Hujan

3.6K 202 5
                                    

Hujan turun begitu deras. "Gawat, aku bisa terlambat kalau hujannya ga reda juga" gumamku sambil terus memandangi jalan yang perlahan digenangi air. Mau tidak mau aku akhirnya menerjang derasnya hujan tanpa peduli kalau bajuku akan basah nantinya. Saat sedang berlari menerjang hujan tiba-tiba dari arah berlawanan muncul mobil dengan kecepatan tinggi dan...... "aaaaaakk" teriakku. "Lain kali kalau mau menikmati dinginnya air hujan jangan di jalan raya" ucap seorang pria yang keluar dari mobil sambil menatapku dengan dingin. "Bahaya" lanjut pria itu lalu masuk ke dalam mobilnya dan pergi begitu saja. "Maaaaaaaaf" teriakku padanya walau aku yakin dia tidak akan mendengar itu.

"Akhirnya kamu nyampe juga". Ucap Eunha. Ya Eunha sahabat terbaik yang aku punya aku sekaligus bosku disini. Ya dialah pemilik cafe ini. "Eunha maaf hari pertama aku kerja justru malah telat dan acak-acakan kaya gini" ucapku penuh penyesalan sambil melihat penampilanku sendiri yang sangat kacau. "Ga masalah, buruan gih ganti baju dari tadi cafe udah rame banget nih" jawab Eunha. Aku buru-buru memakai seragam yang ada di locker room. Selesai ganti baju aku kembali menemui Eunha. "Gimana udah cantik belum?" Ucapku pada Eunha. Sambil tersenyum Eunha menjawab " Ga pernah jelek kamu mah, oh iya selamat bekerja, fighting!" Aku hanya tersenyum mendengar kalimat itu. "Aku ke atas dulu yah, soalnya nanti akan ada tamu. Kamu kalau ada apa-apa langsung kasih tau aku, oke?" "Oke".

Cafe nampak rame sekali. Aku bolak-balik mengantar makanan ke berbagai meja pengunjung. Kemudian bel cafe berbunyi tanda seseorang baru saja masuk ke dalam cafe. Aku menoleh ke arah pintu cafe. "Dia" aku terkejut. "Bukankah dia pria yang tadi hampir menabrakku" ucapku dalam hati. Pria itu menuju bagian kasir. "Dimana Nona Eunha?" tanya pria itu. "Ada urusan apa ya Tuan?" Dengan tatapan dingin pria itu menjawab "Beritahu Nona Eunha, Kim Taehyung ingin bertemu". Kasir itu buru-buru menelpon Eunha. "Oke baik Bu!". Tiba-tiba aku dipanggil oleh kasir "Jung Yerin tolong kamu antarkan Tuan Kim ke ruangan Ibu Eunha" "aku?" "Iya kamu". Aku berjalan menuju Tuan Kim tanpa berani menatap wajahnya. "Mari Tuan Kim ikut dengan saya ke ruangan Eunha eh maaf Ibu Eunha". Masih dengan tatapan yang sama seperti tadi pagi dia mengikuti langkahku menuju lantai atas. Sesampainya di depan ruangan Eunha aku akan mengetuk pintu tiba-tiba "Tidak usah, biar saya yang mengetuk pintunya". Ujarnya datar. Aku langsung turun ke lantai dasar.

"Tok-tok" Taehyung mengetuk pintu ruang kerja Eunha. "Masuk!!" Ucap Eunha tanpa memandang ke arah pintu. "Sungguh nona satu ini wanita karir yang sangat sibuk, sampai tak mampu melihat tamu yang datang" keluh Taehyung. Eunha yang begitu menyadari siapa yang datang langsung berlari dan memeluk Taehyung. "Taehyungah aku sangat merindukanmu, kemana saja kamu sebulan ini?" Taehyung hanya membisu sambil memandang Eunha begitu dalam. "Kenapa diam saja? Sayang apa kamu tak merindukanku?". Taehyung tetap diam sembari menarik tangan Eunha menuju kursi. Ia lalu mendudukkan Eunha di atas kursi kerjanya "Aku harus mengatakan sesuatu padamu". Taehyung lalu kembali diam termenung sambil menatap ke arah jendela. Hujan masih saja turun dengan derasnya. "Sayang, kenapa diam saja? Katakan ada apa?" Taehyung masih saja tak bergeming. Perlahan tatapannya tampak begitu dingin nan rapuh. "Aku mau kita putus". Eunha malah tertawa lalu meraih tangan Taehyung sambil berkata "Sayang, kamu kok bercandanya horor gitu, bikin aku takut deh." Seketika Taehyung melepaskan tangan Eunha dan berjalan ke arah jendela. "Aku serius." Eunha kaget bukan main, dunia seolah runtuh baginya. Air matanya mengalir begitu deras. Melihat hal itu, Taehyung tadinya akan memeluk Eunha tapi langkahnya tiba-tiba berhenti. "Aku pergi, lupakan semua tentang kita." Taehyung lalu pergi meninggalkan Eunha yang masih saja menangis. Hati siapapun akan teiris melihat gadis baik sperti Eunha menangis begitu dalam yang sarat akan kesakitan.

Taehyung buru-buru meninggalkan cafe. Ia tak sanggup lagi jika harus melihat Eunha menangis kesakitan seperti itu. Ia begitu mencintai gadis itu, tapi ia tak punya pilihan lain. Ia harus melakukan itu. Ia menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi di tengah hujan deras yang masih saja setia menemani kota Seoul.

Sudah puku 10 malam. Tapi mengapa Eunha belum keluar juga dari ruangannya sejak kedatangan pria itu. Aku mulai penasaran. Aku lalu bertanya pada pelayan cafe yang lain. "Lisa, apakah setiap hari Ibu Eunha seperti ini?" "Seperti ini, maksudnya?" "Iya apakah Ibu Eunha tidak akan keluar dari ruang kerjanya sampai waktunya pulang?" "Ga sih, biasanya Ibu Eunha akan selalu turun mengecek keadaan cafe paling ga sekali dua kali meskipun ia sibuk." "Tapi kok hari ini?" "Nah itu dia, gw juga bingung tumben-tumbenan Ibu Eunha ga ngecek kondisi cafe hari ini. Btw gw pulang duluan yah udah malam baanget nih. Bye." "Oke, kamu hati-hati yah." Aku yang masih penasaran naik ke lantai 2 untuk menemui Eunha sekaligus pamitan untuk pulang. Setibanya di atas, aku mengetuk pintu tapi tak ada sahutan dari dalam. Lama menunggu, akhirnya aku membuka pintu dan alangkah kagetnya aku saat melihat Eunha. "Eunhaaaaaaaaa" .................

Jangan lupa like dan komennya yah...

Broken Dreams, Broken Heart!!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang