Kita

1K 106 0
                                    

Setahun berlalu sejak mimpi buruk itu terjadi, Taehyung masih saja sulit menerimanya. Yah, kecelakaan naas yang menimpa ibunya membuat Taehyung merasa itu hanya mimpi buruk. Ia tak sanggup menerima kenyataan Ibu yang sangat ia cintai pergi begitu cepat. Saat itulah pertama kali Taehyung menangis di depan banyak orang. Semenjak kepergian ibunya, hari-hari Taehyung ia lalui dengan berat. Ia semakin dingin tak tersentuh bagi orang lain. Seolah belum cukup, saat ini ia juga harus menghadapi kedigdayaan ayahnya. Taehyung harus menerima kenyataan bahwa hidup dan masa depannya harus ditentukan oleh ayahnya. Ia akan dijodohkan oleh seorang gadis. Gadis yang rupa dan sikapnya tak ia ketahui. Tapi sepertinya sebentar lagi ia akan mengetahui siapa gadis itu. Awalnya Taehyung menolak keras perjodohan itu. Kemudian ia berpikir kapan lagi ia bisa menyenangkan ayahnya, selama ini ia selalu salah di mata ayahnya, jadi tidak salah jika ia akhirnya menerima perjodohan itu. Dan hari ini Taehyung akan bertemu pertama kalinya dengan gadis itu.

Taehyung tiba di sebuah restoran. Ia menuju meja yang telah dipesan oleh ayahnya. Sudah ada seorang gadis yang duduk disana. Ia segera mendekat "Hmmm"  gadis itu berbalik dan "lu?" "Anda" sahut kami berbarengan. "Ngapain Anda disini?" Tanyaku heran. Sementara Taehyung diam terlihat sedang berpikir. Melihatnya seperti itu, aku juga diam. Lama kami saling membisu. "Jadi, lu adalah gadis yang dijodohkan dengan gw?" Aku masih membisu bingung harus menjawab apa. "Oh.. gw tau kenapa lu mau sama..." belum selesai Taehyung berbicara aku langsung mengerti maksudnya, "kalau Anda berpikir seperti itu, itu hak Anda, kalau Anda ingin membatalkan perjodohan ini, itu juga hak Anda, silahkan!" ucapku tegas. Lama Taehyung diam. "Kita menikah seminggu lagi." "Apa?" Aku sangat terkejut. Bukan jawaban itu yang kuharapkan. Aku berharap dia akan menolak perjodohan ini, dengan begitu aku tak akan mengecewakan ibu, karena Taehyung yang menolak bukan aku. "kenapa harus buru-buru?" "Perintah Ayah"ucap Taehyung berbohong. Ya, ayahnya memang menginginkan mereka segera menikah tapi bukan berarti dalam waktu semepet ini. "Satu lagi, Gw pertegas gw mau menikah karena ayah. Jadi jangan berharap lebih." dengan sedikit tersinggung ku jawab "tentu saja Tuan, siapalah saya ini yang berani berharap lebih pada Anda." "Oke kita ketemu tiga hari lagi, sekalian fitting baju pengantin. Nanti gw jemput. Mana ponsel lu?" "Buat apa?" "Ga usah banyak tanya, siniin buruan. Gw ga punya banyak waktu." dengan ragu aku menyerahkan ponselku padanya. Ia lalu seperti mengetik sesuatu. "Nih, gw udh nyimpan no ponsel gw disitu." Aku cek ternyata benar tertulis dengan nama Kim Taehyung. "Oke, gw pergi dulu. Gw masih ada urusan." Taehyung lalu pergi. Aku masih duduk disini sambil memikirkan bagaimana menyampaikan hal ini ke Eunha. selam setahun ini, komunikasi kami masih terjalin. Meski 2 minggu terakhir ini, aku sulit menghubunginya. Entah apa yang terjadi. Lagian bagaimana bisa orang yang akan dijodohkan Ibu denganku adalah Kim Taehyung. Sungguh dunia ini begitu sempit.

Flashback ON
Sejak kepergian Ji Yeon, Seok Jin makin sering menghubungi Sojung. Dan seperti biasa Seok Jin selalu mendapati penolakan. Walaupun niat Seok Jin hanya ingin menjalin hubungan pertemanan. Karena ia tahu ia tak bisa lagi kembali pada Sojung. Sampai suatu hari, justru Sojung yang menghubunginya lebih dulu. "Ada apa Sojung? Oke baiklah."mengakhiri pembicaraanya ditelpon. Kemudian Seok Jin dan Sojung bertemu. "Bisakah aku meminta bantuan padamu, sekali ini saja?"pinta Sojung "Tentu saja, kenapa tidak? Katakan apa yang bisa kubantu?" "Tolong jaga kedua putriku, jika terjadi sesuatu denganku." "Apa maksudmu? Apa yang terjadi denganmu? Katakan" tuntut Seok Jin. "Kalau kamu tidak mau mengatakannya, maaf tapi aku tidak bisa membantumu."ancam Seok Jin. Sojung bingung harus jujur atau tidak. "Tapi janji, ini akan jadi rahasia kita berdua." "Aku janji." "Beberapa hari yang lalu, aku melakukan check up ke rumah sakit, dan ternyata aku mengidap kanker hati stadium 4. Umurku tidak lama lagi."jelas Sojung menitikkan air mata. Seok Jin pun tak bisa menyembunyikan keterkejutan dan kesedihannya. "Apa tak bisa diobati lagi? Apa tidak ada cara untuk menyembuhkanmu?"ucap Seok Jin dengan suara bergetar. Bagaimanpun perasaan cinta Seok Jin masih begitu dalam untuk Sojung. "Percuma, ini sudah stadium akhir. Aku tak punya banyak waktu lagi. Tapi aku harus kuat demi putri-putriku."Sojung berusaha tegar.

Setelah pertemuan itu, Muncul ide Seok Jin untuk menjodohkan putranya dengan putri sulung Sojung. Selain untuk membantu Sojung, juga untuk memperat jalinan hubungan mereka meski harus melalui anak-anak mereka. Awalnya Seok Jin akan menjodohkan Jungkook, tapi ia sadar Jungkook tidak akan menerima ide itu, lagipula Jungkook saat ini sangat sibuk mengurus SG di Jepang. Jadi pilihannya jatuh ke Taehyung. Ia yakin Taehyung tidak akan menolak ide ini, kalaupun Taehyung menolak tentu saja Seok Jin akan memaksanya.

Ide ini sebenarnya ditolak oleh Sojung, ia tak ingin memaksakan kehendak pada putrinya. Tapi tak jalan lain, memang harus ada yang menjaga dan menjadi sandaran putrinya jika ia sudah tak ada. Lagian Sojung tahu persis Yerin tak akan menolak perjodohan ini. Ia sangat patuh dan sayang pada Ibunya.

Flashback OFF

Taehyung dan aku sedang dalam perjalanan menuju sebuah butik. Taehyung menyetir mobil dengan ekspresi datar. Kami berdua larut dalam keheningan. "Ingat, saat fitting nanti jangan panggil gw Tuan Kim. Panggil Taehyung atau Tae saja." "Kenapa?"tanyaku bingung "menurut lu, apa yang orang akan pikirkan saat pasangan calon suami istri tapi manggil dengan sebutan Tuan?" Aku mengerti maksudnya. "Oh iya, mulai saat ini, ga ada lagi gw lu, yang ada saya dan kamu. Mengerti?" Aku mengangguk.
Sekarang kami sedang fitting baju pengantin di sebuah butik di kawasan gangnam. Tidak terlalu mewah untuk ukuran anak pemilik SG. Itulah Taehyung. Orang lain mungkin akan berpikir Taehyung adalah orang yang boros dan manja mengingat ia adalah anak salah satu pengusaha sukses di Korea. Tapi itu salah, Taehyung adalah seorang pekerja keras walaupun terkadang ia juga keras kepala dan sedikit nakal.

"Bagaimana menurutmu Tuxedo ini, bagus tidak?" "Tampan sekali. sangat gagah dan pas."kagumku dalam hati. "Kenapa diam saja, terpesona?" Aku salah tingkah mendengar ucapannya. "Hah?bagus bagus. Warna putih dan hitam perpaduan yang pas" Setelah Taehyung mencoba tuxedo miliknya, kini giliran aku yang akan fitting gaunku. Gaun yang simpel tapi terlihat sangat elegan. Taehyung yang memilih gaun itu, aku ikut saja. Terserah dia. Toh aku tidak mungkin bisa mengutarakan pendapatku padanya. Saat ini aku sedang di ruang ganti ditemani oleh seorang staff butik yang sedang membantuku mengenakan gaun ini. Setelah itu aku keluar dari ruang ganti agar Taehyung dapat melihat apakah gaun ini cocok aku kenakan atau tidak. "Bagaimana, Tuan?"tanya sang desainer pada Taehyung. Seketika Taehyung melihat ke arahku. Taehyung menatapku secara intens. "Kamu tampak berbeda dengan gaun itu. Gaun itu terlihat jauh lebih indah saat kamu kenakan."Taehyung sangat ingin mengatakan itu tapi gengsi menghalanginya jadilah ia hanya bisa mengatakan itu dalam hati."Bagaimana Tuan, apakah tidak cocok?"tanya desainer sekali lagi. "cocok, bagus."ucap Taehyung berusaha sedatar mungkin.

Selesai fitting, Taehyung mengajak aku ke sebuah mall. Katanya ia ingin membeli sesuatu, awalnya aku menolak, tapi ia bilang aku harus ikut. Sampailah kita di sebuah toko perhiasan. "Pilih cincin yang kamu suka?" "Kenapa harus saya Tuan, lebih baik Anda saja?" Taehyung menatapku tajam. Sebenarnya bukannya aku tidak mau memilih, tapi aku bingung harus memilih yang mana. Aku baru pertama kali melihat perhiasan mewah seperti ini. Dan itu membuat kepalaku pusing. Lama melihat-lihat sampe akhirnya aku memilih satu cincin yang sangat bagus meski terlihat simpel. Selesai dari toko perhiasan, awalnya kami akan langsung pulang tapi Taehyung mengatakan kalau ia lapar.
Dan disinilah kami berada sekarang, di foodcourt yang terdapat di mall ini. Sambil menunggu makanan datang, Taehyung asyik memainkan ponselnya. Aku sesekali mencuri pandang padanya. Mengapa orang ini sangat pelit bicara. "Kenapa kamu menerima perjodohan ini?"taehyung tiba-tiba bertanya. Tanpa ragu aku menjawab, "karena ibuku." "Hanya itu?" "Ya. Hanya itu." "Kamu masih bekerja di cafe itu?" "Iya. Kenapa?" "Saya mau kamu berhenti bekerja."perintah Taehyung. "Ga bisa. Saya tetap akan bekerja disitu."tegasku. "saya ga mau tahu, kamu harus berhenti." "Kenapa? Apa karena Eunha?"mendengar hal itu Taehyung sangat marah dan langsung memukul meja. Pandangan orang-orang tertuju pada kami. "Pokoknya saya bilang berhenti, kalau tidak...." "kalau tidak apa?"jawabku menantang Taehyung. Taehyung berusaha menahan diri, dan memilih pergi meninggalkanku sendiri disini.......

Broken Dreams, Broken Heart!!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang