Alea menatap pria yang ada dihadapannya itu dengan takut. Ia langsung menundukkan kepalanya saat Lando menatapnya juga.
"Maafin aku, Lando.." Ucap Alea lirih.
"Lo pikir dengan cara lo minta maaf, itu bisa buat gue bahagia ?" Tanya Lando dengan nada sarkastik. Alea terus menundukkan kelapanya takut menatap Lando yang sedang murka.
"Maafin aku, Lando.. Aku nggak tau kalau semuanya akan jadi seperti ini.." Ucap Alea yang memaksa untuk memberanikan dirinya menatap Lando.
"Ini semua gara-gara lo ! Kalau aja lo nggak ngajak gue buat hadir keacara pernikahan masal sialan itu, kita nggak akan nikah tiba-tiba kayak gini !" Sentak Lando murka. Pria itu terus menatap tajam kearah Alea yang langsung menundukkan kepalanya sambil menangis.
"Gue nggak akan pernah iba, liat lo nangis.. Sudah cukup kebaikan gue buat lo, Al ! Lo nggak pernah ngerti perasaan gue, lo egois. Lo itu kayak anak ingusan yang manja." Sentak Lando yang langsung mendorong tubuh Alea agar keluar dari rumahnya. Alea menangis dan terus mengetuk pintu rumah Lando, namun tidak ada jawaban.
Ia duduk didepan pintu rumah Lando, tidak ada niat untuknya pergi dari rumah suaminya itu.
Alea tidur dengan posisi miring didepan pintu rumah Lando sambil memeluk tubuhnya sendiri, karena angin malam yang cukup dingin ditambah lagi tadi selesai hujan. Jadi tahukan bagaimana dinginnya ?
Ia hanya menginginkan Lando, pria yang ia cintai selama 15 tahun lamanya. Ia memang diam saat penghulu itu memaksa mereka untuk menikah dan betapa bahagianya ia menikah dengan Lando walaupun dengan cara pemaksaan dan menikah massal.
Tapi, semua kebahagiaannya sirna. Saat Lando mengacuhkannya sekarang, pria itu membencinya dan membuangnya.
___________
Paginya.
Lando sudah siap dengan setelan jas formal berwarna abu-abu dan siap untuk pergi ke Maxime Enterprises. Ia menyisir rambutnya sebentar agar terlihat lebih rapih.
Kemudian keluar dari kamarnya dan turun menuju kelantai dasar. Setelah itu, ia berjalan menuju ke ruang makan dan langsung duduk. Dimeja makan sudah disiapkan dengan berbagai macam masakan yang disukai Lando. Langsung saja pria itu makan, selepas itu ia langsung bergegas untuk berangkat bekerja.
Setelah selesai makan, ia beranjak dari duduknya dan langsung berjalan untuk keluar dari rumah. Namun, setelah pintu terbuka. Ia memicingkan matanya kala melihat orang yang sedang tidur didepan pintu dan ia pun mengenalnya.
"Ngapain dia masih disini ?" Tanya Lando heran sambil menendang kakinya pelan ditubuh Alea agar wanita itu bangun.
"Heh !" Alea menggeliat saat tubuhnya seperti sedang ditendang. Langsung saja ia membuka matanya dan disana ia melihat Lando yang tengah berdiri dengan wajah masamnya.
"Lando.." Alea langsung berdiri menghadap Lando.
"Ngapain lo masih disini ?" Tanya Lando dengan nada dinginnya.
"Aku mau minta maaf.. Ini semua salahku.." Ucap Alea.
"Kalau sudah sadar lebih baik sekarang lo pulang. Gue nggak suka liat lo disini." Ucap Lando datar.
"Aku nggak mau pulang sebelum kamu mau maafin aku." Bantah Alea tegas.
"Pergi dari sini sekarang ! Dan ingat baik-baik. Hari ini kita cerai, aku akan urus semua surat-suratnya dan nggak ada hubungan suami dan istri." Ucapan Lando membuat Alea terdiam dan menitikkan air matanya. Segitu kejamnya Lando padanya. Padahal baru sehari mereka menikah, Lando langsung ingin bercerai.
"Kita baru saja menikah.."
Lando memicingkan matanya menatap Alea.
"Terus, urusan gue apa ? Oh, atau lo sudah buat rencana seperti ini, terus lo menjebak gue ? Licik." Alea menggeleng pertanda tidak benar.
"Nggak, aku nggak buat rencana apa-apa.. Lando, aku nggak mau kehilangan kamu.. Jangan tinggalin aku.. Aku istri kamu.." Ucap Alea.
"Gue harus bilang berapa kali ? Hah ? Kita bukan suami istri, ngerti ?!" Bentak Lando kesal.
"Alea.. Lando.." Mereka menoleh saat melihat wanita setengah baya berjalan mendekati mereka dengan raut kebingungan.
"Loh, Alea. Kamu kenapa nangis, sayang ?" Tanyanya pada Alea dan Alea menggelengkan kepalanya sambil menunduk.
"Lando, dia kenapa ? Kamu apain ?" Tanyanya pada Lando.
"Aku nggak ngapa-ngapain dia, Ma. Aku cuma bilang kalau aku mau menceraikan dia." Mata wanita setengah baya itu langsung memicing menatap Lando.
"Cerai ?" Lando membalasnya dengan deheman.
"Sebenarnya ini ada apa sih ? Mama bingung."
"Ini semua salahku, Tante.. Aku ngajak Lando ke acara pernikahan massal.. Nggak taunya panitia nuduh kita pacaran terus kita dipaksa nikah.. Maafin aku, Tante." Jelas Alea sambil menangis dan bukannya marah, wanita setengah baya itu tersenyum hangat.
"Tante seneng akhirnya kalian menikah." Alea mendongak kaget menatap wanita yang ada disebelahnya, begitu juga Lando.
"Kok seneng sih ?" Tanya Lando kesal.
"Ya seneng lah, itu artinya Mama nggak usah repot-repot jodohin kamu dan nggak lama lagi Mama akan punya cucu.." Lando mendelik. Ia pikir Mamanya itu akan berfikir sama sepertinya, namun dugaannya salah besar. Wanita itu menyukai pernikahan tiba-tiba itu.
"Lando tetap akan menceraikan Alea.." Bantah Lando.
"Mama nggak setuju !" Bantah Mamanya juga.
"Ma, aku nggak cinta sama Alea.. Aku—"
"Kamu cuma cinta sama dia ? Sadar Lando.. Dia sudah menikah dengan pilihannya sendiri dan dia sudah bahagia. Kamu bisa belajar untuk mencintai Alea. Seperti kamu mencintai dia." Lando menggeleng tidak setuju.
"Nggak ada yang bisa menggantikan posisinya dihatiku, Ma.."
"Mama nggak mau tau ya, Lando. Jangan pernah menceraikan Alea." Ucap Mamanya sambil mengajak Alea masuk kedalam.
Sedangkan Lando disana hanya mendengus kesal. Bisa-bisanya Mamanya menyetujui pernikahannya yang tiba-tiba dengan Alea. Mengejutkan sekali.
________________
TBC
Happy reading.Orlando Maxime as Sean O'pry
KAMU SEDANG MEMBACA
Still Here
Romantizm"Ini semua gara-gara lo ! Kalau aja lo nggak ngajak gue buat hadir keacara pernikahan masal sialan itu, kita nggak akan nikah tiba-tiba kayak gini !" Sentak Lando murka. Pria itu terus menatap tajam kearah Alea yang tengah menundukkan kepalanya samb...