The First

1.2K 115 1
                                    

Mendengar suara Taehyung, Ibunya sangat terkejut dan takut. "Apa maksudnya ini semua?" Taehyung kian menuntut jawaban. "Tanyakan saja pada Ibumu!" Ucap ayahnya datar. Taehyung beralih menatap ibunya tajam, "apa maksud ucapan ayah tadi ibu? Jawab aku! Kenapa diam saja?" Taehyung mulai lepas kendali. Ibunya tidak menjawab malah menangis. Taehyung kehilangan kesabaran. Ia berbalik dan meninju tembok di belakangnya. Berulang kali hingga tangannya berdarah. Ketika ia marah pada keluarganya, ia hanya bisa menyakiti dirinya sendiri. Seburuk apapun keluarganya, Ia adalah orang yang akan melakukan apapun demi keluarganya karena begitu besar cintanya pada ayah, ibu dan adiknya. "Tae, apa yang kamu lakukan berhenti!" Ibunya berusaha menghentikan Tae, tapi tidak berhasil. "Aku tidak akan berhenti sebelum ibu menjelaskan semuanya!" Ibunya tak bergeming, diam membisu.

Flashback on
25 tahun yang lalu. Kim Seok Jin harus menghadapi kenyataan pahit. Seharusnya hari ini ia menikah dengan kekasihnya, Kim Sojung. Tapi apa daya takdir berkata lain. Ia dipaksa menikah dengan gadis lain oleh ayahnya. Gadis yang tidak dia cintai. Tapi ia tak punya pilihan lain. Jika ia tetap memilih menikahi kekasihnya, maka ia harus kehilangan semua yang ia miliki sekarang. Dan ia tidak siap untuk itu. Akhirnya ia menerima keputusan ayahnya tersebut. Ia menikah dengan Kim Ji Yeon.

Belakangan baru Seok Jin ketahui ternyata Ji Yeon telah hamil sebelum menikah dengannya. Kabar ini tentu saja sangat menyakitkan bagi Seok Jin. Ia lalu mendatangi ayahnya sambil meluapkan segala emosinya dan memberitahu pada ayahnya bahwa Ji Yeon telah hamil oleh orang lain. Mendengar hal itu, ayahnya mendadak serangan jantung dan meninggal. Seok Jin sangat menyesal.

Setelah kelahiran Tae, pertengkaran demi pertengkaran terus terjadi antara Seok Jin dan Ji Yeon. Tetapi mereka akan akur di depan orang tua Ji Yeon. Seok Jin begitu dipercaya oleh kedua orang tua Ji Yeon. Setelah ayahnya meninggal, perusahaan Seok Jin begitu bergantung pada perusahaan milik keluarga Ji Yeon. 6 tahun setelah kepergian ayahnya, Seok Jin berhasil menstabilkan perusahaan miliknya dan kemudian menyatukan perusahaan miliknya dan milik keluarga Ji Yeon dengan masing-masing kepemilikan 40 % untuk Seok Jin dan 40 % untuk Ji Yeon sedangkan 20 % milik investor. Dengan status kepemilikan yang seimbang, Ia tidak lagi khawatir. Ia berencana menceraikan Ji Yeon.
Sehari sebelum resmi melayangkan gugatan cerai, Ji Yeon hamil. Seok Jin kemudian mengurunkan niatnya untuk bercerai. Ia akan berusaha menata kembali rumah tangganya dengan hadirnya anak yang sudah lama ia nantikan. Dan lahirlah Jungkook.

Flashback off.

Tak juga mendapatkan jawaban, akhirnya Taehyung pergi meninggalkan ruangan ayahnya dengan tangan yang terluka. Taehyung adalah orang yang tidak bisa menangis di depan orang lain. Ia juga adalah tipe orang yang sulit mengeluarkan air mata. Ia pergi meninggalkan kantor,  mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Karena badanku yang masih sakit,  aku ingin izin hari ini tidak masuk kerja. "Halo, Baekhyun-sshi" "Iya, dengan siapa ini?" "Halo, ini yerin" "Yerin? Jung Yerin? Ada apa" "iya, bolehkah saya izin ga masuk hari ini?" "Kenapa? Kamu sakit?" Tanya Baekhyun khawatir. "Iya hanya sedikit tidak enak badan?" "Oh, yah kamu sakit apa? Aku akan datang menjengukmu. Berikan alamatmu!" "Mungkin hanya kelelahan. Tidak usah. Saya hanya butuh sedikit istirahat." "Oke baiklah. Selamat istirahat yah. Kalau ada apa-apa hubungi aku." "Oke. Terima kasih, Baekhyun-sshi. Saya tutup yah" "tunggu-tunggu." Sanggah Baekhyun. "Ada apa?" Tanyaku bingung. "Baekhyun-sshi" ucap Baekhyun dengan nada protes. "Oke. Saya mengerti. Terima kasih, Baekyun oppa." " nah gitu dong." Jawab Baekhyun dengan semangat.

Taehyung harus mengendalikan dirinya. Mengemudi dengan keadaan emosi sangat berbahaya. Ia menepikan mobilnya di pinggir sebuah danau. "Oke gw butuh menenangkan diri gw sendiri." setelah menepikan mobilnya, ia berjalan menuju tepi danau. Di sana, ia berbaring dan memejamkan matanya. Mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi.

Sore ini, cuaca tampak bersahabat. Berjalan-jalan akan membuat pikiranku lebih fresh dan tak lagi memikirkan kejadian malam itu. Kejadian itu benar-benar membuatku takut dan frustasi. Alasanku izin ga masuk kerja hari ini, bukan hanya karena sakit fisik yang kurasakan, tetapi juga beban psikologis yang membuatku harus menenangkan diri. "Ibu, aku akan jalan-jalan sebentar ke taman." "Mau ibu temani?" "tidak usah bu, aku sendiri saja, dekat ini kok." "Baiklah hati-hati yah." "Aku pergi dulu" Aku mencium ibu lalu pergi.

"Apa maksud ucapan ayah, kenapa ibu tidak mau menjelaskan dan malah menangis" Taehyung terus berbicara sendiri dengan mata yang masih terpejam. Ia sangat frustasi. "Ini bisa membuatku gila." Hp Taehyung berbunyi tanda ada pesan masuk. "Siapa lagi ini" kesal Taehyung membuka matanya dan bangun dari tempatnya berbaring. "Hah, dari ayah" Taehyung terkejut melihat siapa yang mengirimkan pesan padanya."
"{Kamu ini anak lelaki, jadi bertingkahlah seperti anak lelaki}" begitulah bunyi pesan ayahnya. Ini membuat amarah Taehyung makin memuncak. Dengan emosi ia meninju batang pohon yang ada di sekitarnya. 

Hanya butuh 10 menit berjalan kaki untuk sampai di taman. Taman tampak ramai sore ini. Aku bersyukur dengan begitu aku tidak perlu khawatir. Kalau terjadi apa-apa aku bisa minta tolong pada orang-orang yang ada disini. Sepertinya akan lebih fresh menikmati sore di tepi danau yang ada di bagian selatan taman ini. Aku lalu berjalan menuju danau.

"Gw tau, gw brengsek, gw ga berguna, bisanya cuma bikin ortu gw ribut terus" teriak Taehyung pada dirinya sendiri sambil meninju pohon yang ada di depannya. Tangannya benar-benar parah sekarang. Saat akan meninju lagi tiba-tiba muncul seseorang dari belakang. "Oh jadi Tuan Kim ini hobby nya meninju dan memukul yah, setelah saya yang jadi korban, sekarang giliran pohon-pohon yang tak berdosa ini. Hebat sekali" "Diam lo, kenapa lo ada disini? Pergi dari sini. Jangan ganggu gw." "Ini tempat umum Tuan, siapa saja boleh datang kesini termasuk saya." Mendengar hal itu Taehyung tidak lagi menjawab dan akan kembali meninju pohon di depannya tapi "Berhenti Tuan Kim, menyakiti diri sendiri tidak akan membuat anda menjadi lebih baik" aku berteriak marah padanya sambil menarik lengannya. Sungguh aku khawatir melihatnya seperti itu. Seketika Taehyung berhenti dan malah menatapku tajam. "Apa maumu?" Tanyanya dengan dingin. Aku tidak menjawab. Aku menariknya untuk duduk di bangku taman yang ada di tepi danau. "Tunggu disini, jangan kemana-mana." Perintahku padanya tapi ia tidak menjawab. Aku berlari pulang ke rumah. Setelah mengambil kotak p3k, aku kembali berlari menuju tepi danau di mana Taehyung berada. "Syukurlah dia masih di sana." Gumamku pelan. Aku mendekat ke arah Taehyung. Tangannya berdarah. Ku pegang tangannya. Taehyung hendak menolak. Aku menatapnya tajam. Akhirnya ia menurut. "Entah sudah berapa lama ia meninju pohon-pohon yang ada di sekitar sini" ucapku dalam hati. Saat aku memberi obat pada lukanya, aku pikir ia akan meringis kesakitan ternyata ia diam tanpa ekspresi. Benar-benar batu orang ini. Saat aku membalut tangannya dengan kain kasa, pandangan kami bertemu. Kenapa hati ini tiba-tiba terasa nyeri melihat orang di depanku ini begitu berusaha menutupi kesakitan yang ia rasakan. "Jangan menatap gw seperti itu." "Hah?" Aku salah tingkah. "Jangan pikir, dengan lo nolong gw, terus gw tersentuh dan akhirnya jatuh cinta sama lo kaya drama-drama di tv." Ucap Taehyung. Aku tidak  memahami maksud perkataannya. "Ini kan cara klasik yang selalu dilakukan cewek2 miskin buat ngegaet cowok tajir kaya gw" hina Taehyung. Aku terkejut mendengar hinaanya itu. Seketika aku melepaskan tangannya. "Hebat sekali pemikiran Tuan Kim terhadap perempuan miskin seperti saya. Mungkin memang banyak perempuan miskin yang seperti itu." Jawabku dengan tersenyum miris. Taehyung akan kembali berbicara, tetapi aku melarangnya. "Tuan Kim perlu tahu, jangankan bermimpi untuk menggaet lelaki kaya seperti Anda, untuk mengenal lelaki kaya saja tidak pernah ada di mimpi saya." Air mataku jatuh begitu saja. "Semoga cepat sembuh." Ku ambil kotak p3k dan segera pulang. Tapi Taehyung mencegahku dan tiba-tiba mencium bibirku. Aku terkejut bukan main.

Happy reading genks...

Broken Dreams, Broken Heart!!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang