"Iyaa iyaa, tapi kamu jemput aku juga." Jawabku sedikit judes, karena tau imam membutuhkanku saat ini. Haha."Aman bos! Di rumah sakit kan ya?"
"Iy.. eh nggak! Besok aku nggak ke rumah sakit, soalnya pekerjaan rumah numpuk banget. Jadi berhubung besok minggu, beres-beres time deh." Jawabku menjelaskan.
"Yaudah jam 3 sore ya? Udah siap lu. No ngaret!" Imam memang punya kebiasaan maksa.
Matahari sudah condong ke arah barat. Makanya langit mulai mengental bersama senja. Aku buru-buru menyelesaikan bagian piket kelasku. Lalu membereskan semua barang untuk langsung menuju rumah sakit.
"Nin, udah nih. Aku duluan ya? Udah sore soalnya." Kataku pamit ke Nina yang masih menyapu bagian lain sambil menyenandungkan lagu korea yang tentu saja aku tak mengerti.
"Dih, cepet amat lu? Ya deh, tiati qil!" Aku mendengar jawaban Nina sayup, karena sudah keburu berlari keluar.
Kubayar ongkos ketika sebelum turun dari taksi. Melangkahkan kakiku memasuki gedung khas berbau obat ini. Dengan langkah gontai, aku menyusuri lorong rumah sakit menuju ruangan ibuku.
"Buu, qilla udah pulang." Aku membuka pintu yang sedikit berbunyi 'cittt'. Kemudian berjalan mendekati ibuku yang terbaring dengan selang oksigen di hidungnya. Kucium tangan ibuku.
" ibu udah minum obat?" Aku bicara seakan-akan ibuku sedang dalam keadaan sadar. Goyah sekali rasanya hatiku saat itu.
Ku tarik kursi mendekati kasur ibuku. Aku duduk sambil merebahkan kepalaku di dadanya dan tanganku memeluknya.
" bu tadi qilla ketemu sama orang nyebelin banget. Tapi qilla seneng sama dia. Soalnya dia orangnya lucu. Rada konyol gitu si, tapi.., ya gitulah pokoknya bu mheehe." Aku bercerita seperti ibuku sedang mendengarkanku dengan seksama. Tak ada jawaban. Hanya suara detik jam yang terdengar oleh ku.
Iyaa, ibu. Dia tangguh! Setidaknya pada saat ia masih bisa mendekapku. Aku yakin ia sangat ingin mencium keningku ketika aku baru pulang dari sekolah. Menanyakan padaku tentang siapa pacarku. Bagaimana ulanganku. Siapa guru baruku. Kemana aku pergi dengan riri dan kintan.
Aku yakin dia masih sangat ingin melihat aku berhasil. Masih sangat berharap bisa datang ke sekolahku untuk pengambilan rapor. Tapi dia sedang berjuang sekarang. Berjuang untuk melihat ku lagi. Berjuang untuk kesekian kalinya demi aku. Iyaa, ibu.
Brukk! Kujatuhkan tubuhku di sofa depan tv. Letih sekali rasanya, setelah membereskan semua pekerjaan rumah. Gak semua sih, dibantu juga sama Bi Atun hehe. Kemudian mengambil ponselku yang tergeletak di meja sedari tadi."Kamu bunyi terus dari tadi. Kenapa? lapar?" Aku bertanya pada ponsel ku. Gila.
Kulihat banyak pesan WA dari si gembel.
M. Imam
Woiiii qill
Woiii
Eh budekk
Woii jadi gak nih?
Woi
Gila! Lama bett dah
Gue otw nih, udah siap belom?
Buset dah ni bocah!Miqailla D
Sumpah berisik banget mbel,-
Iyaa sabar tadi beresin rumah
Iyaa aku siap-siap.Aku langsung berlari menuju kamar untuk mengganti baju. (Tenang aja, udah mandi kok!)
Ketika ku rasa sudah rapi dan siap untuk pergi, aku berkaca sebentar untuk melihat bagaimana penampilanku. Namun tiba-tiba mataku terfokus pada jepit yang diberikan Rean kemarin. Aneh sekali, pikirku. Aku baru sadar ketika pulang, ternyata jepit ku masih ada di kepala. Sama sekali tidak jatuh. Lalu rean dapat darimana jepit yang sama persis dengan punyaku? Ah sudahlah, aku tak ingin ambil pusing.
Miqailla D
Mbelll Udah siap nih. Buruan! ntar kesorean.M. Imam
Udah di ruang tamu, kupret.-
Buruan turun! Lama dah ah.Ups! Temen ya gitu kan emang? Hahaha
Mobil imam sudah parkir di depan rumah yang 'katanya' gebetannya. Aku turun dari mobil, dan berlari kecil menyusul imam.
"Eh mbel tungguin dong!" Kataku seraya menyeimbangkan langkahku dengan imam.
"Ntar lo di belakang ya qil? Masa iya si Vina di belakang? Kagak bisa pegangan tangan dong." Si gembel. Haram mbel, haram!
"Iyaaa tau juga kali." Kataku menjawab dengan muka masam.
Imam mengetuk pintu rumah itu 2 kali. Ada jawaban dari dalam yang menyuruh kami menunggu sebentar. Mungkin ia sedang berjalan ke arah pintu.
Jengjengjengjenggg..., ketika pintu terbuka. Si konyol yang super duper ngeselin keluar dengan eskrim yang berlepotan di sekitar mulutnya.
"Lah ente? Gak siap nih! Lagi, kan gue baru pemanasan. Udah nyosor aja." Katanya sambil menghapus eskrim dimulutnya. Lalu mengelap tangannya di celana yang ia pakai.
Rean ketahuilah, kau benar-benar tidak sopan sayang.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung
Pliss butuh votmment nyaaa😔🙂💞💋💋
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia, Rean
Teen FictionKisah ini diceritakan berdasarkan sudut pandang perempuan yang mendikte masa lalunya tentang cinta klasik anak remaja yang selalu dirundung perasaan bimbang dan penyesalan. Menorehkan potongan-pontongan perbuatan labil anak remaja pada umumnya...