Chapter 1 : Nikah Massal

11.2K 512 3
                                    

Alea menatap kearah Lando yang tengah fokus mengemudi. Memandangi pria itu dengan tatapan penuh kagum. Pria yang ia cintai selama 15 tahun ini ada disampingnya.

Ia bahkan tidak menyadari bahwa sudah lama sekali ia memendam perasaan kepada Lando yang begitu dalam tanpa Lando ketahui.

"Alea !" Suara teriakan itu menyadarkan Alea kedalam nyata dan langsung mengerjapkan matanya menatap Lando.

"Ada apa ? Kenapa mobilnya berhenti ? Kamu nabrak kucing ? Anjing ? Semut ? Atau mobilnya mogok ?" Tanya Alea bertubi-tubi dan Lando langsung memutarkan bola matanya jengah kemudian menyentil dahi Alea kesal.

"Kita sudah sampai 5 menit yang lalu dan lo malah bengong sambil ngeliatin gue.. Gila ya lo ?" Tanya Lando kesal.

Alea langsung ber–oh ria menahan malu kemudian turun dari mobil yang diikuti juga oleh Lando.

Ia berjalan mendahului Lando, ia sangat malu saat tertangkap basah tengah memandangi pria itu. Pasti tadi pipinya merona.

Ia duduk di meja kosong dekat kaca pembatas dan Lando duduk dihadapannya. Tidak lama kemudian, pelayan datang dengan memberikan buku daftar menu.

Setelah selesai memesan makanan masing-masing. Alea langsung memutar kepalanya menatap jalan raya yang terlihat macet.

Lando menatap Alea bingung, semenjak ia menangkap basah Alea yang sedang memandanginya terang-terang, sifat Alea sekarang menjadi lebih diam.

"Lo kenapa ?" Alea menoleh menatap Lando.

"Memangnya aku kenapa ?" Tanpa meminta izin, Lando langsung menempelkan punggug tangannya didahi Alea.

Tentu saja itu membuat jantung Alea semakin berdebar tak karuan. "Kamu ngapain sih ?!" Ucap Alea yang pura-pura kesal.

"Mau mastiin kalau lo itu masih waras." Jawab Lando cepat kemudian meletakkan tangannya diatas meja.

Tidak lama kemudian pelayan sudah datang dan memberikan pesanan mereka masing-masing.

Mereka makan dengan saling diam, Alea juga terkadang mencuri pandang kearah Lando yang tengah makan.

Setelah selesai sarapan mereka langsung keluar meninggalkan restoran. Alea sudah menepati janjinya kepada Lando untuk membayar makanan mereka dan sesudahnya mereka didalam mobil. Alea menoleh menatap Lando yang tengah mengemudi.

"Lando, kita mampir ke danau yuk..." Ajak Alea dan Lando langsung menggelengkan kepalanya.

"Gue harus kerja, Al.. Mungkin lain kali." Alea langsung cemberut, kecewa atas ucapan Lando. Lando tersenyum sekilas menatap Alea. Inilah sifat Alea yang suka manja kepada Lando. Semua yang ia inginkan harus dikabulkan oleh Lando.

"Sekali aja.. Kita sudah nggak pernah ke danau semenjak kita sudah kuliah.. Aku cuma pengen tau keadaan danau kayak gimana ? Cuma sebentar.." Ucap Alea memohon dan mau tidak mau Lando menuruti keinginan sahabatnya sejak kecil itu. Memang sejak kecil, Alea selalu nempel kepada Lando. Dia tidak ingin jauh dari Lando sampai sekarang.

Sesampainya di danau. Alea menatap sedih saat melihat danau itu sudah tidak terawat lagi. Banyak semak-semak yang menutupi danau dan rumah pohon yang sempat dibangun oleh Papanya kini sudah roboh.

"Lando.. Kenapa danaunya jadi jelek ?" Tanya Alea tanpa menatap Lando.

"Kita sudah nggak pernah kesini lagi.. Ya jadinya gini deh.. Nggak terawat.." Jawab Lando sambil merangkul pundak Alea.

"Kita bisa merawat danau ini lagi.. Dan buat rumah pohon sama-sama.." Ucap Alea dan lagi-lagi Lando menggelengkan kepalanya.

"Kita sudah dewasa, Al.. Kita sudah nggak butuh lagi rumah pohon.." Balas Lando dengan nada pelan.

"Kamu benar." Ucap Alea yang langsung memutar tubuhnya kemudian masuk kedalam mobil dan Lando mengikutinya.

Disepanjang perjalanan Alea diam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

Mobil Lando berhenti tepat saat lampu merah menyala dan Alea langsung memalingkan wajahnya kearah samping dan matanya kini memicing saat melihat banyak orang yang tengah memakai gaun pengantin.

Ia menoleh kearah Lando. "Lando, kita kesana yuk." Ajak Alea semangat kemudian Lando langsung menatap apa yang tengah ditunjuk Alea. Lalu menggeleng.

"Nggak ! Ngapain juga kita kesana.. Nggak penting." Ucap Lando tidak minat.

"Ayolah Lando.. Aku pengen lihat.." Rengek Alea sambil menarik-narik tangan Lando.

"Iya deh, tapi sebentar aja." Alea mengangguk semangat, tepat saat lampu hijau menyala. Lando langsung mengarahkan mobilnya ke lapangan parkir, kemudian Alea turun dan diikuti oleh Lando.

Pernikahan massal yang diadakan ditaman kota. Alea tersenyum sumringah saat melihat banyak kue dan juga makanan disajikan gratis untuk para pengunjung. Langsung saja Alea berjalan meninggalkan Lando kemudian mengambil kue memakannya. Sedangkan Lando yang ada dibelakangnua hanya bisa menggelengkan kepalanya. Sejak dulu, sifat Alea tidak pernah berubah. Selalu saja heboh saat tahu ada makanan gratis.

"Sudah puas makannya ?" Tanya Lando dan Alea menoleh sambil menggeleng, terlihat jelas banyak krim yang menempel disudut bibir Alea. Langsung saja Lando mengusap sudah bibir Alea dengan jarinya.

"Lain kali kalau makan yang bener.." Peringat Lando dan Alea mengangguk.

Setelah Alea puas makan, kemudian ia menoleh kearah Lando yang tengah menatapnya. "Lando aku haus. Ambilin minum.." Ucap Alea manja kemudian Lando menghelakan nafas kemudian menyodorkan segelas air putih padanya.

"Makasih." Langsung saja Alea meneguknya sampai tadas.

Tidak lama tangan Alea langsung ditarik sedang seseorang dan juga Lando. Mereka berdua menoleh menatap pria setengah baya yang tengah memakai kemeja batik. "Pak, ada apa ? Kenapa bapak narik-narik kami ?" Tanya Alea bingung.

"Kalian ini mau nikah, kok masih disini ?" Mata Alea dan Lando membelalak.

"Apa ??" Teriak Alea dan Lando bebarengan.

"Ayo, kalian ikut saya.. Acara akan dimulai." Lando menggelengkan kepalanya.

"Kita disini adalah pengunjung, pak.. Bukan pengantin." Ucap Lando mengelak.

"Jangan alesan, bilang aja kalau kalian mau mesra-mesraan disini."

Bapak itu kemudian mendudukkan Alea dan juga Lando dikursi.

"Ayo, mulai." Ucap penghulu.

Lando dan Alea terus mengatakan kalau mereka tamu, tapi semua orang yang ada disana tidak percaya. Pantas saja tidak percaya, Alea yang mengenakan dress berwarna putih dan Lando yang tengah memakai jas. Mereka berdua terlihat seperti pengantin lainnya.

Saat Lando ingin mengelak lagi, panita mengancam mereka untuk memasukkan penjara karena ingin berbuat zina. Bahkan penghulu yang ada disana sempat mengatakan "Lebih baik kalian menikah dari pada pacaran akan menambah dosa. Kalau sudah nikah kan bisa sentuh-sentuh.." Ujar penghulu itu.

__________________

TBC

Happy Reading

Still HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang