Chapter 11

6.7K 401 26
                                    

Aku menatapnya. Menatap wanita yang sangat mencintaiku terlelap dengan tenang diatas ranjangnya yang empuk. Entah apa yang selama ini ku perbuat. Yang pasti aku sudah terlalu menyakitinya. Aku jahat. Ya, aku pria yang jahat.

Alea yang dulunya ceria. Alea yang dulunya wanita humoris. Alea yang dulunya wanita kuat dan pemberani, kini telah berubah. Ia berubah menjadi wanita yang murung, ia berubah menjadi wanita pendiam, ia berubah menjadi wanita yang lemah dan penakut. Itulah dia yang sekarang. Alea yang buruk. Alea yang kacau dan aku bisa menilai itu dari gerak-geriknya.

Aku mengerutkan dahi ketika melihat tangan Alea meremas seprai dengan kuat hingga bisa terlihat buku-buku tangannya berubah putih. Nafasnya terengah-engah dan keringatnya bercucuran membasahi dahinya. Kakinya menendang-nendang udara dengan kuat. Ada apa? Ada apa? Aku panik. Benar-benar panik. Aku meraih tangannya dan membiarkan tangannya meremas pergelangan tanganku. Aku memegang pipinya dan memanggil namanya. "Alea..." Remasannya semakin kuat dan sedetik kemudian ia menjerit sangat keras dan bangkit dari tidurnya menjadi duduk.

Nafasnya semakin menderu cepat. Ia menyilakkan rambutnya keatas lalu menatap kedua kakinya. Tatapannya kini beralih kearahku ketika beberapa menit yang lalu ia masih terdiam dan sedang mengontrol nafasnya agar kembali normal.

Dengan tiba-tiba ia langsung turun dari atas ranjangnya. Menatapku dengan tatapan seperti ketakutan. Aku beranjak dari dudukku lalu berjalan mendekatinya dan dia langsung mundur. Seakan ia beranggapan bahwa aku adalah seorang pria cabul yang akan memperkosanya.

"Jangan mendekat!" Teriaknya dengan memperlihatkan kelima jarinya.

"Alea, ada apa?" Tanyaku dan ia menggeleng cepat.

"Nggak seharusnya kamu disini, kamu nggak pantes dikamar ini... Kamu-keluar..." Perintahnya dan tepat saat itu pula, ucapannya mampu membuat hatiku lebur seketika.

"Alea, dengerin aku."

Ia menggelengkan kepalanya beberapa kali dan terus melangkah mundur.

"Nggak..."

Ia langsung duduk diatas lantai. Merapatkan tubuhnya pada sudut kamar. Meremas rambutnya dengan kuat.

"Mimpi itu... Mimpi itu... Mimpi itu..." Ia berguman untuk beberapa kali. Alea, dia terlihat seperti wanita yang linglung.

Aku memegang pundaknya dan ia langsung mendongakkan kepalanya menatapku.

Dengan cepat ia mengalihkan pandangannya kesamping. Menatap kasur yang sempat ia tempati untuk tidur. Tiba-tiba saja ia menjerit dengan keras. Mengambil vas bunga yang berada diatas nakas lalu melemparnya hingga vas bunga itu terpental jauh menatap dinding hingga remuk.

"Alea, ada apa?" Tanyaku padanya

"Dia... Dia bilang kalau aku cacat... Aku dibuang... Diacuhkan... Semuanya hilang... Mereka membenciku.. Aku sendirian..." Katanya dengan nada ketakutan. Air matanya terus mengalir membasahi pipinya. Ia seperti orang yang tidak tahu arah.

"Al, dengerin aku... Kamu nggak sendirian.. Disini masih ada aku yang selalu sama kamu... Aku janji nggak akan ninggalin kamu lagi..." Kataku pelan seraya memberikannya sebuah kata-kata yang ku rasa akan membuatnya lebih tenang.

Ia menggeleng tidak setuju, lalu mendorongku hingga aku terjatuh, "Nggak! Kamu bohong! Kamu akan ninggalin aku, kayak apa yang mereka lakuin ke aku."

"Nggak, Al... Aku janji... Aku bakal sama kamu terus.." Ia berdiri lalu diam kemudian memejamkan matanya dan memegangi kepalanya.

"Karina... Karina... Karina... Dia dan kamu... Aku sendirian... Nggak, kamu bohong! Kamu pembohong!" Ia berteriak kencang lalu menatapku tajam, bisa ku lihat air matanya mulai mengering diatas pipinya. Wajahnya terlihat kacau, benar-benar kacau.

"Al, aku udah janji..."

Ia diam, menatapku cukup lama, nafasnya terengah-engah. Kemudian, ia jatuh terduduk, tatapannya kosong menatap lantai putih.

Aku menarik tubuhnya, lalu memeluknya dengan erat. Ia diam, tubuhnya kaku dan tidak ada pemberontakan.

"Dengerin aku... Aku minta maaf, aku salah... Aku bakal jagain kamu..." Kataku pelan, nyaris berbisik.

Dengan perlahan, bisa kurasakan tangan Alea mulai berfungsi. Ia membalas pelukanku dan menyandarkan dagunya diatas bahuku.

"Lando..."

"Hmm?"

"Aku kangen kamu..." Katanya pelan.

Dia normal kembali. Tidak ada guratan amarah dan takut pada dirinya. Dia kembali menjadi Alea yang lemah.

"A-aku takut... Semuanya aneh, semua pergi, semuanya-" Aku langsung mendorong bahunya lalu menangkup kedua pipinya.

"Aku disini..." Kataku pelan dan lalu mencium bibirnya. Memberikannya ketenangan dan beberapa detik kemudian ia membalas ciumanku.

Aku menarik kepalaku untuk menjauh darinya. Menyatukan dahi kami dan dengan perlahan Alea membuka matanya, menatapku.

"Lando, walaupun kamu sering nyakitin aku... Entah kenapa, rasa cinta ini semakin tinggi. Seakan, hatiku nggak peduli dengan rasa sakit walaupun sudah terjatuh beberapa kali." Kata Alea pelan dan disini aku hanya diam. Aku tidak memiliki sebuah kata-kata yang akan bisa mengistimewakan dia. Hatiku bukan miliknya.

Ia menjauhkan kepalannya dariku. Menatapku dengan tatapan sayu, "Kamu tau orang bodoh? Ya, itu aku. Aku bodoh karena selalu mengharapkanmu. Berangan-angan bahwa suatu saat nanti kamu akan jadi milikku dan kamu tau apa? Itu satu hal yang selalu menyiksa hatiku berkali-kali. Karena apa? Cintaku hanya bertepuk sebelah tangan. Walaupun aku berusaha keras untuk mendapatkan hatimu, tapi disana hatimu selalu berusaha keras memukul hatiku dengan palu yang besar seakan menolak hatiku untuk singgah dihatimu. Itu menyakitkan." Katanya pelan, seakan menyerah pada sebuah drama kehidupan ini. Menyerah untuk memperjuangkan aku.

_______________

TBC

Jangan lupa vote + komentar yang buanyak... Biar updatenya cepet.

Btw.. Enak update lama atau cepet?
Keknya enak update lama.. Soalnya bikin KANGEN HEHHHEEH..

Still HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang