Selayaknya

1.1K 103 5
                                    

"Oppa kita akan kemana lagi hari ini?" Tanyaku pada Taehyung. "Terserah kamu, hari ini kamu boleh memilih tempat kemana kita harus pergi."jawab Taehyung. "Serius? Terserah aku?"tanyaku ulang seolah tak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Taehyung. "Bisakah kita di resorts saja hari ini? Aku ingin menikmati suasana dan view resorts lebih lama." Taehyung diam. Sepertinya dia tidak setuju dengan ideku. "Oppa keberatan? Ya udah kita pergi aja, terserah oppa mau kemana?"ucapku berusaha tersenyum. Bukannya menjawab, Taehyung malah mendekat dan  duduk di sampingku yang sedang duduk di tepi ranjang. "Apa kamu lelah?"tanyanya sambil mengusap kepalaku. "Sedikit!!" "Kenapa ga bilang dari tadi. Oke. Hari ini kita di resorts saja." "Makasih oppa."

Author POV
Mereka memutuskan untuk menikmati view resorts saja hari ini. Setelah tadi selesai sarapan, mereka kembali ke kamar. Ya view resorts ini bisa dinikmati dari kamar yang memang didesain dengan dinding kaca di beberapa sisi. Jadi hanya dengan duduk santai di kamar sudah mampu merilekskan pikiran begitu memandang keindahan alam di area resorts. Yerin bersantai dengan setengah tidur sambil menonton TV. Ia bersandar di headboard ranjang. Sedangkan Taehyung yang berada disampingnya sedang istirahat setelah berkeliling naik sepeda beberapa saat yang lalu. Saat sedang asyik nonton, tiba-tiba Taehyung meletakkan kepalanya di paha Yerin, menjadikannya sebagai bantal. Yerin nampaknya sudah mulai terbiasa dengan sikap Taehyung yang belakangan ini berusaha lebih intim dengannya. "Yerin-ah?" "Hmmm" "Apa saya terlihat seperti orang jahat?" "Hah? Kenapa oppa berkata seperti itu?" "Jawab saja" "Awalnya, aku sempet berpikir begitu, tapi lambat laun saat aku beberapa kali bertemu oppa, pemikiran itu hilang perlahan-lahan." "Lantas kenapa ayah selalu bersikap tak adil pada saya?" Yerin sepertinya mulai mengerti kemana arah percakapan mereka. Taehyung butuh orang yang bisa mendengarkan risauan hatinya selama ini. "Ayah selalu lebih menyayangi Jungkook dibanding saya." "Jungkook?" "Iya Jungkook, dia adik saya." "Oh." Taehyung terus bercerita mulai tentang ayahnya, Jungkook, dan terakhir ibunya. Bagaimana ia diperlakukan berbeda oleh ayahnya. Ayahnya tak pernah melihat keberadaannya. Ia seolah tak berarti apa-apa dibanding Jungkook. Meski begitu kasih sayangnya terhadap keluarganya tak pernah surut sedikitpun. Bahkan dia sangat menyayangi adiknya.  "Saya berusaha menerima keadaan ini, tapi rasa tak terima seringkali datang menggoda hati kecilku." "Aku bingung harus bilang apa, oppa terlalu kuat untuk menyimpan semua ini sendiri."timpal Yerin kagum padanya. "Apa saya jahat menyimpan rasa iri pada adikku sendiri?"Taehyung begitu melankolis hari ini. "Manusiawi jika terkadang rasa iri muncul di hati oppa, yang terpenting jangan pernah memelihara rasa iri itu. Itu hanya akan merusak hubungan oppa dengan ayah dan Jungkook."ucap Yerin sambil merapikan helai rambut Taehyung yang sedikit berantakan. Taehyung meraih tangan Yerin, "Kamu benar. Terima kasih sudah bersedia menjadi obat penenang gelisahku."balas Taehyung sambil mencium tangan Yerin. Yerin tersenyum malu menerima perlakuan Taehyung.

Taehyung POV
Plong rasanya setelah gw berhasil mengeluarkan sedikit uneg-uneg yang selama ini hanya mampu gw pendam sendiri. Yerin sungguh pendengar yang baik, ia tidak menghakimi dan juga tidak berusaha membenarkan apa yang gw rasain selama ini. Ia hanya menyampaikan pandangannya berdasarkan apa yang gw ceritain. Cara ia memandang dan memaknai hidup membuat gw kagum. Sangat jarang gw mendengar ia mengeluh. "Yerin-ah, bisakah mulai saat ini kita benar-benar bersikap layaknya suami istri sungguhan?" "Maksud oppa? Bukankah kita ini memang suami istri sungguhan?"Yerin sepertinya tidak mengerti maksud gw. Duh gimana cara menjelaskannya. Bingung gw. "Iya, maksudnya tuh saya melakukan kewajiban saya sebagai suami, kamu pun begitu melakukan kewajibanmu sebagai istri termasuk...." Yerin langsung memotong ucapan gw, "Oppa ya aku mengerti."ucap Yerin sedikit malu. "Tapi bukan berarti sekarang yah, saya mengatakan ini murni agar kita benar-benar menjadi pasangan suami istri. Saya tidak akan memaksakan itu, saya akan menunggu sampai kamu siap."jelas Taehyung panjang lebar. "Oh iya satu lagi, sepertinya terlalu kaku menyebut saya pada diriku sendiri saat berbicara dengamu." "Apapun itu, selama oppa nyaman lakukanlah." "Jadi bagaimana, kapan kamu siap?" "Oppa!!" Yerin menatapku tajam. "Maaf, maaf aku hanya bercanda." Gw bersyukur bisa merobohkan tembok yang selama ini berusaha gw bangun agar ada jarak antara gw dan Yerin. Gw harus bersikap selayaknya suami-suami orang di luar sana, membahagiakan istrinya.

Aku tengah berdiri dibalik dinding kaca sambil memandangi pohon-pohon yang tumbuh dengan rindang, masih memikirkan perkataan Taehyung tadi. Aku mengerti maksudnya. Dan itu memang menjadi tugasku sebagai istri untuk melayani dia lahir dan batin. Tapi jujur aku belum siap. Entah apa yang membuatku merasa belum siap. Tapi ini tak adil bagi Taehyung, sejak tiba di Ubud aku perhatikan ia berusaha sekuat tenaga menahan keinginannya itu. Aku bingung harus berbuat apa. Di satu sisi aku belum siap, tapi di sisi yang lain aku akan menjadi istri yang buruk saat tak bisa memenuhi kewajibanku sebagai istri. "Hei, ga baik melamun di sore hari seperti ini."Taehyung mengagetkan aku. "Lagi mikir apa? sepertinya berat sekali." "Ah tidak, ini lagi sibuk menikmati view yang ada di sekitar sini, rasanya menyejukkan." Tiba-tiba lengan kokoh Taehyung memelukku dari belakang. "Jangan terlalu banyak berfikir yah."ucap Taehyung sambil meletakkan dagunya di pundakku. Duh Taehyung benar-benar ingin membunuhku dengan sikap mesranya itu. "Yerin-ah!!" "Hmmm." Aku menunggu Taehyung melanjutkan perkataaannya. Tapi dia malah diam. Tanpa melepaskan pelukan Taehyung, aku berbalik dan menatapnya. Cup. Seketika Taehyung mencium pipi kiriku. Baru akan bereaksi, aku langsung terdiam saat ia mulai menyentuh bibirku dengan bibirnya. sangat lembut dan manis. Awalnya aku merasa sangat nervous, tapi seperti mengerti Taehyung menuntunku agar aku bisa menikmatinya. Aku membalasnya. Ciuman itu berlangung cukup lama, sampai aku merasa kehabisan nafas dan melepaskan bibirku dari bibir Taehyung. Taehyung tersenyum. "Kamu mandi duluan yah, abis itu siap-siap buat dinner."jelas Taehyung. Aku langsung menuju kamar mandi. Saat sedang mandi, aku mengingat kembali ciuman hangat yang baru saja kami lakukan.

Author POV
Saat ini Yerin dan Taehyung sedang menikmati makan malam mereka dengan santai. Sesekali Taehyung menatap dalam Yerin. "Oppa, kenapa menatapku seperti itu?" "Kamu cantik." Mendengar jawaban Taehyung, pipi Yerin bersemu merah. Saat sedang asyik makan, ponsel Taehyung berbunyi. Taehyung melihat layar ponselnya, dari ayahnya. "Apa harus secepat itu, yah? Baiklah kalau begitu."Taehyung mengakhiri percakapannya. "Ada apa?" "2 hari lagi kita harus pulang, ada rapat penting yang harus ku hadiri."jawab Taehyung sedikit menyesal. Ia masih ingin menikmati waktu berdua bersama Yerin. Selesai dinner, mereka kembali ke kamar. Taehyung saat ini sedang membaca tabloid bisnis. Sedang Yerin sibuk mengemasi barang-barang mereka. 2 hari lagi mereka akan pulang. Selesai berkemas, Yerin mendekati Taehyung. Yerin tahu mood Taehyung saat ini sedang buruk, Taehyung masih kesal harus pulang lebih cepat. Yerin duduk di samping Taehyung. "Oppa!" "Ehmmm" Taehyung hanya berdehem. "Oppa!" Yerin meraih tangan Taehyung. Taehyung yang sedari tadi sibuk membaca kini mengalihkan pandangannya menatap Yerin. "Ada apa?"tanya Taehyung datar.

Aku yakin mood Taehyung benar-benar buruk saat ini. Ide yang tadi muncul di otakku, kini aku ragu untuk menyampaikannya. Tapi jika bukan sekarang, aku tak tahu lagi kapan waktu yang tepat untuk melakukannya. Aku mendekati Taehyung yang sejak tadi sibuk membaca dengan ekspresi dinginnya. "Oppa!" "Ehmmm"reaksinya hanya seperti itu. "Oppa!"panggilku berusaha meraih tangannya. "Ada apa?"tanya Taehyung. Kali ini aku berhasil membuatnya berpaling dari tabloid itu. "Oppa, bolehkah aku melaksanakan kewajibanku sebagai istri malam ini?"jelasku. Bodoh betapa memalukannya aku. Kenapa aku bisa-bisanya berkata seperti itu. "maksud kamu?"tanya Taehyung dengan wajah sumringah. "Oppa!" Aku memplototi Taehyung. Aku tahu Taehyung hanya pura-pura tak mengerti. "Ya sudah kalau....." belum selesai aku berbicara, "iya tentu saja boleh, bukan boleh lagi tapi harus."ucap Taehyung sambil mengedipkan mata kirinya padaku. Mungkin ini memang saat yang tepat, toh sudah menjadi kewajibanku untuk membahagiakan suamiku.

Author POV
Saat ini mereka sedang berbaring di ranjang. Taehyung memeluk Yerin dari belakang sambil memainkan rambut istrinya. Taehyung sesekali menciumi rambut Yerin. Sangat wangi menurutnya. Perlahan-lahan Taehyung meloloskan pakaiannya satu persatu. Saat Taehyung melakukan hal yang sama pada Yerin, tiba-tiba Yerin gemetaran. Ia terlihat ketakutan dan menangis. Taehyung menghentikan kegiatannya. Ia terkejut melihat reaksi Yerin. Ia segera memakai pakaiannya kembali. Taehyung berusaha menenangkan Yerin. "Maaf!"kata itu terucap dari bibir Yerin yang masih terus  menangis. Taehyung menyadari bahwa saat ini Yerin sedang ketakutan karena trauma dengan kejadian yang hampir merenggut kesuciannya. Taehyung merasa bersalah karenanya, Yerin kembali mengingat kejadian buruk itu. Taehyung terus berusaha menenangkan Yerin, memeluk Yerin erat.

Broken Dreams, Broken Heart!!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang