Chapter 1

291 15 0
                                    


"Aduh sumpah, gue udah ga ngerti lagi ama tu cowok! Tiap hari kerjaanya cuma malakin gue aja. Nyesel deh gue satu sekolahan ama dia." Kata sahabatku riri saat kami sedang berjalan di lorong sekolah menuju kantin.

" siapaan? Rean lagi? Kayaknya elu yang ke geeran deh ri. Dia mah malakin semua murid yang ketemu ama dia kali." Jawab kintan, sahabatku juga.

"Sumpe lu? Seriusan? Yah nambah kesel dah ni hati." riri tertunduk lesu.

"Lah kok nambah kesel? Bagus dong kalo gitu dia nggak cuma gangguin kamu doang berarti kan?" Aku bingung dengan sikap riri yang labil.

"Bukan gitu qil, gue kira kan dia gangguin gue doang karena naksir gitu ama gue." Riri malah semakin membuatku bingung.

"Jadi kamu mau ditaksir sama cowok yang suka malak kayak gitu? Kalo aku sih amit-amit." Ucapku memasangkan tampang heran dan kemudian memutar kedua bola mataku.

"Ya ampun qil, makanya lo kurangin deh kebiasaan gak care lingkungan lo itu. Siapa sih yang nggak mau ditaksir ama rean? Gitu-gitu juga dia most wanted tau." Ucapan kintan malah membuatku kesal.

"Most wanted apaan sih? Dari cerita kalian aja aku udah sangat-sangat ngerti kalo dia itu anak bandel. Most wanted mah yang ganteng, baik, pinter." Sergah ku sambil membayangkan si rean itu yang suka bolos, ngelawan guru, merokok, dan yang pasti namanya sudah banyak tercantum di buku BK.

"Yaelah qil. Cowok most wanted yang kayak lo sebutin itu, udah nggak ada sist. Udah ditelen tu ama mamang tahu bulat." Kata riri sambil merapikan rambutnya.

Ketika aku baru akan menjawab perkataan riri, tiba-tiba kintan langsung angkat suara.

"Yaudah siii, kok malah ngeributin cowok? Lagi lo sih ri, udah tau ada Miqailla Devania disini, masih aja bahas cowok. Mana tau dia, qilla mah cuma tau ama si kimia,fisika,bio, dan teman-teman. Ye nggak?" Goda kintan yang sengaja menyebutkan nama panjangku dengan penuh penekanan. Membuatku diam tak mau ambil pusing.

Kami bertiga sedang sibuk dengan aktivitas masing-masing sambil berjalan. Yang mana aku lagi merapikan bajuku, kintan yang bergelut dan sambil sedikit tertawa dengan ponselnya, sedang riri yang masih sibuk merapikan rambutnya sambil terkadang mengembus poni nya. Tiba-tiba terdengar suara cekikikan khas laki-laki di lorong balik dinding. Dan muncul dua orang cowok dengan seragam setengah keluar dan rambut yang sudah mulai memanjang.

Bersamaan dengan itu, riri dan kintan menghentikan aktifitasnya masing-masing dan berhenti berjalan. Aku yang masih berjalan akhirnya berhenti juga. Tetapi dua langkah lebih maju dari mereka.

"Tuhkan! Gila, baru aja diomongin, udah muncul aja tuh anak." Riri berbisik dan menghentakan kakinya.

"Ck, lo kayak biasa aja. Jangan keliatan takut. Ntar makin jadi dia." Aku dengar kintan juga berbisik ke arah riri.

Mendengar sahabatku berbisik, aku jadi tau. Salah satu cowok berandalan ini pasti si rean yang tadi dibicarakan. Aku yang kesal, langsung sengaja berbicara lantang agar si dua berandalan ini bisa dengar.

"Yang mana ri? Yang kiri atau kanan yang malakin kamu? Sini biar aku kasih pelajaran!" Kataku dengan pedenya. Ku rasakan tangan kintan menyentuh pundakku tapi aku tak menghiraukannya. Aku berjalan ke arah dua lelaki itu. Dan tentu saja mereka menghentikan langkahnya karena melihat ku yang berjalan ala senior di tengah adik kelas ke arah mereka.

"Oohh jadi ini ni yang cari masalah sama temen aku? Yang berani malakin temen aku?" Kataku sambil menempatkan kedua tanganku di pinggang.

"Yang mana ni, kamu atau kamu?" Lanjutku yang bergantian menunjuk kedua cowok itu.

"Eh, rarirurero! Temen lo?" Kata salah satu dari lelaki itu santai sambil matanya bertanya pada riri yang sekitar dua meter di belakangku, tetapi telunjuknya diacungkan ke arahku.

Aku sontak hanya menatap bingung ke arah telunjuknya. Ketika aku akan menjawab kata-kata lelaki itu, aku merasa ada tangan yang menyeretku mundur ke belakang. Tentu aku sadar itu riri.

"Eh eh, ki..kita balik ke kelas dulu. Maap ye." Kata riri gugup dan membawaku bergabung lagi dengan kintan di belakang. Sebelum pergi aku sempat menatap lelaki itu dengan tatapan yang seakan-akan bicara 'awas kamu!' Dan berbalik badan meninggalkanya. Namun ketika kami baru berjalan dua langkah, emosi ku kembali naik karena mendengar lelaki itu berkata

"Baku amat woi! Telunjuk lo cantik!." Dengan nada mengejek, dan disahut ketawa oleh temannya. Aku menghentikan langkahku. Dan berbalik lagi menatapnya. Belum sempat aku angkat bicara, dia sudah bicara lagi

"Apa? Mau kasih liat telunjuk yang sebelah lagi? Udah deh, cantik juga kok!" Katanya mengejeku. Tetapi aku langsung ditarik oleh kedua sahabatku pergi.

Ah apa kau mengingatnya rean? Semoga tidak! Aku malu pernah bersikap seperti itu di depanmu.

Sesampainya di kelas riri yang memang paling dekat dari tempat kejadian itu, kami bertiga duduk di tempat duduk riri. Paling belakang dan menyudut. (Ya memang niat ke kantin udah hilang.)

"Nih minum dulu qil, lo kenapa jadi emosian gini sih? Lo sadar gak sih dia itu cowok dan lo cewek. Untung aja rean nggak ngapa-ngapa in lo." Kintan menceramahiku sambil menyodorkan botol minum riri.

"Iyaa. gue cerita itu, nggak maksud buat nyuruh lo jadi labrak si rean kayak gitu tadi. Lagi lo emosian banget tadi. Gue gatau kalo lo bisa sinis ama orang lain kayak tadi." Riri menambahkan dan bisa kulihat tangannya disenggol kintan karena ucapannya yang terakhir. Aku yang masih kesal hanya duduk dengan tangan kanan di dagu dan tangan kiri mengetuk-ngetuk meja.

"Woi bertiga! Lo pada bener-bener ya, gue tadi nyusul ke kantin tapi nggak ada. Ternyata disini. Tadi pagi bilangnya ketemuan di kantin. Gimanasih ah!" Sebelum kalian bertanya, akan ku beritahu. Dia mbel. Eh maksudku imam. Dia cowok satu-satunya diantara kami. Imam biasa kami panggil mbel atau gembel karena dia paling acak-acakan.(maklum la ye,anak laki ndiri). Eitssss! Tapi jangan salah, dia 1000% matjo guys!

"Yeeee mbel! Bisa nggak sih pelan-pelan? Budek ni kuping ntar." Aku hanya menatap imam dan riri yang memegang kupingnya bergantian.

"Nih ye, berapa kali mesti gue bilang, jangan panggil gue mbel! Feminim banget tu nama! Kagak ada kesan laki nya bolot." Sarkas imam pada riri.

"Udah deh ah, pada berisik." Lerai kintan akhirnya.

Belum semenit kintan diam, tiba-tiba masuklah dua orang cowok nyebelin tadi. Aku yang tadinya hanya memasang muka datar, langsung terlonjak kaget dan spontan duduk tegap.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung
Jangan lupaaaa votmenttt yaaa^^
Seeeyaaaaaa💞💞💞

Dia, ReanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang