Aku, kamu dan dia

1.3K 129 4
                                    

Aku sampai di cafe dan ternyata Eunha sudah datang. Aku langsung menuju ruangan Eunha. Aku harus tau keadaannya. "Eunha-ya bolehkah aku masuk?" Tidak ada balasan dari dalam. Aku diam sejenak. Lalu kuputar gagang pintu ternyata tidak terkunci. "Kamu mau kemana, kenapa barang-barangmu dikemas seperti itu?" Eunha kaget melihatku berada di belakangnya. "Hah?" Eunha tampak kebingungan menjawab pertanyaanku. Matanya tampak berkaca-kaca. "Eunha-ya, kenapa kamu jadi lemah seperti ini. Kamu itu gadis yang kuat, lagian lelaki seperti dia tidak pantas kamu tangisi." Aku memeluk Eunha sambil berusaha menguatkannya. "Aku hanya butuh waktu untuk menerima semua kenyataan ini. Hanya sementara yerin-ah. Setelah itu aku akan kembali dan menjadi orang yang lebih kuat." "Lantas apa rencanamu sekarang, bagaimana dengan cafe ini? Siapa yang akan mengurusnya?" Cecarku pada Eunha. "Aku akan pergi ke Jepang untuk beberapa bulan ke depan. Soal cafe ini, selama aku pergi akan diurus oleh sepupuku yang kebetulan baru pulang dari Jepang." "Oh begitu, baiklah. Pulang dari Jepang ku harap kamu menjadi orang yang lebih kuat. Jangan cengeng lagi. Soalnya air mata itu mahal harganya." "Hah, emang ada air mata asli yang dijual?"Ada noh di sungai Han" kesalku sambil menoyor kepala Eunha. "Hahahaha... bisa aja" "nah gitu dong ketawa jangan mewek mulu capek tau." "Iya..iya cerewet bgt sih. Btw, nanti siang sepupuku akan datang dan mulai bekerja." Jelas Eunha sambil terus mengemasi barangnya. Aku membantu Eunha mengemasi barang-barangnya. Setelah itu, Eunha langsung berangkat menuju Gimpo Airport. Aku sangat ingin mengantarnya tapi Eunha tidak mau. Dia tidak ingin menangis lagi katanya.

Taehyung masih saja memikirkan kejadian kemarin. Dia sangat merasa bersalah. Seharusnya dia tidak boleh menyakiti Eunha seperti itu. "Pokoknya gw harus minta maaf sama Eunha sekarang" ucap Tae yang terlihat sedang berpikir keras. "Persoalan Kookie, nanti gw cari solusinya" Tae buru-buru mengambil kunci mobilnya di meja lalu pergi menuju cafe.

Cafe sedang ramai sekali. Tiba-tiba bell tanda ada pengunjung yang datang berbunyi. Seketika cafe hening sejenak. Pria itu berjalan dengan santainya tanpa melepas kacamata yang ia kenakan. Jujur dia tampak tampan dan keren sekali. Aku sampai cengo melihatnya. Pria itu tanpa diduga sudah ada di hadapanku. "Halo nona!" "Heh? Iya mau pesan apa pak?" Aku menjawab dengan gugup. Semoga dia tidak sadar kalau sedari tadi aku sibuk memperhatikan wajah tampannya. "Tidak..tidak. Aku hanya ingin bertanya dimana ruangan pemilik cafe ini?" Pria itu melepas kacamatanya. Ya ampun matanya begitu indah. "Heh nona, kenapa diam saja?" "Hah, maaf.. maaf pak. Kenapa tadi?" Aneh sekali kenapa aku bertingkah seperti orang bodoh begini. Lelaki itu malah tersenyum. Aku bisa lumer dibuatnya. Tanpa sadar aku berucap "Berhenti tersenyum seperti itu pak, Anda bisa membuat saya...." "Hah, maksudnya?" Pria itu masih menatapku. Bodoh. Bodoh sekali aku. "Ah tidak lupakan saja." Sanggahku sambil memukul pelan kepalaku. Lagi-lagi pria itu malah tersenyum. Cukup. Aku tidak boleh larut dalam pesonanya. Bahaya. "Jadi sebenarnya bapak ada keperluan apa yah?" "Begini, saya adalah saudara dari pemilik cafe ini. Jadi tujuan saya datang kemari untuk..." "oh jadi bapak ini sepupu dari Eunha, eh maksud saya Ibu Eunha?" "Iya tepat sekali. Btw, jangan panggil bapaklah. Emangnya saya setua itu?" "Hahaha.. baiklah pak?" "Kok masih pake pak? Perkenalkan nama saya Byun Baekhyun. Panggil saja Baekhyun." "Jung Yerin, biasa disapa Yerin." Jawabku membalas uluran tangan Baekhyun. "Oke Yerin. Sekarang tunjukkan dimana ruangan saya!" "Baik Pak, Eh Baekhyun-sshi." Baekhyun tersenyum. Aku lalu mengantarnya menuju ruangan Eunha. "Nah ini dia ruangannya. Selamat bekerja. Fighting!" "Terima kasih Yerin-sshi." "Baekhyun-sshi senyumanmu itu bisa membuatku gila" ucapku dalam hati.

Di lantai dasar terlihat seperti sedang ada keributan. "Dimana Eunha?" "Maaf pak, tapi dari tadi sudah saya sampaikan Ibu Eunha tidak masuk hari ini" seorang pelayan menjawab pertanyaan pria itu sambil ketakutan. Ya pria itu pria yang sudah membuat sahabatku hancur dan begitu terluka. Ku hampiri pria itu. "Mau apa lagi Anda kesini, Tuan Kim? Tidak cukupkah semua kesakitan yang Anda berikan pada sahabat saya?" Taehyung tampak terkejut lalu kembali berteriak memanggil-manggil Eunha. "Eunha-ya dimana kamu, aku datang untuk meminta maaf padamu. Aku menyesal, aku benar-benar bodoh." "Ya Anda memang bodoh" "eh diam kamu, tidak ada yang menyuruhmu bicara" bentak Taehyung. Aku seketika diam. Tiba-tiba Baekhyun datang. "Ada apa ini ribut-ribut Yerin-sshi?" Belum sempat aku menjawab. "Siapa lo, jangan ikut campur. dimana Eunha?" Taehyung berusaha mendorong Baekhyun. "Elo yang siapa? Ada urusan apa lo sama Eunha?" Baekhyun menarik kerah baju Taehyung. "Gue tunangannya. Puas lo. Dimana Eunha?" "Oh jadi elo yang udah nyakitin Eunha" Baekhyun semakin emosi dan langsung memukul wajah Taehyung. "Brengsek lo. Berani-beraninya lo datang kesini setelah nyakitin Eunha. Mati aja lo" Taehyung tidak terima dipukul. Dia berusaha membalas pukulan Baekhyun. Saat Taehyung akan memukul Baekhyun tiba-tiba saja "yerin-sshi" teriak Baekhyun.....

Broken Dreams, Broken Heart!!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang