapku dalam. "Hah?" Aku lagi-lagi dibuat salah tingkah olehnya. "Iya, bibir kamu masih sakit?" "Sedikit." "Oke tunggu disini, saya ambilkan obat dulu!" Pinta Baekhyun dengan senyuman yang ah susah diungkapkan. Taehyung mendekat. "Maaf, gw ga sengaja." Sepertinya dia benar-benar menyesal. "Tidak apa-apa, ini bukan salah Anda." Mendengar itu tanpa berbicara lagi dia langsung pergi. Baekhyun muncul dengan membawa kotak p3k di tangannya. "Maaf, bolehkah?" Dengan sedikit malu kujawab "silahkan." Dia lalu mengoleskan obat ke bibirku. Rasanya benar-benar perih. Baekhyun menatapku. Aku balik menatapnya. Kami saling menatap. Entah apa yang salah. Yang pasti jantungku berdetak sangat cepat seperti habis olahraga. "Baekhyun-sshi, terima kasih sudah mengobatiku. Aku akan kembali bekerj." "Kamu yakin mau langsung kerja?" "Iya.. Aku sudah merasa baikan. Sungguh!" "Oke. Baiklah. Cafe ini beruntung punya pegawai yang berdedikasi tinggi sepertimu." "Ah, Anda terlalu memuji saya." Aku tersipu malu. "Jangan berbicara formal seperti itu denganku kamu bisa memanggilku dengan nama atau oppa juga bisa." sahut Baekhyun dengan nada jahilnya. "Baiklah Baekhyun, Baekhyun oppa. Aku bekerja dulu." Aku benar-benar dibuat tersipu malu olehnya.

Taehyung mengemudikan mobilnya sambil melamun. Dia masih memikirkan gadis yang tidak sengaja kena pukulannya tadi. Seumur-umur dia tidak pernah memukul seorang perempuan. Baginya memukul perempuan hanya dilakukan oleh para lelaki yang tidak gentle alias banci. Dan dia baru saja melakukan itu. "Kenapa sih otak gw ini, masih aja mikirin cewek tadi." Kesal Taehyung sambil memukul kepalanya. "Lagian salah dia sendiri ngapain pake ngelindungin lelaki brengsek itu. Btw, siapa lelaki itu? Apa dia pelanggan cafe? Tapi kok dia turun dari ruangan Eunha?" Taehyung berbicara sendiri seperti orang gila. "Ah bodo amat. Yang pasti sekarang gw harus nyari tau dimana Eunha." Taehyung melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Waktu berlalu begitu cepat. Sekarang sudah pukul 11 malam. Sebenarnya waktu bekerjaku sudah selesai sejak sejam lalu. Namun karena cafe terlalu ramai dan pegawai yang harusnya menggantikanku datangnya agak telat jadi aku harus menunggu sampai dia datang. Sekarang saatnya siap-siap untuk pulang. Saat akan keluar, Baekhyun menghampiriku "sudah mau pulang?" "Iya!" "Saya sebenarnya ingin mengantarmu pulang, tapi sayang sekali begitu banyak pekerjaan yang harus ku selesaikan." "Tidak perlu repot-repot Baekhyun-sshi" belum selesai aku berbicara, Baekhyun menatapku sedikit kesal. Aku jadi bingung. "Baekhyun-sshi" ucap Baekhyun. Oh aku mengerti sekarang. "Baekhyun oppa" ucapku tersenyum. "Nah gitu dong." Ucap Baekhyun sambil mengusap kepalaku. "Oke, kamu hati-hati pulangnya ini sudah larut malam. Kalau ada apa-apa hubungi aku." "Baik opaa" jawabku sambil meledeknya. Aku heran kenapa bisa aku begitu cepat akrab dengannya. Aku termasuk orang tidak mudah akrab dengan orang yang baru ku kenal.

"Gw bingung harus nyari Eunha dimana lagi." Taehyung benar-benar sudah tidak tahu lagi harus mencari Eunha kemana. Dia sudah mendatangi rumah Eunha, tempat yang biasa mereka kunjungi bersama, tempat favorit Eunha saat lagi sedih dan hasilnya nihil. Eunha sama sekali tidak ada disana. Seharian ini dia sudah mengelilingi kota Seoul dan tidak ada petunjuk dimana Eunha berada. Jadilah sekarang dia duduk termenung di tepi Sungai Han.

Sudah 30 menit lamanya aku menunggu di halte bus. Tapi busnya belum datang juga. Ini sudah larut malam. Ibu pasti khawatir aku belum pulang. "Mau tidak mau hari ini aku harus naik taksi. Walaupun sedikit mahal, tidak apa-apa sekali saja." Tak berselang lama sebuah taksi lewat dan aku menghentikannya. "Ahjussi, distrik Guryong." "Oke silahkan naik!" Kenapa terasa lama sekali. Biasanya 20 menit sudah sampai. Aku mulai curiga. Perasaanku mulai tidak enak. Benar saja. Ahjussi itu bukannya berbelok ke arah distrik Guryong, malah berbelok ke arah yang lain. "Ahjussi, kita mau kemana?" "Diam tidak usah banyak bicara." "Ahjussi turunkan aku disini." "Diam!" gertak ahjussi itu sambil mengambil pisau. Supir itu terus menjalankan taksinya dengan kecepatan tinggi. Dan sekarang kita sudah berada di atas jembatan sungai Han. Ini sudah pukul 00.15. "Aku harus secepatnya turun dari taksi ini." Pikirku. Kecepatan tinggi taksi ini tak sedikitpun menyurutkan niatku. Dengan gerakan cepat ku buka pintu taksi dan aku melompat dari taksi itu. "Sial!" Umpat supir itu sambil memberhentikan taksinya. "Mau kemana kamu, hah?" Tanya supir itu dengan seringai yang membuatku bergidik ngeri. Dengan siku yang luka serta lutut dan seluruh badan yang terasa amat sakit akibat melompat dari taksi, aku berusaha bangkit. Tapi gagal. Supir bejat itu kian mendekat. Tak ada yang bisa kulakukan selain berteriak "tolong, tolong, siapapun tolong aku." Kini aku pasrah sambil menangis. Ahjussi brengsek itu sudah berada tepat di depanku. "Tuhan aku pasrahkan semuanya padamu, Engkau selalu melindungi hamba-Mu yang butuh pertolongan dari-Mu." Lelaki tak bermoral itu mulai membuka celananya...

Broken Dreams, Broken Heart!!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang